JAKARTA - Biaya logistik di Indonesia yang tinggi telah menjadi salah satu faktor penghambat utama bagi daya saing pelaku usaha nasional. Berdasarkan data yang ada, beban logistik domestik Indonesia ternyata jauh lebih besar dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Singapura. Fenomena ini menambah tantangan yang dihadapi oleh sektor manufaktur, distribusi, dan industri lainnya yang berorientasi pada efisiensi dan peningkatan daya saing.
Menurut Wakil Ketua Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anika Faisal, tingginya biaya logistik Indonesia menjadi isu yang krusial dalam menghadapi persaingan global. “Logistik kita itu masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara regional seperti Malaysia dan Singapura,” ujarnya dalam pernyataan yang diterima pada Jumat, 25 April 2025.
Perbandingan Biaya Logistik Indonesia dan Negara Tetangga
Perbandingan dengan negara tetangga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam struktur biaya logistik. Di Malaysia, biaya logistik diperkirakan hanya berkisar 13% dari Produk Domestik Bruto (PDB), angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia. “Biaya logistik kita sekitar 23% dari PDB, which is quite high,” jelas Anika. Angka 23% tersebut, menurutnya, mencerminkan adanya ketidakefisienan yang harus segera diperbaiki.
Dampak Biaya Logistik Tinggi terhadap Sektor Usaha
Perbedaan biaya logistik yang signifikan ini tentu memiliki dampak yang besar terhadap struktur biaya dan harga barang di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi memperburuk efisiensi distribusi barang, yang pada akhirnya mempengaruhi daya saing produk Indonesia di pasar domestik dan internasional. Selain itu, tingginya biaya ini juga berdampak pada margin usaha, yang semakin kecil seiring dengan meningkatnya biaya produksi dan distribusi.
Sektor manufaktur dan distribusi menjadi dua sektor yang paling terpengaruh oleh tingginya biaya logistik. Selain itu, biaya logistik yang tinggi juga memperburuk kemampuan sektor-sektor ini untuk bersaing dengan produk impor, yang sering kali lebih murah karena biaya logistik yang lebih rendah di negara asalnya.
Hambatan bagi Investasi dalam Negeri dan Luar Negeri
Tingginya biaya logistik juga berdampak negatif pada iklim investasi di Indonesia. Apindo mencatat bahwa biaya logistik yang tinggi menjadi salah satu hambatan utama dalam menarik investasi baru, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan-perusahaan yang ingin berinvestasi di Indonesia harus mempertimbangkan biaya logistik yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang lebih efisien dalam hal distribusi dan transportasi.
Anika Faisal menegaskan bahwa untuk mengatasi masalah ini, pemerintah perlu segera melakukan perbaikan di sektor logistik. “Perbaikan sektor logistik perlu menjadi prioritas kebijakan pemerintah, terutama untuk mendukung pertumbuhan industri nasional dan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar global,” katanya. Menurut Anika, sektor logistik yang efisien adalah salah satu kunci untuk memperbaiki daya saing Indonesia di pasar internasional, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat ekonomi domestik.
Tantangan Lain yang Dihadapi Pelaku Usaha
Selain masalah biaya logistik, Anika juga menyoroti beberapa tantangan lain yang perlu mendapat perhatian pemerintah. Salah satunya adalah tingkat suku bunga yang masih cukup tinggi. Tingginya suku bunga membuat pembiayaan bagi pelaku usaha menjadi lebih mahal, yang pada gilirannya memperburuk margin keuntungan dan menghambat ekspansi bisnis.
Selain itu, ketidakefisienan dalam proses perizinan usaha juga menjadi masalah yang harus segera diselesaikan. Proses perizinan yang panjang dan rumit sering kali menjadi penghalang bagi pelaku usaha, baik yang sudah ada maupun calon investor, untuk melakukan ekspansi atau memulai usaha baru. “Proses perizinan usaha yang berbelit-belit sering kali menghambat para pelaku usaha yang ingin berinvestasi dan berkembang,” ujar Anika.
Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Masalah Logistik
Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya sektor logistik dalam mendukung perekonomian nasional, dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah biaya logistik yang tinggi. Salah satunya adalah dengan meningkatkan infrastruktur transportasi dan distribusi di seluruh Indonesia. Proyek-proyek seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan bandara bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi dan mempercepat distribusi barang.
Namun, Anika Faisal menekankan bahwa perbaikan infrastruktur saja tidak cukup untuk menurunkan biaya logistik. “Kami berharap pemerintah dapat memberikan insentif dan kebijakan yang mendukung efisiensi logistik, baik di sektor transportasi darat, laut, maupun udara,” jelasnya. Peningkatan efisiensi ini tidak hanya akan menguntungkan pelaku usaha, tetapi juga konsumen, yang akan menikmati harga barang yang lebih kompetitif.
Perbaikan Sektor Logistik sebagai Prioritas
Tingginya biaya logistik di Indonesia menjadi masalah besar yang menghambat daya saing pelaku usaha nasional. Perbedaan yang signifikan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam meningkatkan efisiensi sektor logistiknya. Apindo menilai perbaikan di sektor ini harus menjadi prioritas kebijakan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan industri nasional dan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar global.
Dengan mengatasi hambatan-hambatan tersebut, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat manufaktur dan distribusi yang kompetitif, baik di kawasan Asia Tenggara maupun di pasar global.