JAKARTA - Harga sejumlah bahan pangan pokok di wilayah Jawa Tengah kembali mengalami fluktuasi. Data terbaru dari Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 16.56 WIB, menunjukkan adanya kenaikan harga pada sebagian besar komoditas pangan. Dari total 25 komoditas yang dipantau, sebanyak 17 komoditas mengalami kenaikan harga, sementara hanya enam komoditas yang tercatat mengalami penurunan.
Kenaikan harga yang paling mencolok terjadi pada komoditas cabai merah besar, yang naik sebesar Rp705 atau 2,11% menjadi Rp34.189 per kilogram. Kenaikan ini menjadi yang tertinggi di antara seluruh komoditas yang terpantau.
"Kenaikan harga cabai merah besar memang sudah kami antisipasi, mengingat pasokan dari sentra produksi mulai menurun akibat faktor cuaca dan distribusi yang terganggu," ujar seorang analis pasar dari Bapanas.
Komoditas lain yang juga mengalami kenaikan harga adalah ikan tongkol, bawang putih bonggol, jagung di tingkat peternak, telur ayam ras, dan cabai merah keriting. Kenaikan harga pada kelompok komoditas ini turut menyumbang kekhawatiran akan meningkatnya beban belanja masyarakat, khususnya menjelang pertengahan tahun ketika permintaan cenderung meningkat.
Sementara itu, beberapa komoditas lainnya justru menunjukkan penurunan harga. Di antaranya adalah daging sapi murni, beras medium, minyak goreng kemasan, kedelai biji kering (impor), dan tepung terigu kemasan. Penurunan harga paling signifikan terjadi pada komoditas tepung terigu kemasan, yang turun sebesar Rp59 atau sekitar 0,5% menjadi Rp11.700 per kilogram.
"Penurunan harga tepung terigu bisa jadi dipengaruhi oleh stabilnya pasokan dari produsen besar dan kondisi logistik yang membaik dalam dua pekan terakhir," jelas seorang pengamat ekonomi pangan dari Universitas Diponegoro.
Namun demikian, fluktuasi harga ini tetap menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah maupun pusat. Badan Pangan Nasional telah menyatakan bahwa pihaknya akan terus memantau pergerakan harga di pasar dan mengoordinasikan langkah stabilisasi bersama dinas pangan di tingkat provinsi.
"Kami berkomitmen menjaga stabilitas harga agar tidak memberatkan masyarakat. Upaya seperti operasi pasar dan subsidi distribusi akan terus kami lakukan jika diperlukan," tegas pejabat dari Bapanas.
Para pedagang pasar di Semarang dan Solo menyatakan bahwa mereka merasakan perubahan harga tersebut dalam aktivitas jual beli sehari-hari. Banyak konsumen yang mulai mengurangi pembelian beberapa komoditas yang mengalami kenaikan signifikan.
"Harga cabai naik lagi, jadi pembeli pada ngurangin. Biasanya beli setengah kilo, sekarang seperempat," ungkap Rini, pedagang sayur di Pasar Johar, Semarang.
Dengan tren harga yang fluktuatif ini, masyarakat diimbau untuk lebih bijak dalam mengatur pengeluaran dan mencari alternatif bahan pangan yang lebih terjangkau. Pemerintah juga terus mengedukasi masyarakat terkait pola konsumsi sehat dan efisien.
Bapanas menekankan pentingnya kerja sama antara semua pihak — dari petani, distributor, hingga konsumen — dalam menjaga rantai pasok tetap lancar dan harga tetap terkendali.
Situasi ini menunjukkan bahwa pengendalian harga pangan membutuhkan intervensi lintas sektor, terutama di tengah dinamika iklim dan logistik yang masih belum sepenuhnya stabil.
Dengan adanya pemantauan dan penyesuaian kebijakan yang responsif, diharapkan gejolak harga pangan di Jawa Tengah dapat diredam dan tidak berlanjut pada inflasi yang membebani masyarakat luas.