JAKARTA - Kesehatan jantung selama ini seringkali dipahami sebatas dipengaruhi pola makan sehat, olahraga teratur, serta kebiasaan hidup aktif. Namun, menurut dr. Said Qadaru Alaydrus, SpJP-FIHA, staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK-USK), terdapat faktor lain yang tidak kalah penting, yakni kondisi mental seseorang.
Dalam sebuah dialog kesehatan, ia menegaskan bahwa beban psikologis, terutama stres berkepanjangan, berperan besar dalam meningkatkan risiko penyakit jantung. Pandangan ini memperluas pemahaman masyarakat bahwa menjaga kesehatan jantung tidak cukup hanya dengan mengatur fisik, melainkan juga memelihara keseimbangan emosi dan mental.
Stres dan Risiko Penyakit Jantung
Dr. Qadaru menjelaskan bahwa stres kronis dapat meningkatkan kadar protein inflamasi di dalam tubuh, seperti C-Reactive Protein (CRP) dan interleukin-6. Keduanya berkaitan erat dengan proses peradangan yang memicu penyumbatan pembuluh darah. Bila kondisi ini berlangsung lama, risiko serangan jantung semakin besar.
Bahkan, ia menyebut fenomena ini dengan istilah broken heart syndrome atau sindrom patah hati, di mana tekanan emosional berat dapat memengaruhi fungsi organ vital. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara emosi dan kesehatan jantung lebih kompleks dibanding yang diperkirakan sebelumnya.
Pentingnya Menjaga Emosi Tetap Stabil
Selain menguraikan aspek medis, dr. Qadaru menekankan pentingnya menjaga kestabilan emosi. Ia menegaskan bahwa tekanan emosional yang tidak terkelola dengan baik dapat sama berbahayanya dengan pola makan buruk atau gaya hidup sedentari.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental melalui relaksasi, manajemen stres, serta membangun hubungan sosial yang positif perlu menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Kesadaran bahwa kondisi psikologis bisa memengaruhi kesehatan fisik perlu lebih gencar disosialisasikan agar masyarakat tidak hanya fokus pada faktor fisik semata.
Anjuran Pola Makan Sehat untuk Jantung
Selain aspek mental, dr. Qadaru turut menyoroti pentingnya menjaga pola makan. Ia menyarankan agar masyarakat mengurangi konsumsi makanan cepat saji dan olahan berlemak tinggi. Menurutnya, menjaga jadwal makan secara teratur juga berperan besar dalam mendukung kesehatan jantung.
Pola makan seimbang yang kaya sayuran, buah, dan sumber protein sehat akan membantu menjaga fungsi jantung tetap optimal. Ia mengingatkan bahwa kesehatan jantung bukan hasil dari kebiasaan instan, melainkan akumulasi pilihan sehari-hari yang konsisten.
Kualitas Tidur sebagai Faktor Penunjang
Dalam paparannya, dr. Qadaru juga menekankan peran istirahat yang cukup. Tidur malam selama tujuh hingga delapan jam tanpa gangguan dinilai lebih efektif dibanding tidur yang terpotong-potong.
Menurutnya, kualitas tidur yang baik mampu memperbaiki sistem metabolisme tubuh, menjaga kestabilan hormon, serta memperkuat daya tahan. Sebaliknya, kurang tidur dapat meningkatkan tekanan darah, kadar gula, dan stres, yang pada akhirnya memperbesar risiko gangguan jantung. Pesan ini memperkuat kesadaran bahwa istirahat tidak sekadar kebutuhan dasar, tetapi juga bagian dari strategi menjaga kesehatan kardiovaskular.
Membangun Gaya Hidup Seimbang untuk Jantung Sehat
Kesimpulannya, kesehatan jantung tidak hanya bergantung pada olahraga dan makanan sehat, tetapi juga kondisi mental, manajemen stres, dan pola istirahat. Pesan yang disampaikan dr. Qadaru menekankan bahwa menjaga jantung berarti menjaga keseluruhan gaya hidup.
Masyarakat perlu menyadari bahwa tekanan emosional dapat menimbulkan dampak biologis nyata, sehingga keseimbangan fisik dan mental harus berjalan seiring. Dengan kesadaran ini, diharapkan generasi mendatang lebih memahami pentingnya pola hidup menyeluruh demi menekan angka penyakit jantung yang masih tinggi di Indonesia.