Investasi

Danantara dan Masa Depan Investasi Nasional: Strategi Menuju Indonesia Emas 2045

Danantara dan Masa Depan Investasi Nasional: Strategi Menuju Indonesia Emas 2045

JAKARTA - Pemerintah Indonesia tengah bersiap melangkah lebih jauh dalam mengelola kekayaan negara secara strategis dan berkelanjutan melalui pembentukan Danantara Indonesia. Inisiatif ambisius ini dicanangkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai bagian dari langkah besar menuju cita-cita Indonesia Emas 2045.

Danantara Indonesia diposisikan sebagai badan pengelola investasi nasional yang berfungsi layaknya Sovereign Wealth Fund (SWF), yakni dana kekayaan negara yang dimiliki oleh suatu negara untuk dikelola demi kepentingan jangka panjang. Tujuan utamanya adalah untuk mengoptimalkan aset dan kekayaan negara, terutama yang berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sehingga mampu mempercepat pembangunan dan memperkuat fondasi ekonomi nasional.

Membangun Aset dan Kepercayaan untuk Masa Depan

Pembentukan Danantara Indonesia merupakan jawaban atas kebutuhan mendesak Indonesia akan sistem pengelolaan kekayaan negara yang lebih profesional, transparan, dan akuntabel. Dengan mengonsolidasikan kepemilikan dan aset BUMN dalam satu komando pengelolaan, diharapkan Danantara bisa mengumpulkan nilai investasi hingga USD 1 triliun atau setara Rp16.000 triliun dalam beberapa dekade mendatang.

Pengelolaan dana dalam skala besar tersebut diprediksi dapat memberikan multiplier effect terhadap perekonomian nasional. Tidak hanya mendorong pertumbuhan aset negara, tetapi juga membuka peluang investasi yang lebih luas baik dari dalam maupun luar negeri.

“Danantara adalah langkah strategis untuk mengonsolidasikan kekayaan negara secara lebih efektif. Jika dikelola dengan prinsip tata kelola yang baik, potensi dana hingga satu triliun dolar AS bisa diwujudkan dalam jangka panjang,” ujar salah satu pakar ekonomi pembangunan dari Universitas Indonesia yang enggan disebutkan namanya.

Transparansi dan Tata Kelola Jadi Kunci Sukses

Namun, ambisi besar ini juga menuntut tanggung jawab besar. Tantangan terbesar dalam pengelolaan Danantara adalah membangun tata kelola yang transparan dan menjamin integritas seluruh proses investasi. Indonesia masih menghadapi sejumlah hambatan sistemik yang menjadi perhatian utama para investor global, seperti maraknya praktik korupsi, lemahnya penegakan hukum, serta regulasi yang kerap berubah-ubah.

Berdasarkan catatan dari Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi (CPI) Indonesia pada tahun 2024 masih berada di angka yang memprihatinkan, yakni 38 dari skala 100, menandakan bahwa masalah integritas masih menjadi tantangan serius.

“Kalau kita ingin Danantara sukses, maka prasyarat utamanya adalah penegakan hukum yang kuat dan komitmen untuk memberantas korupsi secara total. Tanpa itu, akan sulit menarik investor global,” ujar Ekonom INDEF, Nailul Huda.

Menurut Nailul, Indonesia harus membuktikan bahwa pengelolaan kekayaan negara lewat Danantara tidak akan mengalami hal serupa dengan proyek-proyek investasi sebelumnya yang gagal karena kebocoran dana atau manajemen yang tidak efektif.

Menciptakan Sovereign Wealth Fund yang Mandiri dan Profesional

Danantara bukan satu-satunya badan investasi negara yang ada di dunia. Negara-negara seperti Singapura, Norwegia, dan Uni Emirat Arab telah lebih dulu sukses membangun SWF mereka. Keberhasilan mereka terletak pada prinsip dasar: pengelolaan yang profesional, independen dari tekanan politik, dan transparan terhadap publik.

Di Singapura, misalnya, Temasek Holdings dan GIC Private Limited telah menjadi panutan global dalam hal efisiensi dan akuntabilitas dalam mengelola kekayaan negara. Hal serupa juga diterapkan oleh Norwegia melalui Government Pension Fund Global, yang saat ini mengelola lebih dari USD 1,3 triliun aset.

“Kalau kita belajar dari Norwegia atau Singapura, maka kuncinya adalah menjauhkan manajemen dana dari kepentingan politik jangka pendek. Harus ada profesionalisme dan transparansi penuh, termasuk laporan publik rutin,” ujar Djayadi Hanan, pengamat kebijakan publik dari UIN Syarif Hidayatullah.

Peran Strategis BUMN dan Integrasi Nasional

Salah satu langkah strategis Danantara adalah mengonsolidasikan BUMN dalam struktur yang lebih ramping dan terkoordinasi. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 100 BUMN yang tersebar dalam berbagai sektor, namun sebagian di antaranya kerap kali dinilai tidak efisien dan tidak menguntungkan.

Dengan dikelola melalui Danantara, diharapkan aset-aset negara tersebut bisa dimaksimalkan dan disinergikan untuk proyek-proyek strategis nasional seperti pembangunan infrastruktur, energi hijau, digitalisasi, hingga industrialisasi kawasan timur Indonesia.

Pakar keuangan dari LPEM FEB UI, Faisal Basri, menekankan pentingnya audit dan pemetaan ulang aset BUMN sebelum dikonsolidasikan dalam Danantara. “Kalau tidak diaudit dengan teliti, yang masuk ke Danantara bisa saja aset bermasalah yang justru membebani negara,” ujarnya.

Investasi Asing dan Daya Saing Global

Salah satu tujuan utama dibentuknya Danantara adalah untuk meningkatkan daya tarik Indonesia di mata investor asing. Dengan pengelolaan yang kredibel, Danantara berpotensi menjadi kendaraan investasi utama yang mampu menampung dana-dana besar dari luar negeri.

Namun, untuk mencapai itu, Indonesia harus terlebih dahulu meningkatkan peringkat daya saing globalnya. Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2024, Indonesia masih berada di peringkat ke-50 dalam indeks daya saing global. Salah satu faktor yang menghambat adalah infrastruktur hukum dan kelembagaan yang masih lemah.

“Investor global membutuhkan kepastian hukum dan kebijakan yang konsisten. Jika itu belum dibenahi, maka potensi investasi sebesar apapun akan tetap jadi wacana,” ujar Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS).

Menuju Indonesia Emas 2045

Danantara diharapkan menjadi tulang punggung dalam pembiayaan pembangunan nasional jangka panjang, termasuk untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Pemerintah menargetkan agar pada tahun tersebut Indonesia masuk dalam jajaran lima besar ekonomi dunia dengan pendapatan per kapita lebih dari USD 23.000.

Untuk itu, dibutuhkan investasi yang konsisten dan berkelanjutan di berbagai sektor strategis. Danantara diposisikan sebagai lembaga kunci dalam menyuntikkan modal ke proyek-proyek unggulan, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong inovasi industri.

“Danantara adalah kendaraan strategis untuk mendukung akselerasi pembangunan menuju visi Indonesia Emas. Tantangannya besar, tetapi peluangnya juga sangat menjanjikan,” pungkas Menteri BUMN Erick Thohir dalam pernyataan tertulisnya.

Dengan segala peluang dan tantangan yang dihadapi, masa depan investasi Indonesia sangat bergantung pada bagaimana Danantara dikelola. Profesionalisme, transparansi, dan integritas akan menjadi fondasi utama untuk memastikan keberhasilan program ambisius ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index