Properti

Prospek dan Tantangan Properti Bersertifikat Hijau: Menggagas Masa Depan yang Berkelanjutan

Prospek dan Tantangan Properti Bersertifikat Hijau: Menggagas Masa Depan yang Berkelanjutan

JAKARTA - Industri properti saat ini memegang peranan signifikan dalam perubahan iklim global. Diperkirakan, sektor ini menyumbang sekitar 40% dari total emisi karbon dunia. Angka ini menjadi sorotan, mengingat pentingnya penerapan perencanaan strategis yang lebih hijau dan berkelanjutan dalam pengembangan properti. Indonesia, sebagai bagian dari komitmen global, telah menetapkan target ambisius untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat. Komitmen ini menjadi pendorong bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bisa menekan emisi karbon dari sektor ini dengan lebih efektif.

Integrasi Konsep Berkelanjutan dalam Properti

Head of Project Management Colliers Indonesia, Rahmat Daresa Alam, mengemukakan bahwa seiring dengan perkembangan menuju pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, penting untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengembangan real estat. “Integrasi ini bukan hanya soal membangun struktur yang ramah lingkungan, tetapi juga mencakup ruang interior yang hemat energi dan mendukung kesehatan,” ujar Rahmat.

Pentingnya penerapan bangunan berkelanjutan saat ini semakin dirasakan. Dalam kerangka ini, regulasi pemerintah, komitmen dari perusahaan, serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak lingkungan menjadi penggerak utama. Penguatan kebijakan dan regulasi dari pemerintah dianggap perlu untuk memberikan dorongan yang lebih kuat dalam pengembangan properti bersertifikat hijau.

Regulasi dan Kebijakan Pemerintah

Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk mendorong pengembangan properti hijau. Hal ini terlihat dari perumusan kebijakan dan instrumen fiskal yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Peraturan mengenai konstruksi ramah lingkungan dan insentif untuk bangunan bersertifikat hijau merupakan beberapa langkah nyata yang diambil untuk mempromosikan praktik properti ramah lingkungan ini.

Namun, regulasi saja tidak cukup. Diperlukan pula kolaborasi yang erat antara pemerintah, pengembang properti, dan masyarakat untuk mewujudkan target tersebut. Komitmen kolektif ini dibutuhkan guna memastikan bahwa semua pihak terlibat aktif dalam menurunkan emisi karbon melalui kegiatan konstruksi dan pengembangan properti yang lebih bertanggung jawab secara lingkungan.

Komitmen Perusahaan dalam Penerapan Properti Hijau

Selain regulasi, komitmen dari pihak pengembang dan perusahaan properti menjadi faktor penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Sebagian besar perusahaan kini mulai menyadari manfaat dari penerapan konsep hijau ini, baik dari sisi reputasi maupun dari segi ekonomi jangka panjang.

“Investasi pada bangunan hijau memang membutuhkan biaya awal yang lebih tinggi, namun manfaat ekonominya akan terasa dalam jangka panjang, terutama dari sisi efisiensi energi dan penghematan biaya operasional,” tambah Rahmat.

Beberapa perusahaan properti terkemuka telah mulai mengadopsi teknologi dan praktik ramah lingkungan dalam setiap aspek perencanaan dan pembangunan mereka. Langkah ini tidak hanya meningkatkan citra mereka sebagai perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon.

Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Tak kalah penting, meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu lingkungan turut berperan dalam mendorong adopsi bangunan hijau. Konsumen kini lebih bijak dan selektif dalam memilih properti, dengan mempertimbangkan dampak lingkungan sebagai salah satu faktor utama.

Kesadaran ini dapat terlihat dari meningkatnya permintaan akan hunian yang tidak hanya nyaman tetapi juga mendukung praktik hidup berkelanjutan. Pertimbangan terhadap kualitas udara dalam ruangan, penggunaan material ramah lingkungan, serta efisiensi energi menjadi hal yang semakin diperhatikan oleh konsumen saat ini.

Tantangan Pengembangan Properti Hijau

Meskipun prospek pengembangan properti bersertifikat hijau terlihat menjanjikan, tantangan tetap ada. Salah satu hambatan utama adalah biaya awal yang tinggi untuk penerapan teknologi dan praktik hijau serta kurangnya pemahaman dari beberapa pelaku industri tentang manfaat jangka panjangnya. Mendapatkan dukungan finansial dan teknis untuk pengembangan proyek hijau juga menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi pengembang berskala kecil dan menengah.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah diharapkan dapat memberikan insentif yang lebih menggugah bagi pengembang yang berkomitmen pada praktik berkelanjutan. Selain itu, perlu dilakukan edukasi lebih mendalam terhadap semua pemangku kepentingan tentang pentingnya investasi jangka panjang pada properti hijau.

Masa Depan Properti Hijau di Indonesia

Dengan semua upaya dan tantangan yang ada, pengembangan properti bersertifikat hijau di Indonesia tetap menunjukkan potensi yang besar dalam mendukung target emisi nol bersih di masa depan. Kerjasama yang solid antara regulator, pengembang, dan masyarakat sangat krusial dalam memastikan bahwa paradigma pembangunan berkelanjutan ini dapat berjalan efektif.

Kesadaran dan aksi nyata dari setiap pihak akan menjadi kunci dalam menghadapi krisis lingkungan global. Dengan momentum yang ada, sektor properti diharapkan dapat terus bertransformasi menjadi industri yang tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga pada pelestarian lingkungan, guna menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index