JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami penurunan sekitar 1% pada Selasa 18 Maret 2025setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas langkah-langkah strategis untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun di Ukraina. Kesepakatan ini menimbulkan spekulasi bahwa AS mungkin akan melonggarkan sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia, yang pada akhirnya mempengaruhi pergerakan harga minyak global.
Berdasarkan data perdagangan terkini, minyak mentah Brent berjangka turun 51 sen atau 0,7% menjadi USD 70,56 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengalami penurunan lebih tajam, yakni 68 sen atau 1,0% menjadi USD 66,90 per barel.
Sebelumnya, harga minyak dunia sempat mencapai titik tertinggi dalam dua minggu terakhir akibat meningkatnya kekhawatiran akan ketidakstabilan di Timur Tengah, yang dapat berdampak pada berkurangnya pasokan minyak global. Selain itu, optimisme pasar terhadap rencana stimulus ekonomi di China dan Jerman juga sempat mendongkrak ekspektasi peningkatan permintaan bahan bakar di kedua negara tersebut.
Kesepakatan Trump-Putin dan Pengaruhnya terhadap Pasar Energi
Dalam perbincangan yang berlangsung pada hari Selasa, Presiden Trump dan Presiden Putin menyepakati gencatan senjata selama 30 hari terhadap infrastruktur energi di Ukraina sebagai bagian dari upaya meredakan ketegangan di wilayah tersebut.
Selain itu, kedua pemimpin juga menyetujui dimulainya negosiasi lebih lanjut untuk menghentikan total permusuhan di Laut Hitam, sebuah wilayah strategis yang sering menjadi titik konflik antara Rusia dan sekutunya.
"Kami berkomitmen untuk mencari solusi damai yang akan membawa stabilitas bagi kawasan ini dan dunia secara keseluruhan. Langkah ini merupakan awal dari proses yang lebih besar dalam menjaga perdamaian," ujar Trump dalam pernyataan resminya.
Di sisi lain, Putin menegaskan bahwa Rusia bersedia berpartisipasi dalam negosiasi lebih lanjut untuk mencapai kesepakatan damai yang lebih komprehensif. "Kami selalu terbuka untuk solusi diplomasi. Gencatan senjata ini adalah langkah awal yang positif, dan kami berharap ini bisa menjadi fondasi bagi dialog yang lebih luas," kata Putin dalam pernyataannya.
Reaksi Pasar terhadap Keputusan Gencatan Senjata
Penurunan harga minyak yang terjadi setelah kesepakatan ini mencerminkan respons investor terhadap kemungkinan berkurangnya ketegangan geopolitik dan stabilitas pasokan minyak dunia.
"Setiap kali ada konflik besar seperti perang di Ukraina, harga minyak cenderung naik karena ketakutan akan gangguan pasokan. Namun, jika ada sinyal positif seperti gencatan senjata, pasar akan merespons dengan koreksi harga," ujar seorang analis energi dari Wall Street.
Selain itu, spekulasi mengenai pelonggaran sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia juga memberikan dampak signifikan terhadap harga minyak. Jika sanksi dikurangi atau dicabut, pasokan minyak global bisa meningkat, sehingga menekan harga lebih lanjut.
Namun, beberapa pakar ekonomi menilai bahwa volatilitas harga minyak masih bisa terjadi dalam beberapa pekan mendatang, tergantung pada bagaimana gencatan senjata ini diimplementasikan di lapangan.
"Pasar bereaksi terhadap berita baik ini, tetapi kita masih harus melihat bagaimana realisasi kesepakatan ini di lapangan. Jika pertempuran kembali meningkat, harga minyak bisa kembali melonjak," kata seorang ekonom dari London School of Economics.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Harga Minyak
Selain perkembangan terbaru di Ukraina, ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi fluktuasi harga minyak global, di antaranya:
1. Ketidakstabilan di Timur Tengah
Wilayah Timur Tengah dikenal sebagai salah satu kawasan penghasil minyak terbesar di dunia. Konflik yang terjadi di kawasan tersebut dapat mengganggu pasokan minyak, sehingga menyebabkan harga minyak melonjak. Sebelum kesepakatan gencatan senjata antara Rusia dan AS, harga minyak sempat naik akibat meningkatnya ketegangan di beberapa negara produsen minyak utama.
2. Harapan Stimulus Ekonomi di China dan Jerman
China dan Jerman, sebagai dua ekonomi terbesar dunia, telah mengumumkan rencana stimulus ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan industri dan konsumsi energi. Harapan bahwa kebijakan ini dapat mendorong permintaan minyak sempat menyebabkan kenaikan harga sebelum akhirnya terkoreksi akibat kesepakatan gencatan senjata.
"Jika stimulus ekonomi di China dan Jerman terealisasi dengan baik, kita bisa melihat peningkatan permintaan minyak yang signifikan dalam beberapa bulan ke depan," ujar seorang analis pasar dari Bloomberg.
Namun, dengan adanya stabilisasi geopolitik di Ukraina, pelaku pasar kini lebih fokus pada bagaimana negosiasi perdamaian akan berkembang dalam beberapa minggu ke depan.
Proyeksi Harga Minyak di Masa Depan
Meskipun harga minyak mengalami penurunan saat ini, beberapa analis memperkirakan bahwa volatilitas di pasar energi global masih akan berlanjut dalam jangka pendek.
"Kami memperkirakan harga minyak masih akan mengalami fluktuasi, tergantung pada perkembangan negosiasi antara Rusia dan AS serta dampak dari kebijakan ekonomi global lainnya," kata seorang ekonom dari Goldman Sachs.
Jika kesepakatan gencatan senjata ini benar-benar berjalan dan sanksi terhadap ekspor energi Rusia dikurangi, maka harga minyak bisa stabil di kisaran USD 65-70 per barel dalam beberapa bulan mendatang. Namun, jika konflik kembali meningkat, harga minyak bisa melonjak kembali ke level di atas USD 75 per barel.
Di sisi lain, Gedung Putih dan mitra internasionalnya masih mempertimbangkan langkah-langkah yang akan diambil terkait sanksi terhadap Rusia.
"Kami terus memantau perkembangan situasi ini dan akan mengambil keputusan berdasarkan kepentingan ekonomi global serta keamanan energi," ujar seorang pejabat senior dari Gedung Putih.
Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara AS dan Rusia dalam konflik Ukraina membawa dampak langsung terhadap harga minyak global. Dengan ekspektasi bahwa stabilitas pasokan energi akan meningkat, harga minyak mengalami koreksi turun sekitar 1% setelah sebelumnya mencapai titik tertinggi dalam dua minggu terakhir.
Meskipun pelaku pasar menyambut baik kesepakatan ini, ketidakpastian tetap ada terkait implementasi gencatan senjata di lapangan. Investor dan analis pasar global masih terus mengamati perkembangan lebih lanjut sebelum menentukan proyeksi harga minyak dalam jangka panjang.
Dalam beberapa pekan ke depan, pergerakan harga minyak kemungkinan masih akan dipengaruhi oleh hasil negosiasi damai di Ukraina, kebijakan ekspor Rusia, serta faktor ekonomi global seperti stimulus ekonomi di China dan Jerman.
Dengan ketidakstabilan geopolitik yang masih menjadi faktor utama dalam fluktuasi harga minyak, investor diharapkan tetap waspada terhadap kemungkinan pergerakan harga yang lebih dinamis di masa mendatang.