JAKARTA - Universitas Airlangga (UNAIR) menjadi tuan rumah Seminar Kebangsaan MPR Goes to Campus dengan tema Urgensi Transisi Energi Mencegah Dampak Perubahan Iklim. Acara ini berlangsung di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C Universitas Airlangga pada Rabu 19 Maret 2025 dan menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka yang membahas tantangan serta solusi dalam transisi energi di Indonesia.
Seminar ini dihadiri oleh Wakil Ketua MPR RI, Dr. Eddy Soeparno, S.H., M.H., yang memberikan pandangannya mengenai kebijakan energi nasional. Turut hadir Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development UNAIR, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., yang menyoroti peran perguruan tinggi dalam pengembangan energi terbarukan. Rektor UNAIR, Prof. Dr. Mohammad Nasih, M.T., Ak., CA., juga memberikan sambutan dalam acara tersebut.
Pentingnya Transisi Energi dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Dalam sambutannya, Prof. Mohammad Nasih menegaskan bahwa perubahan iklim adalah isu global yang harus segera ditangani dengan langkah konkret, salah satunya melalui transisi energi. “Kita tidak bisa lagi mengandalkan energi fosil sebagai sumber utama. Perubahan menuju energi terbarukan adalah keharusan, bukan pilihan, jika kita ingin menjaga keberlanjutan lingkungan dan ekonomi,” ujar Prof. Nasih.
Dr. Eddy Soeparno menambahkan bahwa Indonesia menghadapi dampak nyata dari perubahan iklim, termasuk suhu ekstrem dan banjir rob di beberapa wilayah pesisir. “Jakarta Utara, Semarang, hingga pesisir Jawa lainnya mengalami ancaman yang semakin serius akibat naiknya permukaan air laut. Perubahan iklim ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” jelas Eddy.
Potensi Besar Energi Terbarukan di Indonesia
Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, seperti tenaga surya, angin, panas bumi, dan bioenergi. Namun, saat ini bauran energi terbarukan di Indonesia masih kurang dari 15 persen. “Target kita harus lebih ambisius agar Indonesia bisa mencapai Net Zero Emission pada 2060,” kata Eddy.
Sementara itu, Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih menegaskan bahwa UNAIR berkomitmen untuk berkontribusi dalam riset energi terbarukan. “Kami terus melakukan penelitian dan inovasi untuk menemukan solusi energi yang lebih efisien dan berkelanjutan. Peran akademisi dalam transisi energi sangatlah krusial,” ujarnya.
Peran Perguruan Tinggi dalam Mendorong Transisi Energi
Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam percepatan transisi energi melalui riset dan inovasi. Prof. Ni Nyoman menjelaskan bahwa UNAIR telah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan teknologi energi terbarukan. “Kami ingin memastikan bahwa mahasiswa dan akademisi dapat terlibat langsung dalam riset serta implementasi energi ramah lingkungan,” ungkapnya.
Eddy Soeparno juga menyoroti pentingnya kerja sama antara MPR dan universitas dalam menyusun kebijakan energi yang tepat. “Kampus adalah tempat lahirnya gagasan-gagasan segar. Oleh karena itu, kami ingin mendengar lebih banyak dari akademisi dan mahasiswa mengenai tantangan serta peluang dalam transisi energi di Indonesia,” tambahnya.
Langkah Konkret Menuju Energi Ramah Lingkungan
Untuk mempercepat transisi energi, pemerintah perlu menerapkan berbagai kebijakan strategis, termasuk mengurangi ketergantungan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara dan meningkatkan investasi pada energi hijau. “Jika kita tidak segera beralih, Indonesia akan semakin tertinggal dalam upaya global menghadapi perubahan iklim,” tegas Eddy.
Seminar ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran generasi muda, khususnya mahasiswa, tentang pentingnya transisi energi. “Mahasiswa harus menjadi agen perubahan dalam menciptakan solusi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” tutup Prof. Nasih.
Dengan seminar ini, UNAIR semakin menegaskan posisinya sebagai institusi pendidikan yang aktif dalam mendukung kebijakan energi nasional demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.