BURSA

Bursa Asia Dihadapkan Ketidakpastian Ekonomi, Ancaman Perang Dagang Membayangi Pasar

Bursa Asia Dihadapkan Ketidakpastian Ekonomi, Ancaman Perang Dagang Membayangi Pasar
Bursa Asia Dihadapkan Ketidakpastian Ekonomi, Ancaman Perang Dagang Membayangi Pasar

JAKARTA - Rabu, 19 Februari 2025 diprediksi menjadi hari yang penuh tantangan bagi bursa Asia. Ancaman perluasan perang dagang global dan ketidakpastian geopolitik kini tengah membebani kepercayaan investor. Menurut laporan dari Bloomberg, bursa berjangka dari beberapa negara besar di Asia seperti Australia, Hong Kong, dan China, menunjukkan tren penurunan. Bahkan, indeks acuan Tokyo diperkirakan akan mengalami pelemahan tipis.

Di tengah kekhawatiran ini, pasar saham global baru saja mencatat lonjakan signifikan pada sektor produsen chip yang mendorong indeks S&P 500 Amerika Serikat untuk mencetak rekor tertinggi baru, melampaui capaian di bulan Januari. Namun, kinerja positif tersebut tidak sepenuhnya tercermin di bursa Asia.

Krisis ini mendapatkan momentum setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam akan mengenakan tarif baru hingga 25% bagi impor mobil, semikonduktor, dan produk farmasi. "Saya mungkin akan memberi tahu Anda hal itu pada tanggal 2 April 2025, tetapi angkanya akan mencapai sekitar 25%," ujar Trump. Tarif yang direncanakan ini diproyeksikan akan diumumkan pada awal April 2025 mendatang.

Imbas dari pernyataan Trump tersebut tidak hanya mengguncang bursa Asia, tetapi juga memengaruhi ketenangan sektor bisnis global, yang khawatir akan potensi kenaikan bea secara signifikan selama setahun ke depan. Bukan hanya otomotif, tetapi juga sektor farmasi disinyalir akan terkena dampak besar dari bea tambahan ini.

Di tengah ketidakpastian ini, Presiden China, Xi Jinping, berusaha menenangkan suasana dengan menyambut para pemimpin bisnis teknologi dalam sebuah pertemuan publik yang langka. Pertemuan ini memberi sedikit harapan bahwa Beijing mungkin akan berupaya mengadaptasi kebijakan yang lebih pro-bisnis dalam menghadapi tekanan dari kebijakan dagang AS.

Strategi Kebijakan Moneter dan Geopolitik yang Menantang

Sementara di belahan dunia lain, mantan wakil gubernur Bank of Japan, Hiroshi Nakaso, menegaskan bahwa bank sentral akan tetap berpegang pada kebijakan menaikkan suku bunga acuan hingga mencapai 1%. "Kami akan berupaya menaikkan suku bunga secara bertahap namun konsisten, tergantung pada kondisi ekonomi global," kata Nakaso dalam sebuah wawancara.

Di Amerika Serikat, Presiden Federal Reserve Bank San Francisco, Mary Daly, menggarisbawahi pentingnya kebijakan moneter yang restriktif. Daly menilai bahwa langkah ini perlu diambil hingga ada tanda-tanda jelas dari penurunan inflasi. Menurutnya, inflasi saat ini diprediksi akan menurun seiring waktu, memberikan ruang bagi kebijakan yang lebih longgar di masa depan.

Pertemuan diplomatik di Eropa juga menjadi sorotan di tengah semua kekacauan ini. Pejabat tinggi dari Amerika Serikat dan Rusia mengadakan pertemuan untuk diskusi putaran pertama mengenai perang di Ukraina. Pertemuan ini membuka kemungkinan adanya kerja sama lebih lanjut antara dua negara super power tersebut, meskipun ketegangan nyata masih terasa.

Dinamika ini semuanya datang di tengah lanskap ekonomi global yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Pelaku pasar dari seluruh dunia memantau dengan cermat tindakan selanjutnya dari para pemimpin dunia dalam kebijakan perdagangan, keamanan, serta pendekatan diplomatik mereka.

Dengan demikian, bursa Asia menghadapi tantangan berlapis dalam memastikan stabilitas di tengah ancaman eksternal dan faktor internal yang bergerak cepat. Investasi yang cerdas dan pengarahan strategi yang tepat menjadi kunci bagi para pelaku pasar untuk menavigasi periode ketidakpastian ini dengan lebih baik.

Pengawasan terus menerus terhadap perkembangan geopolitik serta ketetapan kebijakan ekonomi global akan sangat menentukan arah pasar di minggu-minggu mendatang.

Artikel ini diharapkan dapat memberikan perspektif menyeluruh mengenai situasi terkini di bursa Asia dan dinamika ekonomi global yang menyertainya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index