JAKARTA- Harga kontrak berjangka (futures) gas alam melonjak tajam dalam sesi perdagangan Amerika Serikat pada Kamis waktu setempat. Kenaikan signifikan ini memperlihatkan adanya potensi pemulihan permintaan energi, di tengah ketidakpastian makroekonomi global dan pergerakan fluktuatif harga energi lainnya.
Berdasarkan data dari New York Mercantile Exchange (NYMEX), harga gas alam untuk pengiriman Juni 2025 tercatat diperdagangkan pada level USD3,53 per juta British thermal units (mmBTU) saat berita ini ditulis, menandai kenaikan sebesar 6,19% dari sesi sebelumnya.
Level Tertinggi Baru dan Dukungan Teknis
Instrumen kontrak futures ini sebelumnya sempat menyentuh titik tertinggi sesi di atas USD3,53 per mmBTU. Dari sisi teknikal, harga gas alam kemungkinan akan menemukan dukungan (support) kuat di area USD2,859, sedangkan resistensi (resistance) terdekat terpantau berada di USD3,534.
Kenaikan tajam ini menjadi indikator penting bagi pasar energi, mengingat gas alam merupakan salah satu komoditas utama dalam transisi energi bersih serta pasokan musim dingin yang akan datang di belahan bumi utara.
Analis energi dari Investing.com, dalam keterangannya menyebutkan bahwa pergerakan harga kali ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fundamental, mulai dari penurunan stok gas alam di AS, proyeksi suhu yang lebih tinggi dari normal, hingga aktivitas ekspor LNG yang terus meningkat.
“Lonjakan harga gas alam ini didorong ekspektasi pengetatan pasokan dan naiknya permintaan jelang musim panas. Kami juga melihat peningkatan pengiriman LNG dari AS ke Asia dan Eropa menjadi faktor utama penguatan harga,” ujar analis energi.
Kondisi Dolar AS dan Dampaknya terhadap Komoditas
Sementara itu, Indeks Dolar AS Berjangka yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya juga mengalami penguatan. Indeks tercatat naik sebesar 0,79%, dan diperdagangkan pada level USD100,05. Kenaikan ini mencerminkan sentimen positif pasar terhadap greenback, terutama karena ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga yang lebih tinggi dari Federal Reserve dalam waktu dekat.
Penguatan dolar biasanya memberi tekanan terhadap harga komoditas yang dihargai dalam mata uang dolar, seperti minyak dan gas alam. Namun kali ini, pasar gas tampaknya lebih dipengaruhi oleh dinamika pasokan dan permintaan regional dibandingkan sentimen dolar semata.
Minyak Mentah Menguat, Heating Oil Melemah
Dalam perdagangan komoditas energi lainnya di NYMEX, minyak mentah untuk pengiriman Juni 2025 tercatat naik 0,70% dan diperdagangkan pada USD58,62 per barel. Pergerakan ini sebagian besar dipicu oleh optimisme pasar terhadap pertumbuhan ekonomi global serta tanda-tanda penurunan produksi dari negara-negara OPEC+.
Namun, tidak semua komoditas energi mengalami penguatan. Harga heating oil untuk pengiriman bulan yang sama justru turun 0,13%, dan diperdagangkan pada USD2,00 per galon. Tekanan pada harga heating oil ini diperkirakan berasal dari turunnya permintaan musiman menjelang akhir musim dingin di belahan bumi utara.
Faktor Fundamental di Balik Lonjakan Harga Gas Alam
Kenaikan harga futures gas alam kali ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fundamental utama:
1. Proyeksi Cuaca Panas di AS dan Eropa:
Lembaga meteorologi memperkirakan cuaca panas di atas normal akan melanda sebagian besar wilayah AS dalam beberapa minggu ke depan. Kondisi ini biasanya meningkatkan konsumsi listrik untuk pendingin ruangan, yang pada akhirnya mendorong permintaan gas alam sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik.
2. Penurunan Cadangan Gas Alam:
Data terbaru dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan penurunan stok gas alam mingguan yang lebih besar dari perkiraan analis, mencerminkan ketatnya pasokan di tengah lonjakan permintaan.
3. Lonjakan Ekspor LNG:
Volume ekspor liquefied natural gas (LNG) dari terminal AS seperti Sabine Pass dan Corpus Christi terus meningkat, terutama untuk memenuhi kebutuhan negara-negara Eropa yang berupaya mengurangi ketergantungan pada pasokan gas dari Rusia.
4. Gangguan Pasokan Regional:
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta potensi gangguan pasokan dari beberapa negara produsen gas turut menjadi sentimen positif bagi harga.
Outlook Harga Gas Alam dan Komoditas Energi
Sejumlah analis memperkirakan bahwa harga gas alam akan tetap tinggi dalam jangka pendek, terutama jika tren cuaca panas dan permintaan listrik berlanjut hingga kuartal ketiga 2025. Namun demikian, volatilitas tetap tinggi, sehingga pelaku pasar disarankan untuk waspada terhadap pergerakan teknikal dan berita fundamental baru yang muncul.
“Jika harga mampu menembus resistance di USD3,534 secara konsisten, bukan tidak mungkin kita akan melihat penguatan lanjutan ke area USD3,70–3,80 dalam beberapa pekan ke depan. Namun koreksi teknikal juga mungkin terjadi jika indikator teknikal menunjukkan kondisi overbought,” jelasnya.
Momentum Positif di Pasar Energi
Perdagangan energi global saat ini berada pada momentum dinamis, dengan gas alam menjadi komoditas yang paling mencuri perhatian berkat lonjakan permintaannya. Kenaikan harga gas alam di pasar futures AS menjadi refleksi dari kombinasi antara faktor musiman, ketatnya pasokan, dan ketidakpastian geopolitik.
Bersamaan dengan penguatan harga minyak mentah dan pergerakan mixed pada produk turunan energi lainnya seperti heating oil, pasar komoditas energi diperkirakan akan tetap aktif dan fluktuatif dalam beberapa bulan ke depan.
Para pelaku industri, investor, dan konsumen akhir diimbau untuk terus memantau perkembangan harga serta indikator ekonomi global guna mengantisipasi risiko dan peluang dari perubahan harga energi yang cepat dan kerap tak terduga.