JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA), anggota holding BUMN pertambangan MIND ID, terus memperkuat fondasi bisnisnya dengan mengakselerasi strategi hilirisasi batu bara. Langkah ini dinilai penting untuk meningkatkan nilai tambah batu bara nasional, mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah, serta mendukung ketahanan energi nasional dan pertumbuhan industri kendaraan listrik di dalam negeri.
Dalam pernyataan resmi yang diterima media, Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menegaskan bahwa perusahaan telah melakukan berbagai inovasi dalam rangka mendorong hilirisasi batu bara, salah satunya melalui proyek konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet, dua komponen penting dalam produksi baterai lithium-ion (Li-ion).
“Kami telah menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melaksanakan pilot project pengembangan produk turunan batu bara berupa Artificial Graphite dan Anode Sheet,” ungkap Arsal. “Langkah ini merupakan bentuk komitmen kami untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam mendorong hilirisasi serta menyokong kemandirian energi nasional.”
Hilirisasi untuk Mendongkrak Kinerja Jangka Panjang
Strategi hilirisasi yang dijalankan PTBA tidak hanya fokus pada peningkatan nilai ekonomi semata, tetapi juga menjadi langkah transformasi menuju model bisnis yang lebih berkelanjutan. Konversi batu bara menjadi material penting dalam sektor energi terbarukan seperti baterai kendaraan listrik menjadi jawaban atas tantangan global transisi energi.
PTBA memandang hilirisasi sebagai peluang strategis jangka panjang. Dengan memanfaatkan potensi batu bara kalori rendah yang melimpah di dalam negeri, PTBA berusaha menghasilkan produk bernilai tinggi yang mampu bersaing secara global dan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Sinergi dengan BRIN dan Dukungan Teknologi
Kolaborasi PTBA dengan BRIN menjadi tonggak penting dalam proses transformasi teknologi yang dijalankan perusahaan. Dalam proyek ini, batu bara diproses secara kimiawi dan fisik untuk menghasilkan material Artificial Graphite dan Anode Sheet, dua bahan yang memiliki permintaan tinggi di pasar baterai global.
BRIN menyumbangkan kapasitas riset dan laboratorium untuk memastikan proyek ini sesuai dengan standar internasional. Di sisi lain, PTBA menginvestasikan sumber daya dan infrastruktur untuk mengembangkan proses produksi berskala industri yang efisien dan ekonomis.
“Proyek ini menjadi langkah strategis kami untuk membangun mata rantai industri baterai dalam negeri, yang pada akhirnya bisa memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam ekosistem kendaraan listrik,” jelas Arsal.
Langkah Lanjutan: Pabrik Hilirisasi dan Ekspansi Kapasitas
Setelah sukses dalam tahap uji coba, PTBA menargetkan pembangunan fasilitas produksi skala penuh untuk pengolahan batu bara menjadi bahan anoda baterai. Proyek ini akan menjadi bagian dari roadmap jangka panjang perusahaan dalam menciptakan portofolio produk energi baru yang lebih beragam.
PTBA juga menjajaki kemitraan dengan pelaku industri otomotif dan baterai, baik di dalam negeri maupun internasional. Tujuannya adalah untuk memastikan hilirisasi batu bara tidak hanya menjadi program mandiri, tetapi terintegrasi dalam ekosistem industri global.
Selain itu, PTBA terus mengembangkan proyek gasifikasi batu bara di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, yang akan mengubah batu bara menjadi dimethyl ether (DME), substitusi elpiji, serta metanol. Proyek ini diharapkan mulai beroperasi pada 2027 dan menjadi solusi atas ketergantungan Indonesia terhadap impor elpiji yang mencapai 80% dari total konsumsi nasional.
Komitmen Terhadap Energi Berkelanjutan
Hilirisasi batu bara adalah bagian dari transformasi bisnis PTBA menuju perusahaan energi kelas dunia yang berkelanjutan. PTBA juga mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kawasan operasionalnya.
Upaya ini sesuai dengan target pemerintah Indonesia yang mencanangkan transisi energi melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), di mana bauran energi terbarukan ditargetkan mencapai 23% pada tahun 2025 dan terus meningkat setelahnya.
“Kami menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, hilirisasi bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tanggung jawab terhadap masa depan bangsa,” tutup Arsal.
Dukungan Pemerintah dan Stakeholder
Pemerintah menyambut baik langkah-langkah hilirisasi yang dilakukan oleh BUMN seperti PTBA. Dalam berbagai kesempatan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menekankan bahwa hilirisasi batu bara akan menjadi pilar utama dalam mewujudkan kemandirian energi nasional dan mengurangi risiko ekonomi akibat fluktuasi harga komoditas global.
PTBA juga terus menjalin komunikasi intensif dengan Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, serta otoritas lokal dalam memastikan keberhasilan proyek-proyek hilirisasi yang sedang digagas. Kolaborasi lintas sektor ini dinilai krusial dalam menciptakan ekosistem industri yang kompetitif dan berkelanjutan.
Dengan berbagai inisiatif hilirisasi yang inovatif dan terukur, PT Bukit Asam (PTBA) membuktikan komitmennya untuk mentransformasikan bisnis tambang batu bara menjadi industri energi berdaya saing tinggi. Langkah ini tidak hanya menjanjikan keuntungan ekonomi, tetapi juga menjadi jawaban strategis dalam menghadapi perubahan global menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Transformasi ini akan semakin memperkuat posisi PTBA sebagai pionir hilirisasi batu bara di Indonesia, dan menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa menuju kemandirian energi serta transisi ke masa depan yang ramah lingkungan.