Gas

Hilirisasi dan Pemanfaatan Gas Bumi: Solusi Kurangi Ketergantungan Impor Energi

Hilirisasi dan Pemanfaatan Gas Bumi: Solusi Kurangi Ketergantungan Impor Energi

JAKARTA - Langkah hilirisasi dalam sektor migas, dengan fokus pada pemanfaatan gas bumi, dinilai mampu menjadi solusi dalam mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor energi besar-besaran. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todutua Pasaribu, yang menyoroti pentingnya strategi ini dalam menjamin ketahanan energi nasional dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian negara.

Pada Februari lalu, dalam Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo), Todutua Pasaribu menjelaskan bahwa upaya hilirisasi dan eksploitasi gas bumi secara optimal merupakan langkah strategis untuk memperkuat kemandirian energi Indonesia. Menurutnya, gas bumi tidak hanya menjadi sumber energi bersih dan efisien, tetapi juga dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk-produk bernilai tinggi yang bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri serta diekspor.

“Pemanfaatan gas bumi dalam hilirisasi migas adalah kunci untuk mengurangi ketergantungan kita pada impor energi. Dengan melakukannya, kita bisa meningkatkan nilai tambah dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan,” ujar Todutua Pasaribu dalam kesempatan tersebut.

Strategi hilirisasi yang didorong oleh pemerintah bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam Indonesia guna menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB). Todutua menekankan bahwa pembangunan infrastruktur gas bumi yang memadai, seperti jaringan pipa dan fasilitas penyimpanan, akan mendukung distribusi gas bumi secara lebih efisien dan terjangkau ke seluruh pelosok nusantara.

Selain itu, pemanfaatan gas bumi yang efektif berpotensi untuk merangsang investasi di sektor industri, mengingat gas bumi bisa digunakan sebagai bahan baku untuk produksi berbagai produk, termasuk pupuk, petrokimia, dan bahan bakar lainnya. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi peningkatan aktivitas industri yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

“Investasi pada infrastruktur gas bumi harus diperkuat agar distribusi energi ini bisa lebih luas dan merata. Dengan begitu, tidak hanya industri besar yang bisa menikmati manfaatnya, tetapi juga industri kecil yang tersebar di berbagai daerah,” tambah Todutua.

Lebih lanjut, dalam pandangannya, potensi gas bumi Indonesia masih amat besar dan belum terkelola secara optimal. Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Investasi dan Kerjasama Internasional berkomitmen untuk memfasilitasi iklim investasi yang kondusif agar lebih banyak investor tertarik menanamkan modal di sektor ini. “Kerangka regulasi yang jelas dan mendukung sangat penting untuk menarik minat investor,” ungkap Todutua.

Sementara itu, pemanfaatan gas bumi sebagai energi bersih sejalan dengan agenda global untuk mengurangi emisi karbon. Todutua juga menyampaikan bahwa gas bumi merupakan jembatan transisi energi dari bahan bakar fosil menuju energi baru terbarukan (EBT). “Kita harus mempersiapkan diri untuk masa depan energi yang lebih hijau. Gas bumi adalah bagian dari perjalanan transisi ini,” kata Todutua.

Namun, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah perlunya pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dalam pengelolaan dan teknologi gas bumi. Pelatihan dan pendidikan yang berkesinambungan menjadi fokus untuk memastikan bahwa tenaga kerja dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan industri yang semakin berkembang.

Pemerintah juga berupaya memperkuat kerjasama antar negara dan berbagai pihak terkait untuk berbagi teknologi dan pengetahuan dalam pengelolaan gas bumi. “Kolaborasi internasional dan sinergi antar lembaga akan mempercepat pengembangan sektor ini,” jelasnya.

Dari sisi kebijakan, pemerintah dikabarkan tengah menyiapkan regulasi baru yang lebih fleksibel dan mendukung investasi di sektor gas bumi. Langkah ini merupakan bagian dari upaya besar untuk mengurangi hambatan-hambatan birokrasi yang selama ini menghambat pengembangan industri migas di tanah air.

Dengan adanya koordinasi yang baik antara pemerintah, investor, dan masyarakat, Todutua berharap tingkat konsumsi gas bumi di dalam negeri bisa meningkat signifikan. “Ini bukan hanya tentang mengurangi impor, tetapi juga menciptakan ekonomi yang lebih berdikari dan berdaya saing,” tutup Todutua.

Hilirisasi dan pemanfaatan gas bumi, bukan hanya tentang memanfaatkan sumber daya alam yang ada, tetapi juga mengenai strategi luas untuk membangun ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia diharapkan mampu mengurangi ketergantungan energi impor dan membuka jalan bagi era baru dalam pengembangan energi yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index