JAKARTA – Industri logistik rantai dingin (cold chain logistics/CCL) di Indonesia diproyeksikan akan mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun mendatang, dengan nilai pasar diperkirakan mencapai USD 5,2 miliar pada 2030. Prospek cerah ini muncul seiring dengan pesatnya perkembangan sektor e-commerce, ekspansi industri makanan olahan, dan adopsi teknologi digital yang semakin luas. Namun, meskipun prospek tersebut menunjukkan potensi besar, industri CCL masih dihadapkan pada sejumlah tantangan serius yang dapat menghambat laju pertumbuhannya, terutama terkait dengan masalah stabilitas pasokan energi dan regulasi yang belum memadai.
Menurut laporan yang dipaparkan dalam pameran industri yang berlangsung di Jakarta baru-baru ini, pertumbuhan industri CCL diperkirakan akan mencatatkan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 10 persen antara tahun 2024 hingga 2030. Namun, meskipun angka pertumbuhan yang optimistis, ada sejumlah kendala yang harus segera diatasi agar sektor ini bisa berkembang maksimal.
Tantangan Pasokan Energi: Kendala Terbesar bagi Pertumbuhan CCL
Salah satu hambatan terbesar yang dihadapi oleh industri CCL di Indonesia adalah masalah stabilitas pasokan energi, khususnya listrik. Seperti yang diketahui, sektor logistik rantai dingin sangat bergantung pada sistem pendingin yang memadai untuk menjaga kualitas dan kesegaran produk, terutama untuk produk-produk yang mudah rusak seperti makanan, obat-obatan, dan produk medis lainnya. Namun, ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan listrik ini menjadi masalah serius, terutama di wilayah-wilayah dengan infrastruktur energi yang belum stabil.
Ketidakpastian dalam pasokan listrik dapat berisiko menyebabkan kerusakan produk dan menurunkan efisiensi operasional. Hal ini dapat berdampak pada biaya operasional yang lebih tinggi dan memperlambat laju distribusi barang. Keandalan pasokan energi yang rendah juga dapat menurunkan daya saing industri CCL Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang sudah memiliki infrastruktur energi yang lebih stabil.
Sejumlah pelaku industri dan ahli logistik mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap isu ini. "Jika masalah pasokan listrik tidak segera diatasi, industri logistik rantai dingin Indonesia akan kesulitan untuk mencapai potensi pertumbuhannya. Tidak hanya soal distribusi produk yang efisien, tetapi juga tentang menjamin kualitas dan keamanan produk yang sangat tergantung pada suhu yang konsisten," ujar seorang pakar industri yang hadir dalam pameran tersebut.
Regulasi yang Belum Mendukung: Menghambat Percepatan Industri CCL
Selain tantangan pasokan energi, masalah regulasi juga menjadi hambatan signifikan yang menghalangi percepatan pertumbuhan industri CCL. Sektor logistik rantai dingin membutuhkan kebijakan yang mendukung inovasi dan pengembangan infrastruktur yang lebih baik, mulai dari pengelolaan transportasi, pergudangan, hingga pengaturan mengenai penyimpanan dan distribusi produk. Namun, saat ini Indonesia masih kekurangan kebijakan yang secara khusus mengatur dan mendorong perkembangan sektor ini.
"Peraturan yang ada masih belum sepenuhnya mencakup kebutuhan industri logistik rantai dingin yang terus berkembang pesat. Dibutuhkan kebijakan yang lebih komprehensif, yang tidak hanya mendukung infrastruktur, tetapi juga memberikan insentif bagi pelaku usaha untuk berinvestasi dalam teknologi dan fasilitas yang mendukung," kata seorang pebisnis di sektor logistik.
Selain itu, kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal pengembangan fasilitas logistik juga menjadi tantangan. Banyak daerah yang memiliki potensi besar dalam sektor CCL, namun keterbatasan regulasi dan dukungan dari pemerintah daerah memperlambat laju pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Penyusunan regulasi yang terintegrasi dan menyeluruh menjadi langkah penting yang harus segera dilakukan agar industri ini dapat tumbuh secara berkelanjutan.
Pertumbuhan E-Commerce dan Teknologi Digital Sebagai Pendorong
Di balik tantangan tersebut, sektor e-commerce di Indonesia menjadi salah satu pendorong utama bagi pertumbuhan industri logistik rantai dingin. Menurut data yang dipaparkan oleh Motor Intelligence, sektor e-commerce yang terus berkembang pesat telah menciptakan kebutuhan yang lebih besar akan layanan logistik, termasuk distribusi barang yang memerlukan pengendalian suhu yang ketat, seperti produk makanan dan minuman beku serta produk medis.
Adopsi teknologi digital yang semakin meluas juga turut memberikan dampak positif bagi industri CCL. Sistem manajemen rantai pasokan yang canggih, pemanfaatan perangkat IoT untuk memantau suhu dalam perjalanan, serta teknologi blockchain untuk melacak dan memastikan keamanan produk, semuanya memberikan kemudahan bagi pelaku industri dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi.
"Adopsi teknologi seperti IoT untuk pemantauan suhu secara real-time, serta penggunaan big data dan AI untuk perencanaan logistik yang lebih efisien, akan menjadi kunci sukses bagi pengembangan industri logistik rantai dingin di Indonesia. Dengan teknologi, kita bisa mengatasi beberapa masalah yang selama ini menjadi hambatan," jelas seorang ahli teknologi yang berkompeten dalam bidang logistik.
Makanan Olahan Jadi Pasar Potensial untuk CCL
Sektor industri makanan olahan juga turut mendukung perkembangan industri CCL. Makanan olahan, yang sering kali membutuhkan pengendalian suhu yang ketat selama proses distribusi, semakin banyak dicari seiring dengan meningkatnya permintaan dari konsumen yang menginginkan produk yang lebih praktis namun tetap berkualitas. Oleh karena itu, pasar untuk produk makanan olahan di Indonesia diperkirakan akan terus berkembang, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan untuk layanan logistik rantai dingin.
"Industri makanan olahan memiliki prospek yang cerah, dan hal ini akan langsung berdampak pada industri logistik rantai dingin. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan tren ini dengan sebaik-baiknya untuk memastikan bahwa produk-produk makanan olahan dapat didistribusikan dengan aman dan dalam kondisi terbaik," tambah seorang eksekutif dari perusahaan distribusi pangan.
Langkah ke Depan
Industri logistik rantai dingin di Indonesia memang memiliki potensi yang sangat besar, dengan proyeksi nilai pasar yang mencapai USD 5,2 miliar pada 2030. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, tantangan besar seperti pasokan energi yang tidak stabil dan regulasi yang belum memadai harus segera diatasi. Para pelaku industri dan pemerintah diharapkan dapat bekerja sama untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pengembangan sektor ini, serta meningkatkan kualitas infrastruktur energi dan logistik di seluruh Indonesia.
Jika tantangan tersebut dapat diatasi, maka industri CCL di Indonesia akan mampu tumbuh pesat dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai hub logistik utama di kawasan Asia Tenggara.