Gas

Kota Jadi Penyumbang Terbesar Emisi Gas Rumah Kaca, WMO Tegaskan Perlunya Pemantauan Ketat untuk Mitigasi Efektif

Kota Jadi Penyumbang Terbesar Emisi Gas Rumah Kaca, WMO Tegaskan Perlunya Pemantauan Ketat untuk Mitigasi Efektif

JAKARTA - Kota-kota di seluruh dunia saat ini dinyatakan sebagai sumber emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar yang berkontribusi signifikan terhadap perubahan iklim global. Hal ini mengemuka dalam Konferensi Gas Rumah Kaca Perkotaan dan KTT Pemangku Kepentingan 2025 yang digelar oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) bersama mitra internasional pada 7–9 April 2025 di kantor pusat WMO di Jenewa, Swiss.

Dalam forum bergengsi yang dihadiri para ilmuwan terkemuka, peneliti, serta para pengambil kebijakan dari berbagai negara ini, terungkap bahwa kawasan perkotaan memegang peran sangat sentral dalam upaya pengendalian emisi GRK global. Kota, dengan padatnya aktivitas industri, transportasi, serta konsumsi energi yang tinggi, menyumbang porsi signifikan terhadap akumulasi emisi karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan gas-gas rumah kaca lainnya di atmosfer.

"Perkotaan adalah sumber emisi gas rumah kaca terbesar. Karena itu, kota-kota harus menjadi bagian utama dari solusi global terhadap perubahan iklim," tegas Direktur Senior Departemen Layanan WMO, Johan Stander, dalam sambutannya di konferensi tersebut.

Menurut Stander, tantangan besar dalam mitigasi perubahan iklim di kawasan urban menuntut upaya kolektif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk para ilmuwan, pemerintah daerah, sektor swasta, hingga masyarakat sipil. Sebab itu, penyelenggaraan konferensi ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor.

“Konferensi ini menjadi platform penting yang mempertemukan para peneliti mutakhir dengan para pembuat keputusan strategis. Ini bagian dari tema peringatan 75 tahun WMO tahun ini, yaitu Science for Action, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh dunia,” kata Stander menambahkan.

Acara ini diselenggarakan oleh Sistem Informasi Gas Rumah Kaca Global Terpadu (Integrated Global Greenhouse Gas Information System/IG3IS) dan Proyek Kota Sistem Observasi Karbon Terpadu (Integrated Carbon Observation System/ICOS). Keduanya memainkan peranan penting dalam menyediakan data akurat yang diperlukan untuk mendukung kebijakan pengurangan emisi di kawasan perkotaan.

Konferensi ini juga menjadi salah satu acara terbesar di tingkat global yang secara khusus membahas pemantauan dan mitigasi emisi gas rumah kaca di lingkungan urban. Para peserta tidak hanya berdiskusi, tetapi juga berbagi hasil riset terbaru serta menyusun draf akhir Pedoman Praktik Baik Perkotaan versi IG3IS, yang nantinya diharapkan dapat menjadi acuan standar internasional dalam pengelolaan emisi GRK di kota-kota besar.

Pemantauan yang lebih baik terhadap emisi di kawasan perkotaan dinilai sangat penting untuk menciptakan langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif. Dengan adanya sistem pemantauan canggih, pemerintah kota dapat memahami sumber utama emisi secara lebih rinci sehingga intervensi kebijakan bisa lebih tepat sasaran.

“Pemantauan emisi yang lebih baik di kawasan perkotaan sangat penting agar kita bisa merumuskan langkah-langkah mitigasi yang efektif. Data yang akurat adalah fondasi utama dalam pengambilan keputusan yang berdampak luas,” ujar Stander.

Pentingnya kolaborasi antara ilmuwan dan pembuat kebijakan juga ditekankan dalam berbagai sesi panel yang digelar selama konferensi berlangsung. Salah satu sorotan utama adalah bagaimana teknologi terbaru, seperti pengamatan satelit dan sensor berbasis darat, dapat memberikan data real-time yang mendukung pengurangan emisi di tingkat kota.

Selain itu, konferensi ini juga menyoroti urgensi percepatan implementasi kebijakan ramah lingkungan di perkotaan, mulai dari transisi energi bersih, penguatan transportasi berkelanjutan, hingga pengelolaan limbah yang lebih efisien. Para pembicara menekankan bahwa keberhasilan pengurangan emisi di kota-kota besar akan memberikan dampak domino positif bagi pencapaian target iklim global, termasuk Kesepakatan Paris.

“Perubahan iklim adalah tantangan global, namun aksi nyatanya harus dimulai dari tingkat lokal. Kota-kota harus memimpin transisi menuju masa depan yang rendah karbon,” papar salah satu panelis dalam konferensi, yang juga merupakan pakar iklim dari Proyek ICOS.

Lebih lanjut, hasil dari pertemuan ini diharapkan dapat mendorong setiap kota untuk memperkuat kapasitasnya dalam memantau emisi secara mandiri, sekaligus memperbarui strategi pengurangan emisi mereka berdasarkan data ilmiah terbaru.

Johan Stander menyampaikan harapannya agar hasil diskusi dalam konferensi ini dapat segera diimplementasikan di berbagai wilayah perkotaan di dunia. "Kami ingin hasil dari pertemuan ini tidak hanya berhenti pada diskusi, tetapi diterjemahkan menjadi aksi nyata di lapangan. Kami percaya, dengan kerja sama yang erat antara ilmuwan dan pembuat kebijakan, kita bisa menciptakan kota-kota yang lebih hijau dan lebih sehat bagi generasi mendatang," ujarnya optimistis.

Dengan berakhirnya konferensi ini, WMO bersama seluruh mitra berkomitmen untuk terus memantau perkembangan implementasi hasil kesepakatan. Fokus utama ke depan adalah memastikan bahwa data-data yang diperoleh dari sistem observasi yang canggih dapat benar-benar dimanfaatkan untuk kebijakan pengurangan emisi yang efektif di tingkat lokal maupun nasional.

Tidak hanya itu, keberhasilan pelaksanaan konferensi ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi kota-kota lain yang belum sepenuhnya menerapkan sistem pemantauan dan mitigasi emisi secara terpadu. Sebab, tanpa langkah konkret di kawasan urban, target global untuk menahan laju pemanasan bumi di bawah 1,5 derajat Celsius akan sulit tercapai.

Sebagai penutup, Johan Stander kembali menegaskan bahwa kolaborasi erat antara ilmuwan, pembuat kebijakan, dan seluruh elemen masyarakat menjadi kunci sukses dalam mengatasi tantangan perubahan iklim, terutama di kawasan perkotaan yang menjadi pusat emisi terbesar.

“Kita harus bertindak sekarang. Dengan sains sebagai fondasi dan tindakan nyata sebagai penggeraknya, kita dapat menciptakan perubahan yang dibutuhkan untuk masa depan bumi kita,” pungkas Stander dengan penuh harapan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index