Erick Thohir

Erick Thohir Tak Puas Dengan Kualitas Timnas Indonesia

Erick Thohir Tak Puas Dengan Kualitas Timnas Indonesia
Erick Thohir Tak Puas Dengan Kualitas Timnas Indonesia

JAKARTA - Ketika penguasaan bola dan agresivitas permainan tidak cukup untuk memastikan kemenangan, maka satu hal yang perlu dievaluasi adalah efektivitas di lini depan. Itulah yang tergambar dari penampilan Timnas Indonesia U-23 dalam laga terakhir fase grup Kejuaraan Piala AFF U-23 menghadapi Malaysia. Pertandingan ini berakhir dengan hasil imbang tanpa gol, meski Garuda Muda tampil dominan sepanjang laga.

Pertandingan berlangsung dengan tensi tinggi sejak menit awal. Para pemain Indonesia menunjukkan keberanian dan kepercayaan diri tinggi saat menguasai bola. Alur serangan dibangun rapi dari lini tengah, dengan distribusi bola yang cepat ke area sayap maupun ke jantung pertahanan Malaysia. Namun, meski dominasi itu terlihat jelas, penyelesaian akhir justru menjadi masalah yang menghambat hasil maksimal.

Kegagalan memanfaatkan peluang emas menjadi sorotan utama. Berkali-kali bola berhasil masuk ke area pertahanan lawan, bahkan menciptakan momen satu lawan satu dengan kiper, namun peluang demi peluang itu hanya berakhir sebagai statistik. Entah karena tembakan yang melenceng, kurangnya ketenangan saat mengeksekusi, atau keputusan yang terlalu terburu-buru.

Masalah ini mendapat perhatian langsung dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Ia secara terbuka menilai bahwa persoalan terbesar yang dihadapi Timnas U-23 dalam laga tersebut bukanlah skema permainan atau kualitas pemain, melainkan ketidaksabaran dalam penyelesaian akhir. Ia menyebut peluang-peluang besar yang semestinya dapat diselesaikan dengan baik, namun justru hilang karena para pemain terlalu tergesa-gesa mengambil keputusan di dalam kotak penalti.

Menurut Erick, ada semangat juang yang sangat besar dalam diri para pemain, tetapi dalam sepak bola modern, semangat saja tidak cukup. Dibutuhkan kedewasaan dalam mengambil keputusan, terlebih saat berada di situasi krusial di depan gawang. Ia menyoroti pentingnya pengalaman dan pelatihan teknis secara konsisten untuk mengasah insting dan ketajaman para penyerang muda Indonesia.

Hasil imbang tanpa gol tentu bukan cerminan dari usaha dan kerja keras yang ditunjukkan oleh Timnas Indonesia U-23. Para pemain telah bermain dengan determinasi tinggi, penuh semangat, dan tidak gentar menghadapi tekanan lawan. Namun kenyataannya, keberhasilan sebuah tim tetap diukur dari gol yang dicetak, bukan dari seberapa banyak peluang yang diciptakan.

Di sisi lain, Malaysia memainkan strategi yang lebih konservatif. Mereka lebih banyak menunggu serangan dan mengandalkan serangan balik cepat. Barisan belakang mereka tampil cukup disiplin, sementara penjaga gawang Malaysia juga beberapa kali melakukan penyelamatan penting. Meski minim peluang, mereka berhasil mencuri satu poin penting dari laga krusial ini.

Performa Timnas Indonesia U-23 secara umum memang patut diapresiasi. Mereka menunjukkan progres positif dalam penguasaan bola, ketahanan fisik, serta komunikasi antar lini yang jauh lebih solid dibanding laga-laga sebelumnya. Namun tanpa ketajaman di kotak penalti, dominasi ini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil.

Erick Thohir juga menegaskan bahwa pembenahan harus dilakukan secara menyeluruh, khususnya dalam hal pengambilan keputusan akhir. Peluang seperti ini sangat mahal dalam kompetisi level internasional. Ia berharap para pemain bisa belajar dari pengalaman ini, dan menjadikan kegagalan mencetak gol sebagai pemacu semangat, bukan beban mental.

Pelatih kepala dan staf kepelatihan kini memiliki pekerjaan rumah besar untuk membenahi sisi teknis sekaligus psikologis para pemain, terutama lini depan. Latihan intensif dalam skenario penyelesaian akhir harus diperbanyak, termasuk bagaimana pemain harus bersikap tenang dan cerdas saat berada di bawah tekanan di area lawan.

Turnamen ini memang bukan akhir segalanya. Namun menjadi momen penting untuk mengukur seberapa siap generasi muda Indonesia dalam menghadapi laga internasional. Di sinilah proses pembelajaran berjalan. Kegagalan mencetak gol bukan hanya tentang ketidaktepatan tendangan, tetapi juga tentang cara berpikir, kesiapan mental, dan kedisiplinan dalam mengambil keputusan.

Dalam beberapa hari ke depan, Timnas Indonesia U-23 akan menunggu kepastian kelanjutan mereka di turnamen ini, tergantung pada hasil pertandingan grup lain. Namun satu hal yang pasti, evaluasi sudah harus dimulai dari sekarang. Bukan hanya untuk kelanjutan di turnamen ini, tetapi untuk membangun tim nasional yang lebih tajam dan matang di masa mendatang.

Antusiasme publik terhadap performa Garuda Muda tidak surut. Justru hasil ini menjadi momentum untuk menguatkan fondasi pembinaan sepak bola usia muda. Jika evaluasi dilakukan dengan serius dan pembenahan berjalan berkelanjutan, bukan tak mungkin generasi ini bisa menjadi tulang punggung Timnas senior dalam beberapa tahun ke depan.

Kesempatan memang belum tertutup sepenuhnya. Tapi apakah Timnas U-23 mampu belajar dari kesalahan ini dan memperbaiki penyelesaian akhir dalam laga-laga berikutnya? Jawaban itu hanya bisa dibuktikan oleh para pemain sendiri di lapangan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index