Finansial

Lonjakan Penumpang Kereta Cepat Whoosh Saat Lebaran 2025 Dikontraskan dengan Ancaman Defisit Keuangan KCIC

Lonjakan Penumpang Kereta Cepat Whoosh Saat Lebaran 2025 Dikontraskan dengan Ancaman Defisit Keuangan KCIC

JAKARTA – Meskipun perekonomian nasional belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi dan berbagai tantangan global, Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) tetap mencatatkan pencapaian menggembirakan selama momentum libur Lebaran 2025. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) melaporkan adanya lonjakan tajam dalam jumlah penumpang, melebihi ekspektasi awal, menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap moda transportasi baru ini kian meningkat.

Dalam kurun waktu arus mudik dan balik Lebaran 2025, lebih dari 310.000 penumpang tercatat telah menggunakan layanan kereta cepat Whoosh, menjadikannya salah satu moda transportasi paling populer selama musim libur tahun ini.

KCIC Tambah Frekuensi Perjalanan Hadapi Lonjakan Penumpang

Merespons lonjakan permintaan tersebut, KCIC meningkatkan frekuensi perjalanan harian dari 52 menjadi 62 kali per hari. Rata-rata penumpang yang menggunakan layanan ini mencapai 21.000 orang per hari, bahkan sempat menyentuh angka 23.500 penumpang dalam satu hari, sebuah rekor baru sejak layanan ini resmi beroperasi secara komersial.

Eva Chairunisa, General Manager Corporate Secretary KCIC, menyampaikan bahwa peningkatan jumlah penumpang ini menunjukkan kepercayaan masyarakat yang terus tumbuh terhadap layanan transportasi modern, cepat, dan nyaman seperti Whoosh.

“Tren positif ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin menerima dan mempercayai Whoosh sebagai moda transportasi unggulan untuk perjalanan antarkota. Apalagi dengan waktu tempuh yang sangat efisien dan fasilitas yang nyaman, ini menjadi pilihan utama terutama di musim mudik,” ujar Eva dalam keterangan resminya.

Kontras dengan Tantangan Keuangan yang Mengintai

Di balik capaian operasional yang menggembirakan, KCIC menghadapi tantangan serius dari sisi keberlanjutan finansial proyek. Sejumlah pengamat ekonomi menyoroti bahwa proyek Kereta Cepat Whoosh hingga kini belum berhasil mencetak keuntungan, bahkan dibayangi oleh risiko kerugian keuangan dalam jangka panjang.

Salah satu kritik datang dari Anthony Budiawan, Direktur Pelaksana Political Economy and Policy Studies (PEPS), yang mengungkapkan kekhawatiran bahwa KCIC tengah menghadapi skema keuangan yang sangat rentan.

“Risikonya sangat tinggi. Kalau terus begini, bisa-bisa KCIC terpaksa menambah utang lagi untuk menutup kerugian,” kata Anthony.

Menurutnya, biaya pembangunan proyek yang membengkak hingga mencapai 7,22 miliar dolar AS menjadi beban utama. Angka tersebut jauh melampaui estimasi awal dan dibiayai sebagian besar melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB). Dengan bunga tahunan yang mencapai hampir Rp2 triliun, beban keuangan perusahaan menjadi sangat berat.

Pendapatan Tiket Belum Mampu Tutup Biaya Operasional

Meskipun jumlah penumpang terus meningkat, pendapatan dari penjualan tiket dinilai belum mencukupi untuk menutup seluruh biaya operasional yang meliputi listrik, perawatan fasilitas dan kereta, hingga gaji karyawan. Selama tahun 2024, KCIC mencatatkan penjualan tiket sebesar 6,06 juta tiket, dengan harga rata-rata tiket sekitar Rp250.000 per penumpang.

Dari angka tersebut, pendapatan kotor yang dihasilkan diperkirakan sekitar Rp1,5 triliun. Namun, itu hanya bagian dari realitas keuangan yang jauh lebih kompleks, karena biaya operasional dan kewajiban pembayaran utang belum masuk dalam perhitungan laba bersih.

Anthony Budiawan menilai bahwa tanpa intervensi dan perbaikan struktural, proyek kereta cepat bisa memasuki jalur kerugian jangka panjang.

“Dengan beban bunga yang besar dan pendapatan terbatas, defisit keuangan bisa berkelanjutan. Ini sangat berisiko bagi keberlangsungan proyek ke depan,” tegas Anthony.

Pemerintah Perlu Evaluasi Ulang Strategi Monetisasi

Sejumlah analis juga menyarankan agar pemerintah bersama KCIC segera mengevaluasi ulang strategi monetisasi proyek, agar kereta cepat tidak hanya mengandalkan pendapatan dari tiket. Beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan adalah pengembangan kawasan berbasis transit-oriented development (TOD), kerja sama komersial di stasiun, serta perluasan jaringan ke daerah lain seperti Surabaya untuk meningkatkan skala ekonomi.

Selain itu, dukungan fiskal dan insentif pajak dinilai bisa menjadi salah satu cara untuk mengurangi beban keuangan jangka pendek yang ditanggung KCIC. Namun, langkah ini harus diimbangi dengan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran negara.

KCIC Tetap Optimistis Kembangkan Layanan

Meski menghadapi sorotan dari sisi keuangan, KCIC tetap menunjukkan optimisme dalam pengembangan layanan. Manajemen menyatakan bahwa performa selama Lebaran menjadi tolok ukur bahwa kereta cepat memiliki pasar yang jelas dan akan terus bertumbuh seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap efisiensi waktu dan kenyamanan transportasi.

“Kami percaya bahwa dalam jangka menengah hingga panjang, kereta cepat akan menjadi tulang punggung konektivitas Jawa dan mengurangi beban lalu lintas di jalan raya serta bandara,” tutur Eva Chairunisa.

KCIC juga tengah menyiapkan sejumlah strategi promosi dan penyesuaian jadwal guna menjangkau lebih banyak penumpang, terutama di hari-hari biasa yang tidak padat.

Lonjakan jumlah penumpang Kereta Cepat Whoosh selama musim Lebaran 2025 menjadi bukti kuat bahwa moda transportasi ini mulai mendapat tempat di hati masyarakat. Namun, tantangan besar masih membayangi, terutama dari sisi keberlanjutan finansial proyek yang dikelola oleh KCIC.

Dengan kombinasi strategi peningkatan efisiensi, diversifikasi pendapatan, dan dukungan dari pemerintah, proyek kereta cepat dapat tetap beroperasi secara berkelanjutan di masa depan. Perjalanan Whoosh masih panjang, dan tantangan di depan harus dijawab dengan inovasi dan tata kelola keuangan yang lebih matang.

“Jika ingin proyek ini terus berjalan dan memberi manfaat jangka panjang, semua pihak harus duduk bersama mencari solusi finansial yang realistis dan berkelanjutan,” pungkas Anthony Budiawan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index