JAKARTA - Peringatan Hari Bumi yang jatuh setiap tanggal 22 April kembali menjadi momentum penting bagi seluruh umat manusia untuk merefleksikan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan masa depan planet yang lebih baik. Pada tahun ini, tema yang diusung secara global adalah “Our Power, Our Planet”, yang menyerukan percepatan transisi menuju sumber energi terbarukan.
Tema ini menyoroti peran penting energi dalam menentukan arah masa depan Bumi. Peralihan dari energi berbasis bahan bakar fosil ke energi bersih seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi dianggap sebagai langkah mutlak untuk menghindari krisis iklim yang semakin memburuk.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, dalam pesannya pada Hari Bumi 2025, menegaskan bahwa bumi tengah menghadapi krisis serius akibat ulah manusia sendiri. “Bumi sedang demam. Tahun lalu adalah yang terpanas yang pernah tercatat, rekor panas dalam satu dekade terakhir. Kita tahu apa yang menyebabkan penyakit ini: emisi gas rumah kaca yang ditekan manusia ke atmosfer, sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil,” ujarnya.
Pernyataan ini sekaligus memperkuat urgensi tindakan nyata untuk mengurangi emisi dan mempercepat transisi energi ke sumber yang lebih ramah lingkungan. Dalam konteks ini, Hari Bumi 2025 menjadi panggung global untuk menegaskan kembali pentingnya kolaborasi lintas negara dan sektor dalam menghadapi perubahan iklim.
Krisis Iklim dan Peran Energi Fosil
Fakta ilmiah menunjukkan bahwa pembakaran bahan bakar fosil masih menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Berdasarkan data dari IPCC, sektor energi bertanggung jawab atas lebih dari 70 persen emisi global. Di sisi lain, laporan badan energi internasional (IEA) menunjukkan bahwa konsumsi energi global masih didominasi oleh batu bara, minyak, dan gas alam.
Dampaknya terasa di berbagai belahan dunia dalam bentuk gelombang panas ekstrem, banjir besar, kekeringan panjang, hingga kebakaran hutan yang semakin sering terjadi. Semua ini menunjukkan bahwa perubahan iklim bukanlah isu masa depan, melainkan krisis yang sedang terjadi saat ini.
Energi Terbarukan: Solusi yang Tidak Bisa Ditunda
Transisi ke energi bersih tidak hanya penting untuk mengurangi emisi, tetapi juga menjadi pilar utama pembangunan berkelanjutan. Energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin kini telah mengalami penurunan harga yang signifikan dan kian kompetitif dibandingkan energi fosil.
Berbagai negara telah menunjukkan komitmennya dengan menetapkan target netral karbon dan meningkatkan investasi di sektor energi hijau. Indonesia, misalnya, dalam dokumen Enhanced NDC (Nationally Determined Contribution) menargetkan pengurangan emisi hingga 31,89 persen dengan upaya sendiri dan hingga 43,20 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2030.
Namun, pencapaian target tersebut sangat bergantung pada kebijakan yang konsisten, kemudahan akses teknologi, dan dukungan pembiayaan yang kuat. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan lembaga internasional menjadi kunci sukses transisi ini.
Seruan Global untuk Aksi Nyata
Tema “Our Power, Our Planet” menggarisbawahi bahwa kekuatan untuk menyelamatkan planet ini berada di tangan kita semua. Hari Bumi 2025 mendorong seluruh masyarakat dunia untuk terlibat aktif, mulai dari perubahan gaya hidup, efisiensi energi, hingga mendorong pemerintah dan korporasi mengambil langkah konkret dalam energi bersih.
Antonio Guterres menekankan, “Kita memiliki teknologi dan pengetahuan untuk membuat perubahan. Yang kita butuhkan adalah keberanian politik dan komitmen bersama untuk bertindak.”
PBB juga menyerukan agar subsidi untuk bahan bakar fosil dialihkan ke sektor energi terbarukan dan efisiensi energi, serta mempercepat penghentian pembangunan infrastruktur energi kotor.
Tanggung Jawab Bersama Menyelamatkan Bumi
Hari Bumi bukan hanya sekadar seremoni, tapi menjadi pengingat akan tanggung jawab kolektif kita sebagai penghuni planet ini. Energi bersih menjadi pilar utama dalam menjaga keberlangsungan hidup generasi mendatang. Oleh karena itu, seruan untuk mempercepat transisi energi tidak hanya relevan, tetapi mendesak untuk segera diwujudkan.
Melalui semangat Hari Bumi 2025, dunia diharapkan bersatu dalam aksi dan visi bersama: menyelamatkan bumi dengan memperkuat komitmen terhadap energi bersih dan berkelanjutan. Inilah saatnya seluruh pemangku kepentingan, dari individu hingga pemimpin global, mengambil peran aktif untuk masa depan planet yang lebih sehat, adil, dan hijau.