JAKARTA - Di tengah meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim, pengembang properti mulai mengusung konsep keberlanjutan dan eco culture dalam proyek-proyek terbaru mereka. Pendekatan ini dianggap sangat penting dalam mengurangi dampak lingkungan negatif yang diakibatkan oleh aktivitas konstruksi dan operasional bangunan. Ketua Dewan Pakar Green Building Council Indonesia (GBCI), Iwan Prijanto, menegaskan bahwa properti hijau, termasuk perumahan hijau, adalah kebutuhan mendesak baik untuk masa kini maupun masa depan.
“Konsep bangunan ramah lingkungan diterapkan sebagai partisipasi pengembang properti untuk menurunkan efek gas rumah kaca. Konsep bangunan hijau juga bertujuan melakukan konservasi, efisiensi serta saling berbagi dalam pemanfaatan sumber daya energi, air, lahan, udara, dan lingkungan,” ungkap Iwan dalam wawancara dengan Bisnis pada Jumat 7 Maret 2025.
Pentingnya Proyek Properti Berkelanjutan
Berdasarkan data yang dimiliki GBCI, proses konstruksi bangunan menyumbang konsumsi 35% energi dan 12% air. Selain itu, konstruksi juga menghasilkan 25% sampah serta menyumbangkan 39% emisi gas rumah kaca. Data ini menunjukkan besarnya dampak lingkungan dari sektor konstruksi jika tidak dikelola dengan pendekatan yang berorientasi pada lingkungan.
Setelah tahap konstruksi selesai, operasional bangunan bertingkat juga tidak kalah menyumbang masalah. Posisi bangunan ini ada di urutan tiga besar dalam hal kontribusi terhadap produksi emisi karbon dioksida (CO2). Fakta tersebut menekankan betapa pentingnya penerapan konsep bangunan hijau yang fokus pada efisiensi energi dan pengurangan emisi.
Langkah-Langkah untuk Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan proyek properti dengan konsep hijau berusaha mengintegrasikan berbagai aspek yang ramah lingkungan. Penggunaan material yang dapat didaur ulang, sistem pengelolaan air yang efisien, serta manajemen limbah yang baik menjadi langkah awal. Begitu pula dengan penerapan teknologi modern seperti energi terbarukan, yang semakin menjadi kebutuhan penting dalam proyek-proyek pembangunan.
“Saat ini, banyak teknologi yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya secara efisien. Misalnya, panel surya untuk sumber energi listrik, sistem pengumpulan air hujan untuk suplai air, serta ventilasi alami untuk mengurangi penggunaan AC yang dapat meningkatkan konsumsi energi listrik,” tambah Iwan.
Potensi Pasar dan Tantangan
Pasar properti berkelanjutan di Indonesia memiliki potensi besar, seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Properti yang menerapkan konsep ramah lingkungan diprediksi akan memiliki nilai lebih di mata konsumen yang semakin cerdas dan peduli terhadap isu lingkungan.
Meski begitu, tantangan tetap ada. Salah satu hambatan terbesar adalah biaya awal yang lebih tinggi dibanding dengan pembangunan konvensional. Diperlukan investasi awal yang lebih besar untuk menerapkan teknologi dan sistem yang mendukung keberlanjutan. Namun, banyak ahli percaya bahwa biaya ini dapat diimbangi dengan penghematan energi dan pengurangan biaya operasional dalam jangka panjang.
Peran Pemerintah dan Regulator
Pemerintah memainkan peran penting dalam mendorong pengembang untuk mengadopsi praktik properti yang berkelanjutan. Regulasi yang ketat dan insentif untuk penggunaan teknologi hijau adalah langkah positif yang bisa meningkatkan angka penerapan bangunan ramah lingkungan.
Iwan Prijanto juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah untuk keberhasilan proyek properti berkelanjutan. “Pemerintah bisa memberikan insentif berupa pengurangan pajak atau kemudahan perizinan bagi proyek-proyek yang memenuhi kriteria bangunan hijau. Ini akan mendorong semakin banyak pengembang untuk beralih ke konsep keberlanjutan,” jelasnya.
Masa Depan Properti Ramah Lingkungan
Prospek masa depan properti hijau dan berkelanjutan terlihat cerah, terutama dengan semakin banyak pengembang yang mulai mengintegrasikan konsep eco culture dalam proyeknya. Kunci keberhasilan dari pendekatan ini adalah kolaborasi antara pengembang, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Pada akhirnya, komitmen bersama ini diharapkan dapat mengurangi dampak lingkungan negatif yang selama ini menjadi kekhawatiran global. Jika semua pihak dapat bersinergi menuju pengelolaan sumber daya yang lebih baik, maka sektor properti tidak hanya akan berkontribusi secara ekonomi, tetapi juga menjadi katalis bagi perubahan positif yang signifikan dalam perjuangan melawan perubahan iklim.
Dengan demikian, penerapan properti hijau dan pengembangan budaya ekologi tidak hanya menjadi tren sementara, tetapi harus menjadi bagian integral dari strategi pembangunan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini penting untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati lingkungan yang sehat dan lestari.