JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan mengeluarkan peringatan resmi untuk masyarakat di wilayah pesisir Kalimantan Timur terkait potensi gelombang pasang setinggi 2,7 meter. Fenomena alam ini diprediksi akan berlangsung pada periode 21-28 Februari 2025. Warga setempat dan pihak terkait dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terlebih bagi mereka yang beraktivitas di wilayah pesisir ataupun memiliki kepentingan pada aktivitas pelabuhan.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, Diyan Novrida, dalam keterangannya pada Jumat sore menyatakan bahwa gelombang pasang ini berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari di kawasan pesisir. “Gelombang pasang bisa menyebabkan gangguan dalam kegiatan bongkar muat di pelabuhan, sehingga penting bagi pekerja dan pengusaha pelabuhan untuk menyesuaikan jadwal kerja mereka,” tambahnya.
Di samping itu, Diyan juga menjelaskan risiko lain dari gelombang pasang ini. “Penduduk yang bermukim di dekat pantai, khususnya mereka yang berada dalam jarak dekat dengan permukaan air laut, harus siap siaga. Ada kemungkinan air laut memasuki permukiman dan menyebabkan rob. Kami mengimbau warga untuk mengamankan harta benda dan memastikan jalur evakuasi sudah siap jika diperlukan.”
Berdasarkan data prakiraan pasang surut yang diterima, perairan Kaltim akan mengalami puncak gelombang pasang setinggi 2,7 meter pada tanggal 28 Februari pukul 19.00 WITA. Sementara itu, surut terendah akan terjadi pada hari yang sama pada pukul 12.00 dan 24.00 WITA, sekitar 0,3 meter.
Empat kawasan utama yang teridentifikasi berisiko langsung dari fenomena ini meliputi Samboja beserta sekitarnya, Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Paser. Semua pihak di wilayah-wilayah tersebut diminta untuk meningkatkan kesiagaannya selama periode ini. Terutama bagi nelayan dan pelayar yang harus lebih berhati-hati dan mempertimbangkan kondisi cuaca sebelum memutuskan melaut.
Dalam menghadapi fenomena seperti ini, koordinasi antar instansi menjadi faktor kunci untuk mitigasi risiko dan penaggulangan dampak. BMKG telah memastikan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat untuk memperlancar upaya mitigasi.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, dukungan teknologi dan informasi kepada masyarakat pesisir menjadi sangat penting. “Kami mendukung teknologi informasi seperti simulasi pasang surut dan sistem peringatan dini. Kami ingin memastikan informasi ini tepat waktu sehingga masyarakat bisa mengambil tindakan preventif,” katanya saat ditemui di tempat berbeda.
BMKG juga menghimbau warga untuk tetap mengikuti perkembangan informasi cuaca dan perubahan pasang surut melalui kanal-kanal resmi. Mengingat perubahan cuaca yang cepat dan dinamis, penting bagi masyarakat untuk selalu update dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. “Jangan sampai lengah dan selalu waspada terhadap kemungkinan perubahan cuaca yang bisa terjadi sewaktu-waktu,” ungkap Diyan.
Penting untuk dicatat bahwa periode pasang surut ini tidak hanya berpotensi mengganggu aktivitas manusia, tetapi juga berdampak pada keseimbangan ekosistem laut. Oleh karena itu, pengawasan pada perubahan biologis laut dan dampaknya pada lingkungan harus dilakukan secara kontinu.
Kerjasama lintas sektor antara pemerintah, masyarakat, dan pebisnis sangat diharapkan untuk meminimalisir dampak dari fenomena pasang surut ini. Sinergi antara edukasi masyarakat dan penegakan kebijakan dari pihak berwenang memainkan peran krusial dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan bersama.
Agar tidak menimbulkan kepanikan, BMKG menekankan pentingnya tindakan antisipatif dan kesiapsiagaan. Dengan informasi yang akurat dan keputusan yang bijak, diharapkan masyarakat dapat menghadapi fenomena alam ini dengan lebih tenang dan terorganisir.