JAKARTA - Di tengah sejumlah asumsi negatif terkait dugaan praktik “oplosan” Bahan Bakar Minyak (BBM) yang merebak belakangan ini, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI), Sofyano Zakaria, menegaskan bahwa kualitas BBM di Indonesia sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pernyataan ini muncul untuk menenangkan kekhawatiran masyarakat dan menjaga kepercayaan publik yang tinggi terhadap produk energi nasional, terutama yang diproduksi oleh Pertamina.
Dalam dialog spesial yang disiarkan oleh media lokal pada Kamis 6 Maret 2025, Sofyano menyampaikan bahwa meskipun terdapat rumor mengenai BBM oplosan, kenyataannya produk BBM yang tersedia di pasaran tidak menghadirkan masalah kritis yang selama ini dikhawatirkan. "Produk BBM kita baik-baik saja. Lemigas, misalnya, sebagai lembaga resmi yang diberikan mandat menguji dan memberikan sertifikasi pada produk BBM, telah menegaskan bahwa kualitas bahan bakar minyak di pasar sudah sesuai dengan standar," jelasnya dengan tegas.
Lembaga Pengujian dan Sertifikasi Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), berada di garda depan dalam proses pengujian kualitas BBM, memastikan bahwa setiap tetes bahan bakar yang mengalir dari pompa ke kendaraan konsumen sudah melalui serangkaian uji mutu sesuai prosedur ketat. Pernyataan dari Sofyano ini didukung oleh klarifikasi dari Kejaksaan Agung yang menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ada masalah yang terdeteksi dalam kualitas BBM.
Sofyano juga mengajak masyarakat untuk memperhatikan data empiris terkait tudingan adanya BBM bermasalah sejak tahun 2018 hingga 2023. Menurutnya, jika dugaan tersebut benar, seharusnya ada data kuat yang menunjukkan kerusakan pada kendaraan akibat penggunaan BBM tersebut, tetapi faktanya, tidak ada bukti yang mendukung. "Sudah berapa banyak mobil atau motor yang mengalami kerusakan? Sungguh, nyaris tidak ada," ujarnya untuk menekankan poinnya.
Lebih jauh, Sofyano menilai kepercayaan masyarakat terhadap Pertamina—sebagai salah satu perusahaan penyedia BBM terbesar di Indonesia—tetap tinggi. Fakta ini terlihat dari angka konsumsi yang stabil dan bahkan cenderung meningkat dalam beberapa waktu terakhir. "Kepercayaan masyarakat tidak turun. Malahan, angka konsumsi BBM Pertamina menunjukkan intensitas pembelian tetap tinggi," tambahnya.
Pernyataan tersebut didukung pula oleh data yang menunjukkan bahwa tidak ada lonjakan komplain yang signifikan terhadap BBM dari Pertamina dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tetap merasa puas dengan produk yang ditawarkan.
Kepastian mengenai mutu BBM ini juga bertujuan untuk meredakan kekhawatiran pasar global. Di dunia yang semakin saling terhubung, citra baik industri energi Indonesia, termasuk BBM, berpengaruh langsung terhadap posisi dan penerimaan Indonesia di pasar internasional. Dengan demikian, penting untuk menjaga transparansi dan kualitas, tidak hanya untuk konsumen lokal tetapi juga sebagai wujud tanggung jawab terhadap pasar global.
Pemerintah, melalui ESDM, bersama dengan berbagai lembaga terkait, berkomitmen untuk terus memberikan kontrol dan pengawasan yang lebih ketat pada produk-produk energi yang beredar. Hal ini juga sebagai bentuk upaya nyata dalam memberikan perlindungan bagi konsumen dan memastikan bahwa standar yang telah ditetapkan benar-benar diaplikasikan secara konsisten.
Menutup wawancara, Sofyano kembali menegaskan pentingnya kepercayaan yang harus tetap dijaga oleh pihak industri dan pemerintah. Dengan memperkuat pengawasan dan terus berkomunikasi secara terbuka dengan publik, potensi terjadinya kesalahpahaman dapat diminimalisir. Terlebih lagi, kepercayaan publik adalah aset yang sangat berharga bagi keberlanjutan industri energi di masa depan.
Dengan informasi yang transparan dan akurat disampaikan kepada masyarakat, diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas dan keamanan BBM di Indonesia akan terus terjaga. Optimalisasi komunikasi dan keterbukaan informasi adalah kunci utama menuju masa depan yang lebih baik bagi sektor energi Indonesia.