Nikel

Sengkarut Tambang Nikel di Torobulu: Petani Rumput Laut Kehilangan Mata Pencaharian

Sengkarut Tambang Nikel di Torobulu: Petani Rumput Laut Kehilangan Mata Pencaharian

JAKARTA - Desa Torobulu, yang terletak di Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), kini tengah menghadapi dampak negatif dari beroperasinya dua perusahaan tambang nikel, yaitu PT Billy Indonesia (BI) dan PT Wijaya Inti Nusantara (WIN). Sejumlah petani rumput laut di desa ini, termasuk Ambo (37), harus merasakan perubahan drastis dalam mata pencaharian mereka akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan.

Ambo, seorang petani rumput laut yang telah menekuni profesinya selama bertahun-tahun, kini tak lagi bisa merasakan manfaat dari hasil kerjanya yang sebelumnya menjanjikan. Ia mengungkapkan, sebelumnya ia dapat memperoleh penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, sejak tambang nikel beroperasi di sekitar wilayah pesisir Torobulu, kerusakan lingkungan dan penurunan hasil panen rumput laut menjadi masalah yang terus menghantuinya.

Kehilangan Mata Pencaharian Sejak Tambang Beroperasi

“Dulu hasilnya lumayan. Misalnya (rumput laut) jual basah 10 bentangan, saya sudah dapat Rp1 juta. Rp100 ribu satu bantangan biasanya. Jadi kalau 10 bantangan dia ambil, saya dapat Rp1 juta. Itu lain lagi yang mau dijemur. Jadi uang masuk terus,” ujar Ambo, mengenang masa-masa kejayaannya sebelum tambang mulai beroperasi.

Namun, harapan untuk memanen rumput laut yang menguntungkan kini tinggal kenangan. Ambo menjelaskan bahwa sejak perusahaan tambang nikel PT Billy Indonesia dan PT Wijaya Inti Nusantara mulai beroperasi pada tahun-tahun terakhir ini, banyak petani rumput laut yang mengalami gagal panen secara berulang. Pada akhirnya, pada tahun 2021, hasil panen rumput laut mereka hilang total, membuat mata pencaharian mereka terganggu dan terancam punah.

“Sekarang kita tidak bisa lagi mengharapkan hasil dari rumput laut. Dulu banyak yang bisa hidup dari sini, tapi sejak tambang masuk, hasilnya menurun drastis,” tambah Ambo dengan nada kecewa.

Dampak Aktivitas Tambang terhadap Lingkungan dan Kehidupan Warga

Penurunan hasil panen rumput laut di Torobulu tak lepas dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan nikel yang dilakukan oleh PT Billy Indonesia dan PT Wijaya Inti Nusantara. Aktivitas tambang ini diketahui melibatkan proses-proses yang merusak ekosistem pesisir, seperti pembuangan limbah dan pengolahan tanah yang merusak habitat tumbuhnya rumput laut.

Warga desa, yang mayoritas bergantung pada pertanian rumput laut sebagai mata pencaharian utama, merasa terdampak secara langsung oleh kerusakan ekosistem laut yang disebabkan oleh pertambangan. Selain merusak sumber penghidupan mereka, dampak tersebut juga memengaruhi kualitas air dan kesuburan tanah yang sebelumnya mendukung pertumbuhan rumput laut yang subur di perairan sekitar.

Aksi protes dari warga setempat terhadap perusahaan tambang sempat dilakukan, namun hingga kini, belum ada solusi yang memadai untuk mengatasi persoalan tersebut. Beberapa petani rumput laut yang terdampak mulai menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah daerah yang dinilai lamban dalam menangani dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan.

Keluhan Warga Torobulu terhadap Penanganan Masalah Lingkungan

Tidak hanya Ambo, banyak petani rumput laut lainnya yang merasakan hal yang sama. Rina (40), seorang petani rumput laut lainnya di Torobulu, mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah dan perusahaan tambang yang dianggap tidak peduli dengan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan. Rina menyatakan bahwa meskipun perusahaan tambang berjanji untuk memberikan solusi kepada warga, kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan harapan.

“Dulu kami bisa berharap untuk menghidupi keluarga dari hasil rumput laut, tapi sekarang kami terpaksa mencari pekerjaan lain. Tidak ada perhatian dari pemerintah atau perusahaan untuk mengatasi kerusakan yang mereka sebabkan,” keluh Rina.

Pemerintah setempat, meskipun telah menerima berbagai keluhan dari warga, nampaknya kesulitan dalam menengahi permasalahan ini. Warga berharap agar ada regulasi yang lebih ketat dalam pengelolaan tambang serta penegakan hukum yang lebih tegas terhadap perusahaan yang tidak mematuhi prosedur ramah lingkungan.

Konflik antara Ekonomi dan Lingkungan

Kasus yang terjadi di Torobulu ini mencerminkan konflik antara pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh industri tambang dan kelestarian lingkungan yang mendukung mata pencaharian warga desa. Masyarakat yang sebelumnya bergantung pada sumber daya alam seperti rumput laut kini terancam kehilangan satu-satunya sumber pendapatan yang mereka miliki.

Para ahli lingkungan juga menyoroti pentingnya memastikan bahwa kegiatan industri tidak merusak ekosistem yang ada. Aktivitas pertambangan yang dilakukan tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan akan mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada sektor pertanian dan perikanan sebagai mata pencaharian utama.

Tanggapan dari Perusahaan Tambang

Hingga saat ini, pihak PT Billy Indonesia dan PT Wijaya Inti Nusantara belum memberikan pernyataan resmi terkait masalah yang dihadapi oleh warga Torobulu. Beberapa sumber menyebutkan bahwa perusahaan tambang tersebut telah melakukan upaya untuk memperbaiki dampak lingkungan yang timbul, namun hasilnya belum memadai.

Pihak perusahaan dikabarkan telah melakukan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), termasuk pemberian bantuan kepada warga yang terdampak. Namun, sejumlah warga merasa bahwa bantuan tersebut tidak cukup untuk mengimbangi kerugian yang mereka alami akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang.

Pentingnya Regulasi yang Lebih Ketat

Melihat permasalahan yang dihadapi warga Torobulu, banyak pihak menyarankan perlunya peraturan yang lebih ketat dalam pengelolaan industri pertambangan. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas pertambangan untuk memastikan bahwa kegiatan ini tidak merusak ekosistem yang mendukung kehidupan masyarakat setempat.

Dalam beberapa kesempatan, pemerintah daerah telah berjanji untuk segera menyusun regulasi yang lebih tegas dalam hal pengelolaan tambang dan perlindungan lingkungan. Harapannya, dengan adanya peraturan yang jelas dan pengawasan yang lebih ketat, kerusakan lingkungan akibat tambang dapat diminimalkan, dan warga yang terdampak dapat mendapatkan ganti rugi yang layak.

Sengkarut tambang nikel di Torobulu menjadi contoh nyata bagaimana industri besar dapat berdampak pada kehidupan masyarakat kecil, terutama yang bergantung pada alam sebagai sumber mata pencaharian. Warga Torobulu berharap agar ada penyelesaian yang lebih baik terkait masalah ini, yang tidak hanya menguntungkan pihak perusahaan, tetapi juga memberikan perlindungan bagi masyarakat dan lingkungan.

"Kami berharap pemerintah bisa hadir untuk membantu kami, agar mata pencaharian kami bisa pulih dan lingkungan kembali seperti semula," ujar Ambo, mewakili harapan petani rumput laut lainnya yang kini tengah berjuang mempertahankan kehidupan mereka.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index