JAKARTA - Pasar saham Indonesia tengah menjadi sorotan para investor, terutama terkait dengan dinamika arus modal asing yang menjadi kekuatan penggerak signifikan di bursa efek. Pada awal tahun ini, investor asing tampak terus menarik dananya dari pasar saham Indonesia, meskipun valuasi sejumlah saham dengan fundamental yang baik kini berada pada posisi menarik. Hal ini tentu menjadi kesempatan bagi investor untuk kembali masuk.
Pelarian Modal Asing dari Saham RI
Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per Rabu, 12 Februari 2025, investor asing mencatatkan aksi jual bersih atau net sell senilai Rp208,23 miliar. Secara kumulatif sejak awal tahun, arus modal keluar asing dari pasar saham Indonesia telah mencapai Rp9,11 triliun. Statistik ini menunjukkan bahwa komposisi perdagangan di pasar saham didominasi oleh investor asing sebesar 64%, sementara investor lokal hanya menguasai 36% pada periode tahun berjalan.
Kondisi ini tentu menjadi perhatian banyak pihak karena arus modal asing kerap menjadi indikator utama kesehatan pasar saham Indonesia. Jika investor asing terus menarik dananya, bisa dipastikan akan ada dampak signifikan pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan likuiditas pasar secara keseluruhan.
Kinerja IHSG dan Sentimen Pasar
Berdasarkan data RTI Infokom, IHSG ditutup menguat 1,74% atau mengalami rebound ke level 6.645,77 pada perdagangan Rabu, 12 Februari 2025. Kendati demikian, secara keseluruhan IHSG telah mengalami penurunan sebesar 6,13% sejak awal tahun. Kondisi ini mencerminkan volatilitas pasar yang tinggi dan ketidakpastian yang melingkupi investor.
Analis dari Schroders Indonesia mengomentari pelemahan pasar saham Indonesia ini, terutama terkait dengan arus modal keluar asing (foreign capital outflow) yang cukup besar sebesar Rp3,7 triliun pada Januari 2025, menyusul sentimen pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. "Ketidakpastian pasar berlanjut di awal tahun karena investor asing terus keluar sambil menunggu pelantikan Donald Trump pada 20 Januari, sementara dukungan lokal masih lesu," ungkap tim analis Schroders.
Dinamika Internasional dan Domestik
Seiring dengan berlanjutnya dinamika politik internasional, termasuk hubungan AS dan China, pasar saham Indonesia menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada Februari. Narasi hubungan AS dan China yang tidak terlalu buruk serta langkah Bank Indonesia yang secara mengejutkan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan lalu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kepercayaan investor.
Namun demikian, Schroders Indonesia menilai bahwa investor internasional masih tetap berhati-hati dalam menyikapi kebijakan awal dari pemerintahan Trump, khususnya terkait tarif dagang untuk China, Kanada, dan Meksiko serta beberapa kebijakan imigrasi AS yang masih menjadi perhatian. "Menurut kami, program dari pemerintahan baru bisa positif untuk pasar saham karena propertumbuhan. Walaupun eksekusinya masih perlu dicermati," tambah Schroders.
Potensi dan Prospek Jangka Panjang Pasar Saham Indonesia
Dalam jangka panjang, Schroders Indonesia tetap optimis terhadap potensi pasar saham Indonesia. Saat ini, valuasi saham di Indonesia dinilai sudah cukup murah dengan angka 11,5 kali PE 2025, menjadikan IHSG sebagai salah satu laggard utama di pasar Asia. Kondisi ini dianggap memberikan peluang masuk yang cukup besar bagi investor yang mempertimbangkan investasi jangka panjang.
Dengan mempertimbangkan kondisi global dan domestik yang masih perlu diantisipasi, manajer investasi asal Inggris ini pun mengambil strategi defensif sambil mencermati pergerakan saham dengan fundamental menarik. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi volatilitas dari kebijakan global yang masih dapat berubah sewaktu-waktu.
Dengan kondisi pasar saat ini, para investor dihadapkan pada tantangan sekaligus peluang. Meskipun aksi jual bersih oleh investor asing menunjukkan ketidakpastian, valuasi saham yang menarik memberikan kesempatan bagi investor, khususnya lokal, untuk meningkatkan eksposur mereka di pasar saham Indonesia. Selain itu, langkah Bank Indonesia dalam menurunkan suku bunga dapat memberikan dorongan tambahan untuk pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan minat investor dalam jangka menengah hingga panjang.
Investor disarankan untuk tetap waspada, meningkatkan analisis dan pemantauan terhadap dinamika pasar global, serta berhati-hati dalam mengambil langkah investasi. Dengan pendekatan yang tepat dan informasi yang lengkap, investor dapat mengambil keuntungan dari kondisi pasar yang dinamis ini.