JAKARTA - Arus mudik dan balik Lebaran 2025 mencatat dinamika menarik di tengah pergerakan jutaan warga yang melakukan perjalanan ke kampung halaman. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Perhubungan melalui Strategi Hub Sistem Informasi Transportasi Terintegrasi (SH SITTI), tercatat 10.168.141 orang melakukan perjalanan mudik selama periode H-10 hingga H+2 Lebaran 2025.
Angka ini menurun sekitar 563.000 penumpang dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024. Penurunan ini terjadi di hampir seluruh moda transportasi, baik darat, udara, laut, kereta api, maupun angkutan sungai dan penyeberangan.
Namun menariknya, meski jumlah orang yang mudik mengalami penurunan, pergerakan kendaraan justru mengalami kenaikan sebesar 1,1 persen. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol. Agus Suryo Nugroho.
“Sebetulnya, survei penurunan itu untuk pergerakan orang. Tapi pergerakan kendaraan itu ada kenaikan 1,1 persen,” ujar Irjen Pol. Agus dalam wawancaranya bersama Radio Suara Surabaya.
Jumlah Kendaraan di Jalan Tol Meningkat
Kakorlantas menjelaskan bahwa meskipun terjadi penurunan jumlah pemudik, kendaraan pribadi yang melintas di jalan tol mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini terpantau melalui sistem penghitungan kendaraan yang digunakan di setiap gerbang tol, di mana data pergerakan terekam secara real-time.
“Artinya, aktivitas kendaraan yang melintasi jalan tol itu kan ter-update ya. Ada radar yang menghitung kendaraan yang melintasi. Kita lebih banyak,” ungkapnya.
Contoh nyata, menurut Agus, bisa dilihat pada momen puncak arus mudik tahun 2025 yang mencatat pergerakan kendaraan lebih tinggi dibandingkan puncak arus mudik tahun 2024.
“Puncak arus mudik tahun 2024 itu lebih tinggi secara volume orang, tapi tahun 2025 ini puncak pergerakan kendaraannya lebih tinggi. Jadi dari sisi jumlah kendaraan yang beraktivitas di jalan tol, tahun ini meningkat,” katanya.
Dampak Kebijakan Pembatasan Kendaraan Berat
Salah satu faktor penting yang diklaim sangat membantu kelancaran lalu lintas selama arus mudik dan balik tahun ini adalah kebijakan pembatasan kendaraan berat atau yang dikenal sebagai “Jumbo 3”. Kebijakan ini membatasi pergerakan truk dan kendaraan besar di sejumlah ruas jalan tol dan jalan nasional selama periode kritis arus mudik dan balik.
“Faktor itu yang sangat penting. Ketika dulu di dalam operasi itu hanya tiga hari berlaku delay system ini, pemerintah sekarang berani membuat kebijakan yang cukup berpihak kepada pemudik ya, jadi memprioritaskan para pemudik,” tegas Agus.
Pembatasan kendaraan berat dinilai mampu menekan angka kecelakaan serta mengurangi potensi kemacetan parah, terutama di ruas-ruas tol utama seperti Trans Jawa dan jalur selatan Pulau Jawa.
Rekayasa Lalu Lintas dan Kesiapan Infrastruktur Jadi Kunci
Agus juga menekankan bahwa kesuksesan pengelolaan arus mudik dan balik tidak hanya bergantung pada pembatasan kendaraan berat, tapi juga kesiapan infrastruktur dan manajemen rekayasa lalu lintas.
Ia menyebut sejumlah skenario seperti sistem one way, contraflow, serta penggunaan jalur alternatif telah dipersiapkan secara matang oleh pihak kepolisian dan instansi terkait.
“Sistemnya bagaimana untuk membuangnya bagaimana, dan untuk membuat contraflow-nya ini ada rembusnya, visi rasio daripada panjang jalan, panjang tol, dan jumlah kendaraan yang bangkitannya cukup ekstrem,” jelasnya.
Langkah-langkah teknis seperti pengaturan waktu buka-tutup jalur, pengendalian arus dari rest area, hingga pengawasan ketat di titik rawan kemacetan telah dilakukan untuk menjamin kelancaran lalu lintas.
Pentingnya Kesiapan Moda Transportasi
Kakorlantas Polri juga mengingatkan pentingnya kesiapan moda transportasi umum di masa mendatang. Pemerintah diharapkan lebih dini dalam mempersiapkan armada bus, kereta api, dan pesawat udara agar dapat mengakomodasi lonjakan penumpang di musim Lebaran.
“Yang paling terpenting adalah bagaimana nanti kita semuanya, pemerintah, bisa mempersiapkan moda transportasi yang siap. Baik itu bus, itu kereta, baik itu pesawat. Moda transportasi ini harus dipersiapkan dari jauh-jauh hari,” ujarnya.
Menurutnya, sinergi antara pemerintah pusat, daerah, operator transportasi, dan aparat keamanan sangat penting untuk memastikan kelancaran dan keselamatan selama musim mudik.
Tren Baru: Kendaraan Pribadi Masih Jadi Pilihan Utama
Meningkatnya jumlah kendaraan yang melintas selama masa Lebaran 2025 menunjukkan bahwa kendaraan pribadi masih menjadi moda favorit bagi masyarakat dalam melakukan perjalanan mudik. Tren ini juga memperlihatkan adanya perubahan pola mobilitas masyarakat yang kini lebih memilih kenyamanan dan fleksibilitas ketimbang menggunakan angkutan umum.
Meskipun demikian, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola transportasi dan infrastruktur, terutama dalam mengelola volume lalu lintas yang tinggi dalam waktu bersamaan.
Langkah Lanjutan dan Evaluasi
Pihak Kepolisian bersama Kementerian Perhubungan dan stakeholder lainnya akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan angkutan Lebaran tahun ini. Evaluasi ini bertujuan untuk memperbaiki skema pelayanan dan pengaturan lalu lintas di tahun-tahun mendatang.
“Kita akan lihat titik-titik yang menjadi bottle neck, kita analisa, dan kita akan siapkan rencana aksi yang lebih efektif tahun depan,” tutup Kakorlantas.