JAKARTA - Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia kembali mengalami kenaikan pada bulan Februari 2025. Kenaikan ini tercatat pada hampir seluruh jenis BBM yang dijual di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), baik yang dikelola oleh pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) maupun oleh perusahaan swasta seperti Shell, BP, dan Vivo. Namun, harga BBM subsidi, seperti Pertalite, tidak mengalami perubahan dan tetap dipatok pada harga sebelumnya.
Perubahan harga BBM ini terjadi pada semua jenis BBM non-subsidi yang dijual di SPBU. Kenaikan tersebut langsung dirasakan oleh konsumen yang melakukan pengisian bahan bakar pada Selasa, 25 Februari 2025, di beberapa SPBU yang tersebar di seluruh Indonesia. Meskipun kenaikan harga ini tidak terlalu signifikan, namun tetap memberikan dampak terhadap biaya transportasi bagi masyarakat, khususnya yang menggunakan kendaraan pribadi.
Berdasarkan pantauan di beberapa SPBU yang melayani berbagai jenis BBM, seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Shell V-Power, hingga BP Ultimate, kenaikan harga BBM terjadi secara seragam. Salah satu alasan yang mendasari kenaikan harga ini adalah fluktuasi harga minyak mentah dunia yang terus bergejolak, ditambah dengan kebijakan pemerintah dan perusahaan-perusahaan energi yang menyesuaikan harga jual BBM.
Rincian Kenaikan Harga BBM di SPBU Pertamina, Shell, BP, dan Vivo
Untuk memberi gambaran lebih jelas terkait perubahan harga BBM, berikut adalah rinciannya berdasarkan data yang diterima pada Selasa, 25 Februari 2025:
Pertamina: Untuk jenis BBM non-subsidi, seperti Pertamax, harga di SPBU Pertamina mengalami kenaikan sebesar Rp 500 per liter, yang sebelumnya dipatok sebesar Rp 10.500, kini menjadi Rp 11.000 per liter. Pertamax Turbo, yang lebih tinggi kualitasnya, juga mengalami kenaikan dengan harga baru Rp 12.500 per liter, naik Rp 1.000 dari harga sebelumnya.
Shell: SPBU Shell juga menaikkan harga BBM-nya, terutama pada jenis Shell V-Power, yang kini dijual seharga Rp 11.200 per liter, naik Rp 600 dibandingkan bulan Januari 2025. Shell V-Power Nitro+ juga mengalami kenaikan menjadi Rp 12.800 per liter.
BP: BP, yang juga menjadi pemain besar dalam sektor distribusi BBM, menaikkan harga BP Ultimate menjadi Rp 11.500 per liter, sebuah kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan harga sebelumnya yang hanya Rp 10.900 per liter.
Vivo: Vivo, meskipun lebih baru dalam pasar BBM, turut menyesuaikan harga jual BBM-nya. Vivo memberikan kenaikan pada jenis BBM Vivo Max menjadi Rp 11.300 per liter, naik sekitar Rp 700 dari harga sebelumnya.
Namun, meskipun hampir semua jenis BBM mengalami kenaikan, harga untuk bahan bakar bersubsidi, seperti Pertalite, tetap dipatok pada harga Rp 7.650 per liter. Ketersediaan harga BBM subsidi ini tetap stabil karena adanya kebijakan pemerintah yang memberikan subsidi untuk BBM jenis tertentu guna menjaga daya beli masyarakat dan memastikan akses energi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Penyebab Kenaikan Harga BBM Februari 2025
Kenaikan harga BBM pada Februari 2025 ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal. Salah satu faktor utama adalah fluktuasi harga minyak mentah dunia yang terus bergerak naik. Seiring dengan pemulihan ekonomi global pasca-pandemi COVID-19, permintaan minyak dunia kembali meningkat, sementara pasokan minyak dari beberapa negara penghasil utama, termasuk OPEC+, juga menghadapi kendala. Akibatnya, harga minyak mentah yang menjadi acuan harga BBM mengalami kenaikan yang berimbas pada harga BBM di Indonesia.
Selain itu, faktor kurs dolar AS yang mempengaruhi harga impor juga menjadi penyebab lain. Indonesia sebagai negara pengimpor minyak mentah harus menghadapi pengaruh dari fluktuasi nilai tukar mata uang. Bila dolar AS menguat, maka harga BBM impor akan cenderung naik.
Pihak Pertamina dalam keterangan resminya mengungkapkan bahwa penyesuaian harga BBM dilakukan untuk mengikuti perkembangan harga minyak dunia dan untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan. "Kami memahami bahwa kenaikan harga BBM ini berpengaruh pada konsumen, namun kami berusaha untuk menyesuaikan harga dengan kondisi pasar global yang tidak dapat kami kontrol," ujar Ferry J. S., Direktur Pemasaran BBM Pertamina.
Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Masyarakat dan Ekonomi
Kenaikan harga BBM, meskipun terbilang tidak terlalu besar, tetap memberikan dampak terhadap pengeluaran masyarakat, terutama bagi mereka yang menggantungkan kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi sehari-hari. Dalam jangka pendek, kenaikan harga ini bisa mempengaruhi biaya transportasi dan inflasi, karena banyak sektor yang bergantung pada harga bahan bakar untuk operasional, seperti transportasi barang, layanan kurir, dan sektor pariwisata.
Wahyudi, seorang sopir taksi yang sering mengisi bahan bakar di SPBU Pertamina, mengungkapkan bahwa meskipun kenaikan ini tidak terlalu besar, namun setiap kenaikan harga BBM pasti akan berpengaruh pada biaya operasionalnya. "Sebagai sopir taksi, saya merasa setiap kenaikan harga BBM langsung mempengaruhi pendapatan saya. Meskipun tidak signifikan, tetapi tetap ada penyesuaian harga tarif yang harus dilakukan,” kata Wahyudi.
Di sisi lain, kenaikan harga BBM ini juga berpotensi mendorong inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat. Kenaikan harga bahan bakar sering kali diikuti oleh kenaikan harga barang dan jasa, karena biaya transportasi yang lebih tinggi akan berdampak pada biaya distribusi barang.
Namun, bagi sebagian kalangan, BBM subsidi yang tetap stabil menjadi angin segar. Masyarakat yang menggunakan BBM subsidi masih dapat mengakses bahan bakar dengan harga yang relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan bahan bakar non-subsidi, seperti Pertamax atau Shell V-Power.
Pemerintah Perkuat Kebijakan Energi
Menyikapi kenaikan harga BBM ini, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memantau dinamika harga BBM global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik. Pemerintah juga berkomitmen untuk menjaga agar harga BBM subsidi tetap terjangkau bagi masyarakat, terutama yang berada di daerah terpencil dan kurang mampu.
Pemerintah juga terus mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan dan mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Kenaikan Harga BBM Jadi Tantangan Ekonomi
Dengan adanya kenaikan harga BBM pada Februari 2025 ini, masyarakat dihadapkan pada tantangan baru dalam menghadapi biaya transportasi yang semakin meningkat. Sementara itu, meskipun harga Pertalite tetap stabil, harga BBM non-subsidi terus mengalami penyesuaian seiring dengan fluktuasi harga minyak dunia.
Pemerintah diharapkan dapat terus menjaga keseimbangan antara kebijakan subsidi dan realitas harga pasar yang terus berubah. Di sisi lain, konsumen dan sektor transportasi perlu beradaptasi dengan perubahan harga bahan bakar ini guna menjaga kestabilan ekonomi dan kelancaran aktivitas sehari-hari.