JAKARTA - Masalah penumpukan kendaraan yang terjadi saat palang pintu perlintasan kereta api ditutup menjadi salah satu isu utama yang dihadapi sistem transportasi di Indonesia. Kejadian ini kerap menyebabkan kemacetan lalu lintas, serta meningkatkan risiko kecelakaan yang dapat membahayakan pengemudi maupun penumpang. Untuk mengatasi permasalahan ini, Profesor Ir. Hera Widyastuti, MT, PhD, Guru Besar ke-213 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, mengembangkan sebuah model baru yang bertujuan untuk mengoptimalkan antrean kendaraan di perlintasan sebidang jalur kereta api.
Perlunya Solusi untuk Penumpukan Kendaraan di Perlintasan Sebidang
Fenomena penumpukan kendaraan di perlintasan sebidang kereta api bukanlah hal yang baru di Indonesia. Setiap kali palang pintu ditutup untuk memberikan ruang bagi kereta api melintas, antrean kendaraan yang menunggu di kedua sisi jalur kereta api sering kali memanjang, mengganggu kelancaran arus lalu lintas, dan meningkatkan ketegangan di antara para pengendara. Dalam jangka panjang, masalah ini dapat mempengaruhi efisiensi mobilitas masyarakat, memperburuk kualitas udara akibat emisi gas buang kendaraan, serta meningkatkan potensi kecelakaan yang melibatkan kendaraan bermotor dan kereta api.
Menyikapi permasalahan ini, Prof. Ir. Hera Widyastuti, yang juga merupakan seorang ahli dalam bidang rekayasa transportasi dan sistem antrian, memutuskan untuk mengembangkan sebuah model yang dapat digunakan untuk mengelola antrean kendaraan di perlintasan sebidang kereta api. Melalui model ini, diharapkan dapat ditemukan solusi yang tidak hanya efektif dalam mengurangi penumpukan, tetapi juga dapat meningkatkan keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan.
Pengenalan Model Antrean di Perlintasan Sebidang Kereta Api
Model yang diperkenalkan oleh Prof. Hera diberi nama Model of Queuing in the Railway Level Crossings (Model Antrean di Perlintasan Sebidang Kereta Api). Model ini bertujuan untuk menganalisis dinamika antrean kendaraan yang terjadi setiap kali palang pintu perlintasan kereta api ditutup. Dengan menggunakan pendekatan matematika dan teori antrian, Prof. Hera mengembangkan sebuah sistem yang mampu memprediksi dan mengelola arus kendaraan secara lebih efisien.
Menurut Prof. Hera, model ini tidak hanya memperhatikan faktor-faktor dasar seperti jumlah kendaraan yang datang, durasi penutupan palang pintu, dan waktu kedatangan kereta api. Namun, model ini juga melibatkan variabel-variabel lain yang sering kali mempengaruhi proses antrean, seperti kondisi cuaca, volume lalu lintas pada jam-jam sibuk, serta perilaku pengemudi yang dapat memperlambat atau mempercepat proses antrean.
“Penumpukan kendaraan di perlintasan sebidang adalah masalah klasik yang perlu diatasi dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan berbasis data. Dengan model ini, kita dapat merancang strategi manajemen lalu lintas yang lebih baik, yang tidak hanya mengurangi kemacetan tetapi juga meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan mengoptimalkan waktu perjalanan,” kata Prof. Hera dalam keterangannya pada acara peluncuran model, Selasa 11 Maret 2025.
Cara Kerja Model Antrean di Perlintasan Sebidang Kereta Api
Model yang dikembangkan oleh Prof. Hera ini bekerja dengan cara menghitung berbagai faktor yang mempengaruhi antrean kendaraan. Salah satu komponen utama dari model ini adalah simulasi antrian yang mampu menghitung berapa lama kendaraan akan menunggu di perlintasan kereta api. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti waktu kedatangan kereta, kecepatan lalu lintas, dan durasi penutupan palang pintu, model ini dapat memberikan rekomendasi mengenai cara mengelola arus kendaraan agar tidak terjadi penumpukan yang terlalu lama.
Sebagai contoh, model ini dapat mengidentifikasi waktu yang optimal bagi kendaraan untuk mulai antre, serta kapan palang pintu harus dibuka atau ditutup untuk meminimalisir kemacetan. Selain itu, model ini juga dapat digunakan untuk merancang sistem pengaturan lalu lintas yang lebih baik di sekitar perlintasan kereta api, seperti memberikan informasi kepada pengemudi tentang waktu kedatangan kereta atau menawarkan alternatif jalur yang lebih efisien.
“Dengan menggunakan model ini, kita bisa lebih memprediksi waktu kedatangan kereta api dan mengatur arus kendaraan lebih baik. Ini akan sangat membantu untuk mengurangi ketegangan di perlintasan, serta meminimalisir kemacetan yang sering terjadi pada jam-jam sibuk,” ujar Prof. Hera.
Potensi Implementasi Model di Indonesia
Prof. Hera menambahkan bahwa implementasi model ini di Indonesia sangatlah relevan, mengingat tingginya jumlah perlintasan sebidang kereta api yang tersebar di berbagai wilayah. Saat ini, perlintasan sebidang kereta api masih menjadi salah satu titik rawan kemacetan dan kecelakaan, terutama di kota-kota besar dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat.
Menurut data dari Kementerian Perhubungan, Indonesia memiliki lebih dari 6.000 perlintasan sebidang kereta api yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Sebagian besar perlintasan ini tidak dilengkapi dengan sistem pengaturan yang memadai, sehingga sering kali menyebabkan antrian kendaraan yang panjang saat kereta melintas. Dengan adanya model antrean yang dikembangkan oleh ITS, diharapkan dapat membantu pihak berwenang dalam merancang sistem pengaturan yang lebih efisien dan aman.
Dukungan dari Pihak Terkait
Keberhasilan penerapan model ini tentunya memerlukan dukungan dari berbagai pihak terkait, termasuk Kementerian Perhubungan, operator kereta api, serta pemerintah daerah. Selain itu, dukungan dari masyarakat, khususnya pengemudi yang melewati perlintasan sebidang, juga sangat diperlukan agar sistem antrean ini dapat berfungsi dengan maksimal.
Sejumlah pakar dan praktisi transportasi yang hadir dalam peluncuran model ini memberikan apresiasi tinggi terhadap inovasi yang dikembangkan oleh Prof. Hera. Mereka berharap, model ini dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah kemacetan dan kecelakaan yang sering terjadi di perlintasan sebidang kereta api.
Solusi Inovatif untuk Permasalahan Transportasi
Pengembangan Model of Queuing in the Railway Level Crossings oleh Prof. Ir. Hera Widyastuti, MT, PhD, merupakan langkah besar dalam mengatasi permasalahan klasik penumpukan kendaraan di perlintasan sebidang kereta api. Dengan pendekatan berbasis data dan teori antrian, model ini diharapkan dapat memberikan solusi yang lebih efisien dan aman bagi pengguna jalan serta meningkatkan kualitas transportasi di Indonesia. Ke depannya, diharapkan model ini dapat diimplementasikan di seluruh perlintasan sebidang kereta api di Indonesia, sehingga mengurangi kemacetan dan meningkatkan keselamatan bagi masyarakat.