JAKARTA - Di tengah ketegangan global yang dipicu oleh perang dagang, terutama kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat (AS), Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas pasar modal nasional. Dalam kondisi ini, sejumlah pihak menilai pentingnya langkah-langkah strategis dari pemerintah untuk menyehatkan pasar modal, demi memastikan kepercayaan investor tetap terjaga dan sektor keuangan Indonesia tetap stabil.
Hal tersebut menjadi pembahasan utama dalam webinar bertajuk Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia, yang diselenggarakan pada Jumat, 11 April 2025. Webinar tersebut menghadirkan berbagai pakar ekonomi, termasuk Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, yang menyoroti perlunya peran aktif pemerintah dalam menanggapi dinamika global dan domestik yang berdampak pada pasar modal Indonesia.
Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
Perang dagang yang terus bergulir antara AS dan beberapa negara besar, terutama China, berdampak pada perekonomian global. Salah satu langkah yang diambil oleh AS adalah penerapan tarif impor yang tinggi terhadap barang-barang dari negara-negara mitranya. Kebijakan ini memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, termasuk Indonesia, yang tergantung pada stabilitas ekonomi global.
Sebagai dampaknya, pasar modal Indonesia menghadapi tekanan hebat. Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi tajam, dengan investor yang cenderung menghindari risiko. Dalam situasi ini, kepercayaan investor menjadi faktor penting untuk menjaga kelangsungan pasar modal. Menurut Wijayanto Samirin, Indonesia perlu langkah strategis dari pemerintah untuk memitigasi dampak negatif dari perang dagang yang berlanjut ini.
“Pemerintah harus lebih aktif dalam mengambil peran untuk menjaga daya tarik pasar modal domestik. Keberpihakan pemerintah terhadap pasar modal saat ini tidak sekuat pada periode 1995 hingga 2005,” ungkap Wijayanto dalam paparannya. “Pada masa itu, pasar modal Indonesia mengalami masa keemasan, dan banyak investor domestik maupun asing yang tertarik berinvestasi di Indonesia. Keberpihakan pemerintah sangat terasa, baik dalam kebijakan fiskal maupun dukungan terhadap sektor pasar modal,” lanjutnya.
Keberpihakan Pemerintah Diperlukan untuk Mengoptimalkan Pasar Modal
Wijayanto menilai bahwa pasar modal Indonesia pada masa lalu, terutama pada periode 1995 hingga 2005, dapat dianggap sebagai masa keemasan. Pada masa itu, Indonesia menikmati stabilitas ekonomi yang baik, didukung dengan kebijakan pro-pasar modal yang memberikan insentif dan kemudahan bagi para investor. Namun, di era sekarang, keberpihakan pemerintah terhadap pasar modal dinilai tidak sekuat dulu.
“Pasar modal Indonesia pada 1995 hingga 2005 berada dalam masa keemasan. Ada keberpihakan pemerintah yang sangat jelas untuk menjaga daya tarik pasar modal dan memberikan insentif bagi para investor. Ini berbeda dengan sekarang, di mana kita melihat banyak kebijakan yang justru membatasi ruang gerak pasar modal,” ujar Wijayanto.
Menurutnya, untuk mengembalikan kepercayaan investor dan menstabilkan pasar modal Indonesia, pemerintah harus kembali memberikan perhatian lebih kepada sektor ini. Beberapa langkah yang dapat diambil, antara lain, memperbaiki iklim investasi melalui kebijakan yang lebih mendukung, memperkuat perlindungan bagi investor, dan menyediakan insentif yang menarik bagi pasar modal domestik. Selain itu, peran regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga harus semakin diperkuat untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas di pasar modal.
Pentingnya Kolaborasi antara Pemerintah, Regulator, dan Pelaku Pasar
Webinar ini juga mengungkapkan pentingnya kolaborasi yang erat antara pemerintah, regulator, dan pelaku pasar untuk menciptakan ekosistem yang sehat dan stabil di pasar modal Indonesia. Dalam menghadapi ketidakpastian global, langkah kolaboratif ini diperlukan untuk menjaga agar Indonesia tetap menjadi destinasi investasi yang menarik.
Dr. Hidayat Prabowo, seorang pakar ekonomi yang juga hadir dalam webinar tersebut, menekankan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendirian dalam menghadapi tantangan global ini. “Pemerintah, OJK, serta pelaku pasar modal harus saling berkolaborasi untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, sinergi antara semua pihak sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya tarik pasar modal Indonesia,” ungkapnya.
Hidayat menambahkan, kebijakan fiskal yang ramah pasar modal serta pemangkasan birokrasi dalam proses investasi menjadi hal yang perlu diupayakan untuk menarik lebih banyak investor domestik dan asing. “Dengan langkah yang terkoordinasi, pasar modal Indonesia dapat tetap bertahan dan bahkan berkembang di tengah tekanan ekonomi global,” imbuhnya.
Meningkatkan Daya Tarik Pasar Modal Indonesia
Banyak pihak yang menyadari bahwa pasar modal Indonesia memiliki potensi yang besar, baik dari sisi pertumbuhan ekonomi yang stabil maupun dari banyaknya peluang yang ada di sektor-sektor utama seperti infrastruktur, teknologi, dan sumber daya alam. Namun, untuk memanfaatkan potensi ini, Indonesia harus bisa menawarkan pasar modal yang aman dan menarik bagi para investor.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan, menurut Wijayanto, adalah peningkatan transparansi di pasar modal. "Transparansi merupakan salah satu faktor kunci yang bisa meningkatkan kepercayaan investor. Ketika investor merasa yakin bahwa mereka bisa mendapatkan informasi yang jelas dan akurat mengenai perusahaan yang mereka investasikan, mereka akan lebih tertarik untuk berinvestasi," jelasnya.
Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat kerjasama dengan negara-negara lain dalam bidang investasi, terutama dengan negara-negara besar yang memiliki pengaruh besar di pasar global. Menurut Hidayat, pendekatan internasional dan diplomasi ekonomi dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkenalkan pasar modal Indonesia kepada investor asing. “Diplomasi ekonomi yang lebih agresif perlu dilakukan untuk memperkenalkan potensi pasar modal Indonesia di kancah internasional,” tegas Hidayat.
Tindakan Cepat untuk Menyehatkan Pasar Modal
Dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perang dagang global dan kebijakan tarif impor tinggi, Indonesia membutuhkan langkah-langkah strategis yang cepat dan efektif untuk menyehatkan pasar modal domestik. Hal ini membutuhkan komitmen dan keberpihakan pemerintah yang lebih kuat, kolaborasi yang erat antara berbagai pihak terkait, serta kebijakan yang lebih pro-pasar modal.
Sebagai penutup, Wijayanto Samirin menegaskan, “Pasar modal Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, namun untuk memaksimalkan potensi tersebut, dibutuhkan keberpihakan pemerintah dan upaya kolaboratif yang serius dari semua pihak.” Ke depannya, diharapkan pasar modal Indonesia bisa kembali menjadi pusat perhatian bagi investor global, sekaligus memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional.