JAKARTA - Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 18 dan 19 Maret 2025. Keputusan tersebut akan menentukan apakah BI-Rate tetap dipertahankan atau mengalami perubahan di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dinamika pasar keuangan domestik.
Pada keputusan terakhir, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 5,75% pada Februari 2025. Sebelumnya, BI mengejutkan pasar dengan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Januari 2025, yang menjadi pemangkasan pertama sejak 2023. Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility di level 5,00% dan suku bunga Lending Facility di kisaran 6,50%.
Prediksi Ekonom: BI Akan Tahan Suku Bunga
Sejumlah ekonom memperkirakan bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan dalam pengumuman RDG kali ini. Salah satu alasan utama adalah untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah volatilitas pasar global dan masih tingginya tekanan inflasi.
"Kami memperkirakan BI masih akan menahan BI-Rate di level 5,75% guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Ekonom Senior Institute for Economic Studies, Rudi Hartanto.
Menurutnya, BI perlu berhati-hati dalam menentukan kebijakan moneter mengingat ketidakpastian global yang masih tinggi. "Meskipun ada ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut, tekanan eksternal dari kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed, serta ketidakpastian geopolitik global, membuat BI cenderung mengambil langkah konservatif," tambahnya.
Dinamika Pasar Modal dan Dampaknya
Keputusan BI mengenai suku bunga memiliki dampak signifikan terhadap pasar modal. Dalam beberapa pekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi akibat spekulasi terkait kebijakan moneter BI. Investor masih menunggu kepastian dari otoritas keuangan sebelum mengambil langkah investasi lebih lanjut.
Analis pasar modal, Indra Wijaya, menyebutkan bahwa investor domestik dan asing masih menaruh perhatian besar pada kebijakan BI-Rate. "Jika BI mempertahankan suku bunga, pasar akan merespons positif karena menunjukkan stabilitas kebijakan moneter. Namun, jika BI menurunkan suku bunga, ada kemungkinan terjadi capital outflow karena investor akan mencari return yang lebih tinggi di negara lain," jelasnya.
Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan BI. "Jika rupiah melemah terlalu dalam, maka BI akan lebih memilih menahan suku bunga untuk menjaga daya tarik aset rupiah di mata investor global," tambah Indra.
Faktor-Faktor Penentu Keputusan BI
Dalam menentukan kebijakan suku bunga, Bank Indonesia mempertimbangkan beberapa faktor utama, antara lain:
1. Inflasi – BI tetap berkomitmen menjaga inflasi dalam kisaran target 2-4%. Meskipun inflasi relatif terkendali, risiko kenaikan harga pangan dan energi tetap menjadi perhatian.
2. Kondisi Rupiah – Stabilitas nilai tukar rupiah menjadi salah satu pertimbangan utama BI dalam menentukan suku bunga. Pelemahan rupiah yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan inflasi impor.
3. Kebijakan The Fed – Sikap Federal Reserve AS dalam menentukan suku bunga juga menjadi faktor eksternal yang diperhitungkan oleh BI. Jika The Fed masih mempertahankan suku bunga tinggi, BI cenderung berhati-hati dalam memangkas suku bunga.
4. Pemulihan Ekonomi – BI terus mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan memastikan bahwa kebijakan moneternya tetap akomodatif namun tetap menjaga stabilitas makroekonomi.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor global dan domestik, para analis dan ekonom meyakini bahwa BI cenderung mempertahankan suku bunga acuannya dalam pengumuman RDG kali ini. Keputusan tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian bagi pasar keuangan dan mendorong stabilitas ekonomi di tengah tantangan global yang masih berlangsung.