Politik

Silaturahmi Idul Fitri Didit Prabowo: Jembatan Persatuan Nasional di Atas Sekat Politik

Silaturahmi Idul Fitri Didit Prabowo: Jembatan Persatuan Nasional di Atas Sekat Politik
Silaturahmi Idul Fitri Didit Prabowo: Jembatan Persatuan Nasional di Atas Sekat Politik

JAKARTA - Dalam suasana hangat Lebaran 1446 Hijriah, langkah politik yang tak biasa datang dari sosok yang selama ini dikenal jauh dari hiruk pikuk dunia politik praktis. Didit Hediprasetyo, putra Presiden terpilih Prabowo Subianto, menggelar rangkaian kunjungan silaturahmi ke sejumlah tokoh nasional lintas partai, termasuk para mantan presiden Indonesia. Momen ini dinilai banyak kalangan sebagai simbol kuat dari persatuan dan upaya meredam ketegangan politik pasca pemilu.

Didit yang selama ini dikenal sebagai perancang busana kelas dunia, memulai kunjungan Idul Fitri dengan menghadiri acara open house bersama sang ayah di Istana Kepresidenan Jakarta, di mana ia bertemu langsung dengan Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Setelah itu, ia bersilaturahmi ke kediaman Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta. Kunjungan kemudian dilanjutkan ke Solo, Jawa Tengah, untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Langkah ini mendapat pujian dari berbagai pihak karena dinilai melampaui batas politik konvensional dan menjadi simbol kekuatan pemersatu. Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno menilai, inisiatif Didit merupakan langkah positif yang patut diapresiasi.

“Momentumnya tepat. Inisiatif Mas Didit bertemu Bu Mega, Pak SBY, dan Pak Jokowi, menunjukkan bahwa di atas perbedaan dan dinamika politik, akhirnya yang menyatukan semua adalah merah putih,” ujar Eddy dalam keterangannya.

Sebagai Anggota Komisi VI DPR dan juga Wakil Ketua MPR, Eddy menegaskan bahwa langkah Didit mencerminkan semangat kepemimpinan inklusif yang selama ini digaungkan oleh Prabowo Subianto, yakni merangkul semua elemen bangsa tanpa memandang koalisi atau oposisi.

“Ini bukan soal siapa di dalam atau di luar pemerintahan. Ini soal membangun sinergi kebijakan untuk rakyat. Ketika suasana politik stabil, demokrasi berkualitas, dan pertumbuhan ekonomi terus meningkat, yang diuntungkan adalah rakyat itu sendiri,” tegasnya.
 

Didit sebagai Representasi Soft Power Politik
 

Langkah Didit juga dipandang sebagai kekuatan soft politics yang strategis. Pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC), Dimas Oky Nugroho, menilai bahwa silaturahmi ini bukan sekadar kunjungan biasa, melainkan bagian dari strategi komunikasi informal yang dapat menjembatani berbagai kekuatan politik.

“Didit menjadi semacam intermediary actor dan kekuatan soft politics yang tak terduga yang dimiliki Presiden Prabowo. Tentu untuk membangun komunikasi yang lebih tulus, informal sekaligus strategis,” jelas Dimas.

Menurut Dimas, kelebihan Didit justru terletak pada latar belakangnya yang non-politik. Sebagai sosok profesional di bidang kreatif, Didit tidak dibebani citra partisan atau kepentingan politik jangka pendek. Hal ini menjadikannya lebih diterima oleh berbagai kalangan, baik elite politik maupun masyarakat luas.

“Keunikan Didit adalah karena ia tidak langsung terlibat dalam politik praktis. Justru ini membuatnya luwes dan bisa diterima oleh berbagai pihak, termasuk publik,” tambah Dimas.
 

Simbol Rekonsiliasi Pasca Pemilu
 

Pasca pemilihan umum yang kerap meninggalkan polarisasi politik, langkah Didit Prabowo dianggap sebagai sinyal kuat upaya rekonsiliasi nasional. Dalam tradisi Idul Fitri, makna memaafkan dan menjalin silaturahmi menjadi nilai universal yang sangat relevan dengan dinamika politik Indonesia saat ini. Apalagi, di tengah tantangan besar yang dihadapi bangsa, termasuk soal pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Eddy Soeparno dalam keterangannya juga menekankan bahwa rekonsiliasi bukan semata untuk stabilitas politik, melainkan menjadi prasyarat penting untuk mencapai target-target pembangunan nasional yang dicanangkan pemerintahan Prabowo-Gibran, termasuk ambisi pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.

“Kalau situasi politiknya stabil, demokrasi berkualitas, dan pertumbuhan ekonomi terus naik, rakyat yang diuntungkan dengan kesejahteraan yang semakin merata,” tegas Eddy.
 

Lebaran sebagai Panggung Politik Kebangsaan
 

Langkah Didit mengunjungi ketiga presiden lintas generasi—SBY, Megawati, dan Jokowi—juga memberikan pesan penting tentang kontinuitas kepemimpinan nasional. Di tengah suasana Idul Fitri, Didit seolah menegaskan bahwa semangat persatuan dan kebersamaan harus dijaga di atas segala perbedaan politik yang mungkin pernah terjadi di masa lalu.

Dengan mendatangi ketiga tokoh tersebut, Didit bukan hanya menjalankan tradisi silaturahmi, tetapi juga mengukuhkan dirinya sebagai figur muda yang mampu memainkan peran strategis dalam perpolitikan nasional, meski tanpa jabatan formal di pemerintahan.

Langkah ini juga memperkuat posisi Presiden terpilih Prabowo Subianto sebagai pemimpin yang ingin membangun pemerintahan inklusif dan mengedepankan kolaborasi lintas partai serta tokoh bangsa.
 

Potensi Peran Politik Didit ke Depan?
 

Meski selama ini lebih dikenal sebagai desainer ternama yang pernah bekerja sama dengan rumah mode internasional seperti BMW dan merek-merek mewah lainnya, banyak pengamat menilai Didit memiliki potensi besar jika suatu saat memutuskan untuk terjun ke dunia politik nasional secara langsung.

Langkah silaturahmi Lebaran ini bisa jadi merupakan permulaan dari peran politik yang lebih besar di masa mendatang. Setidaknya, Didit telah menunjukkan dirinya sebagai figur muda yang bisa menjadi jembatan komunikasi antarkekuatan politik di Indonesia.

Dengan konteks tersebut, silaturahmi Idul Fitri yang dilakukan Didit Hediprasetyo tak hanya mencerminkan nilai-nilai budaya dan agama, tetapi juga menjadi langkah strategis yang memperkuat semangat persatuan nasional. Di tengah suhu politik yang kerap memanas, langkah ini menjadi pengingat bahwa di atas segala perbedaan, bangsa Indonesia tetap bersatu di bawah bendera merah putih.

“Yang menyatukan semua adalah merah putih,” pungkas Eddy Soeparno.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index