Gas

Laba Bersih PGAS Anjlok 48,80 Persen di Kuartal I 2025 Meski Pendapatan Naik Tipis

Laba Bersih PGAS Anjlok 48,80 Persen di Kuartal I 2025 Meski Pendapatan Naik Tipis

JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor transmisi dan distribusi gas bumi, melaporkan penurunan tajam pada kinerja laba bersihnya pada kuartal pertama tahun 2025. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa 29 April 2025, PGAS mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 48,80% secara tahunan (year on year/yoy).

Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun menjadi US$ 62,02 juta pada periode Januari hingga Maret 2025. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, PGAS berhasil membukukan laba bersih senilai US$ 121,14 juta. Penurunan signifikan ini menunjukkan adanya tekanan berat terhadap profitabilitas perusahaan, meskipun dari sisi pendapatan terjadi sedikit kenaikan.

Pendapatan Naik Tipis, Beban dan Biaya Jadi Faktor Penggerus Laba

Meski laba bersih anjlok, PGAS mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 1,81% yoy menjadi US$ 966,56 juta pada kuartal I-2025. Pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan perusahaan tercatat sebesar US$ 949,33 juta.

Sebagian besar pendapatan PGAS selama kuartal I-2025 berasal dari aktivitas penjualan gas bumi kepada pelanggan industri dan komersial, yang menyumbang sebesar US$ 655,54 juta. Sementara itu, penjualan kepada pelanggan rumah tangga tercatat sebesar US$ 12,25 juta. Hal ini menunjukkan bahwa segmen pelanggan industri dan komersial masih menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan.

Kendati pendapatan mengalami pertumbuhan, beban pokok pendapatan serta sejumlah biaya lain yang meningkat menjadi faktor utama yang menekan perolehan laba bersih. Sayangnya, dalam laporan keuangan tersebut tidak dijabarkan secara rinci rincian beban yang mengalami kenaikan signifikan.

Imbas dari Tekanan Eksternal dan Tantangan Operasional

Analis pasar menilai bahwa penurunan laba bersih PGAS tidak lepas dari dinamika global di sektor energi, termasuk fluktuasi harga gas, tantangan geopolitik, serta ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, biaya operasional yang meningkat serta tekanan nilai tukar turut menjadi faktor eksternal yang memengaruhi margin keuntungan perusahaan.

"Penurunan laba bersih yang dialami PGAS di kuartal pertama 2025 mencerminkan tekanan kombinasi antara peningkatan biaya dan dinamika pasar yang belum stabil," ujar salah satu analis pasar energi dari Mandiri Sekuritas dalam ulasannya.

Sementara itu, PGAS hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait strategi mitigasi terhadap penurunan laba bersih tersebut. Namun dalam laporan keuangan yang dirilis, manajemen menyatakan komitmennya untuk terus menjaga efisiensi operasional dan mengoptimalkan portofolio bisnis.

Strategi PGAS ke Depan

Menanggapi kinerja keuangan yang tidak memuaskan tersebut, PGAS berupaya fokus pada efisiensi operasional dan ekspansi jaringan distribusi gas sebagai strategi jangka menengah. Ekspansi ini mencakup pengembangan infrastruktur jaringan gas bumi bagi sektor industri, rumah tangga, serta penguatan peran dalam proyek-proyek energi nasional.

Perusahaan juga akan memanfaatkan sinergi dengan induk usaha, Pertamina, serta afiliasi lainnya di bawah Subholding Gas untuk memperkuat posisi bisnisnya di pasar domestik. Dengan berbagai inisiatif tersebut, PGAS menargetkan bisa kembali meningkatkan profitabilitas di kuartal-kuartal mendatang.

Dalam keterangan resminya di laporan keuangan, manajemen PGAS menekankan pentingnya transformasi bisnis secara berkelanjutan. “Kami terus melakukan evaluasi kinerja di seluruh lini bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan menyesuaikan strategi sesuai perkembangan kondisi pasar energi global,” tulis manajemen dalam laporan.

Proyeksi dan Tanggapan Pasar

Kinerja kuartal I-2025 yang kurang menggembirakan ini mendapat perhatian dari para investor dan pelaku pasar. Saham PGAS di BEI sempat mengalami tekanan setelah publikasi laporan keuangan. Para analis menilai bahwa meskipun pendapatan stabil, investor cukup sensitif terhadap penurunan laba bersih yang signifikan.

“Kinerja laba PGAS yang turun hampir setengahnya tentu menjadi sinyal waspada bagi investor. Meski pendapatan naik tipis, namun pasar melihat efektivitas pengendalian biaya masih menjadi pekerjaan rumah manajemen,” kata analis dari Samuel Sekuritas.

Namun demikian, para analis juga mencatat bahwa PGAS masih memiliki fundamental yang kuat, terutama karena posisi strategisnya dalam penyediaan gas nasional dan jaringan distribusi yang luas. Jika manajemen mampu mengendalikan beban dan mempercepat efisiensi operasional, kinerja keuangan diperkirakan bisa kembali membaik dalam beberapa kuartal ke depan.

Penurunan laba bersih sebesar 48,80% yang dialami PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) pada kuartal pertama 2025 menjadi tantangan besar yang perlu segera ditanggapi secara strategis oleh manajemen. Meskipun pendapatan masih tumbuh, tekanan biaya dan tantangan eksternal harus dihadapi dengan langkah-langkah konkret.

Sebagai entitas penting dalam rantai pasok energi nasional, PGAS diharapkan tetap mampu menjaga keberlanjutan usahanya serta memberikan kontribusi maksimal terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam mendukung transisi energi yang berkelanjutan.

Dengan fokus pada efisiensi, penguatan infrastruktur, serta sinergi dengan afiliasi dan induk usaha, PGAS berpotensi untuk kembali meraih pertumbuhan positif di masa mendatang, meski dibayangi ketidakpastian global dan dinamika pasar energi yang fluktuatif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index