BUMN

Danantara Kantongi Dividen Rp60 Triliun dari Bank BUMN, Siap Suntik Likuiditas ke Pasar Saham dan Dorong IHSG Bangkit

Danantara Kantongi Dividen Rp60 Triliun dari Bank BUMN, Siap Suntik Likuiditas ke Pasar Saham dan Dorong IHSG Bangkit

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia diprediksi akan mendapat angin segar dalam waktu dekat. Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan menerima suntikan likuiditas besar dari pencairan dividen sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis. Nilainya tak main-main, mencapai hingga Rp60 triliun, terutama dari tiga bank BUMN raksasa: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Kucuran dana besar ini diperkirakan akan menjadi pendorong penting bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk kembali bergairah setelah sempat tertekan dalam beberapa pekan terakhir. Bersama dengan Dana Pensiun (Dapen) dan BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK), Danantara digadang-gadang akan menjadi liquidity provider utama di pasar saham domestik.

Dividen Jumbo dari Bank BUMN

Dividen jumbo yang diterima Danantara berasal dari laba tahun buku 2024 yang dibagikan oleh tiga bank BUMN besar tersebut. Pembagian dividen ini menjadi sinyal kuat bahwa fundamental keuangan BUMN sektor perbankan masih sangat sehat dan berdaya tahan tinggi di tengah kondisi global yang menantang.

Sebagai informasi, ketiga bank pelat merah ini sebelumnya telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan menyepakati pembagian dividen dalam jumlah besar. Dari total dividen yang dibagikan, sebagian besar diarahkan kepada pemerintah dan institusi pengelola aset negara, termasuk Danantara yang kini menjadi holding raksasa baru di bawah payung negara.

Danantara dan Perannya dalam Ekosistem Investasi Nasional

Sejak resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025, Danantara telah menjadi entitas penting dalam pengelolaan kekayaan dan aset negara. Lembaga ini dirancang menyerupai model sovereign wealth fund atau holding investasi nasional yang mengelola aset-aset strategis milik negara secara lebih terfokus dan efisien.

Pada tahap awal, Danantara memegang kendali atas tujuh BUMN strategis, yaitu:

- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)

- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)

- PT PLN (Persero)

- PT Pertamina (Persero)

- Mining Industry Indonesia (MIND ID)

Namun skala kendali Danantara terus meluas. Berdasarkan pernyataan CEO Danantara, Rosan Roeslani, pada 21 Maret 2025 lalu, Danantara kini membawahi total 844 perusahaan, mulai dari BUMN induk, anak usaha, cucu usaha, hingga entitas di bawahnya.

"Totalnya ada 844 perusahaan, mulai dari anak, cucu, cicit, bahkan hingga lapis di bawahnya. Semuanya sudah resmi dimiliki Danantara sejak 21 Maret lalu," ujar Rosan seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Nilai Aset Capai Lebih dari Rp14.000 Triliun

Dengan portofolio yang begitu besar, nilai aset yang kini dikelola oleh Danantara mencapai US$ 982 miliar, atau setara dengan lebih dari Rp14.000 triliun. Angka ini menjadikan Danantara sebagai salah satu entitas pengelola aset terbesar di Asia Tenggara, bahkan berpotensi menjadi pemain besar dalam lanskap investasi global.

Kekuatan finansial yang dimiliki Danantara inilah yang akan memainkan peran krusial dalam menstabilkan dan bahkan mendorong penguatan pasar modal domestik.

Siap Suntik IHSG, Pasar Saham Bisa Melesat?

Pencairan dividen yang besar ini tentunya akan meningkatkan likuiditas yang dikelola Danantara. Menurut analis pasar, aliran dana ini kemungkinan besar akan diarahkan ke pasar saham sebagai bagian dari strategi optimalisasi aset. Dengan menjadi liquidity provider, Danantara memiliki peran penting dalam menstabilkan IHSG yang sempat tertekan akibat ketidakpastian eksternal.

Selain Danantara, Dapen dan BPJS TK juga disebut-sebut akan aktif berperan dalam injeksi dana ke pasar modal. Ketiganya memiliki posisi strategis sebagai institusi pengelola dana besar dengan mandat investasi jangka panjang.

Kondisi ini memicu optimisme bahwa IHSG akan terus menunjukkan penguatan, setidaknya dalam jangka pendek hingga menengah. Apalagi, fundamental emiten-emiten besar di Bursa Efek Indonesia, khususnya dari sektor perbankan dan energi, menunjukkan performa yang solid selama kuartal pertama 2025.

Potensi Masuknya Dana Asing

Analis juga memperkirakan bahwa adanya aliran likuiditas domestik dari institusi seperti Danantara akan menarik minat investor asing untuk kembali masuk ke pasar modal Indonesia. Stabilitas dan keyakinan terhadap pasar domestik yang didukung kekuatan dana lokal menjadi sinyal positif yang sangat diperhatikan oleh pelaku pasar global.

“Ketika dana domestik masuk ke pasar secara konsisten, ini memberi sinyal kepada investor luar bahwa risiko pasar kita sedang dikelola dengan baik. Ini bisa menarik kembali aliran modal asing,” ujar seorang analis pasar saham dari Jakarta Investment Institute.

Tantangan dan Perluasan Strategi Investasi

Meskipun aliran dana besar memberikan harapan, tantangan tetap ada. Perluasan strategi investasi Danantara harus dijalankan dengan kehati-hatian, transparansi, dan akuntabilitas tinggi. Pengawasan terhadap alokasi dana juga harus diperketat agar benar-benar memberikan dampak terhadap stabilitas ekonomi dan bukan sekadar menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Namun demikian, Danantara telah menegaskan bahwa pihaknya akan mengedepankan prinsip good governance dalam seluruh aktivitas pengelolaan asetnya. Strategi investasi Danantara dirancang untuk jangka panjang, berkelanjutan, dan memberikan nilai tambah bagi negara.

Pencairan dividen senilai Rp60 triliun dari tiga bank BUMN besar menjadi momen penting dalam babak awal operasional Danantara. Selain memperkuat posisi lembaga ini sebagai pemain kunci dalam lanskap investasi nasional, dana tersebut juga menjadi amunisi baru dalam memperkuat pasar modal Indonesia, terutama melalui peran sebagai penyedia likuiditas.

Dengan sinergi antara Danantara, Dapen, dan BPJS TK, serta potensi masuknya dana asing, peluang kebangkitan IHSG semakin nyata. Para pelaku pasar diimbau untuk tetap waspada namun optimis, karena fase penguatan pasar tampaknya akan terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.

“Momentum ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memperkuat daya tahan pasar modal nasional. Danantara siap menjalankan perannya sebagai katalis pertumbuhan,” tutup Rosan Roeslani.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index