JAKARTA - Sepanjang tahun 2025, pasar saham Indonesia mengalami dinamika yang menarik, terutama pada sektor perbankan yang tercatat dalam indeks Kompas 100. Saham-saham dari emiten bank besar, yang biasanya menjadi andalan investor lokal dan asing, justru mengalami penurunan nilai secara year to date (YTD). Namun, di balik tren penurunan ini, terdapat peluang menarik untuk berinvestasi di saham perbankan dengan harga yang lebih murah.
Tren Penurunan dan Pemulihan Saham Perbankan
Sejak awal tahun 2025, saham dari bank-bank besar mencatat penurunan cukup signifikan. Sebagai contoh, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami penguatan tipis sebesar 1,51% ke level Rp 4.030 pada penutupan perdagangan hari Jumat, 7 Februari 2025. Penguatan ini terjadi setelah selama sepekan sebelumnya saham BBRI terkoreksi 5,18%, dan secara YTD, saham BBRI sudah terkoreksi 1,23%.
Hal serupa juga dialami oleh saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang menguat 0,98% pada hari yang sama, mencapai harga Rp 5.150. Namun, sepanjang pekan tersebut, saham ini terkoreksi 11,21% dan secara YTD telah turun 9,65%.
Di sisi lain, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berakhir di zona merah, terkoreksi 0,52% ke level Rp 965 pada hari Jumat, dan mencatat penurunan 4,46% dalam satu pekan.
Contrasting these trends, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menunjukkan performa yang berbeda. Saham BRIS ditutup menguat 4,86% ke level Rp 3.020, dengan kenaikan 3,42% dalam seminggu, tetap bertahan di zona hijau.
Sementara itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat kenaikan 4,47% di level harga Rp 9.350 pada penutupan perdagangan Jumat, meskipun tren mingguan saham ini terbilang stagnan. Secara YTD, saham BBCA telah terkoreksi 3,36%.
Faktor Penyebab Pergolakan Harga Saham
Menurut Achmad Yaki, Head Online Trading di BCA Sekuritas, kondisi ini disebabkan oleh tekanan "Foreign Outflow" yang masih cukup besar terhadap saham-saham bank tersebut. "Ada tekanan dari keluarnya modal asing yang membuat harga saham bank ini mengalami koreksi," jelas Yaki. Hal ini menunjukkan bagaimana dinamika global dan keputusan para investor asing masih memiliki pengaruh besar terhadap pasar saham Indonesia, khususnya di sektor perbankan.
Potensi Jangka Panjang Saham Perbankan
Meski demikian, Yaki melihat ada potensi pertumbuhan yang kuat pada bank-bank besar, terutama bank BUMN seperti BBRI, BBNI, dan BMRI. Bank-bank ini memiliki fondasi bisnis yang solid dan pemerintah, dalam hal ini BUMN, diyakini tidak akan membiarkan kinerja mereka menurun. "Kontribusi dari setoran dividen bank-bank BUMN ke kas negara cukup besar, sehingga pemerintah pasti akan menjaga kinerja positif mereka," tambah Yaki.
Melihat situasi ini, bagi investor yang memiliki fokus jangka panjang, penurunan harga saham perbankan dapat menjadi peluang untuk mengakumulasi saham dengan nilai lebih rendah, mengingat potensi pemulihan dan pertumbuhan dalam beberapa tahun ke depan.
Strategi Investasi di Tengah Penurunan Harga Saham
Di tengah tren penurunan harga saham perbankan ini, penting bagi investor untuk mencermati kondisi fundamental setiap bank dan mempertimbangkan strategi investasi yang tepat. Dengan memilih saham berdasarkan analisis mendalam dan mempertimbangkan kinerja industri di masa depan, penurunan ini bisa dijadikan kesempatan untuk memperkuat portofolio investasi.
Bagi mereka yang mempertimbangkan investasi pada saham perbankan, memperhatikan pertumbuhan bisnis, kekuatan manajemen, serta sinergi dengan paket kebijakan ekonomi pemerintah bisa menjadi landasan kuat dalam membuat keputusan investasi. Dengan strategi investasi yang tepat, tren penurunan ini dapat diubah menjadi peluang yang menguntungkan di masa depan.