Batu Bara

Harga Komoditas Global Bergerak Variatif: Timah Naik, Batu Bara Melemah di Tengah Ketegangan Perang Tarif

Harga Komoditas Global Bergerak Variatif: Timah Naik, Batu Bara Melemah di Tengah Ketegangan Perang Tarif

JAKARTA - Harga komoditas global menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada penutupan perdagangan Selasa 22 April 2025. Beberapa komoditas seperti timah dan minyak mentah mencatat kenaikan signifikan, sementara harga batu bara justru melemah lebih dari satu persen. Kenaikan harga beberapa komoditas ini didorong oleh ketegangan geopolitik, terutama perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan beberapa negara mitra dagangnya.

Berdasarkan data yang dikutip dari sejumlah sumber global, harga minyak mentah mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada perdagangan hari Selasa. Sementara itu, harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan timah juga mencatat kenaikan masing-masing sebesar 1,5 persen. Namun, batu bara mengalami tekanan dan ditutup melemah 1,21 persen.

Minyak Mentah Kembali Menguat

Harga minyak mentah naik karena adanya sentimen baru dari sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintah AS terhadap Iran. Sanksi tersebut menargetkan raja pengiriman gas minyak cair (LPG) dan minyak mentah Iran, serta jaringan perusahaan yang terkait. Kabar ini turut memperketat ekspektasi pasokan global dan mendorong reli harga.

Mengutip laporan dari sumber, harga minyak mentah Brent ditutup naik sebesar 1,8 persen dan berakhir pada level USD 67,44 per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Mei, yang berakhir pada penutupan Selasa, naik 2 persen menjadi USD 64,32 per barel.

"Sanksi tambahan terhadap Iran meningkatkan kekhawatiran pasar akan pasokan global, sehingga mendorong reli harga minyak setelah aksi jual tajam sebelumnya," tulis laporan.

Selain faktor geopolitik, penguatan di pasar ekuitas turut mendorong harga minyak. Investor tampaknya menanggapi kondisi pasar dengan hati-hati, terutama setelah Presiden AS Donald Trump melontarkan kritik terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang memicu gejolak di pasar saham.

Timah dan CPO Naik di Tengah Ketidakpastian

Selain minyak, harga timah dan minyak kelapa sawit mentah (CPO) juga menunjukkan penguatan. Keduanya naik masing-masing sebesar 1,5 persen. Analis menyebut bahwa kenaikan harga timah lebih disebabkan oleh ekspektasi permintaan industri elektronik yang stabil, sementara harga CPO didorong oleh sentimen pengetatan pasokan dari negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia.

"Ketegangan dagang antara AS dan mitra dagangnya mendorong para investor beralih ke komoditas sebagai aset lindung nilai, yang ikut mendongkrak harga CPO dan timah," ujar seorang analis komoditas dari Asia Futures Market.

Batu Bara Tertekan, Turun Lebih dari 1 Persen

Di sisi lain, komoditas batu bara justru mengalami tekanan pada perdagangan kali ini. Harga batu bara turun 1,21 persen. Melemahnya permintaan dari pasar utama seperti China dan India disebut-sebut sebagai faktor utama pelemahan ini.

“Penurunan ini mencerminkan permintaan yang melambat di pasar Asia, terutama karena meningkatnya adopsi energi terbarukan dan pengurangan ketergantungan terhadap energi fosil,” ujar analis energi dari Energy Intelligence, Rabu April 2025.

Selain itu, meningkatnya produksi lokal di beberapa negara tujuan ekspor utama juga turut membebani harga batu bara global. Pasar kini tengah menunggu data ekspor dan impor terbaru untuk menentukan arah harga ke depan.

Implikasi Jangka Panjang terhadap Pasar Komoditas

Ketegangan perdagangan internasional, khususnya antara AS dan beberapa negara besar, telah menciptakan dinamika yang fluktuatif di pasar komoditas. Kenaikan harga timah, minyak, dan CPO mencerminkan kekhawatiran terhadap pasokan dan pengaruh geopolitik terhadap rantai pasok global.

Namun, pelemahan batu bara menjadi cerminan nyata dari perubahan tren energi global, di mana negara-negara besar kini mulai mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

“Pasar komoditas tahun ini akan terus bergejolak mengikuti perkembangan geopolitik dan transisi energi. Para pelaku pasar perlu lebih waspada dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi sangat cepat,” ujar pakar komoditas dari Global Commodities Forum.

Dengan kondisi tersebut, para investor di sektor komoditas diimbau untuk mencermati indikator makroekonomi dan perkembangan kebijakan luar negeri dari negara-negara kunci seperti AS, Tiongkok, dan Uni Eropa.

Dalam jangka pendek, harga komoditas diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif, dengan peluang penguatan pada komoditas energi dan logam, serta tekanan lanjutan pada sektor batu bara jika tren transisi energi terus berlanjut.

Perdagangan global masih harus menghadapi tantangan geopolitik dan transformasi struktural ekonomi dunia yang menuntut ketahanan serta adaptasi dari para pelaku industri dan investor.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index