JAKARTA - Pembangunan sarana kesehatan dan pendidikan neurosains bertaraf internasional semakin menunjukkan kemajuan signifikan dengan rampungnya proyek Gedung RSPON Prof. Dr. Mahar Mardjono Jakarta yang kini akan bertransformasi menjadi Institut Neurosains Nasional (INN). Proyek strategis ini berhasil diselesaikan oleh PT PP (Persero) Tbk atau PTPP, sebagai bentuk kontribusi perusahaan dalam mendukung peningkatan layanan kesehatan sekaligus pendidikan medis di Indonesia.
Rampungnya pembangunan ini menjadi tonggak penting bagi dunia kesehatan, khususnya di bidang neurosains. Dalam kolaborasi yang dilakukan bersama dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, proyek ini dikerjakan melalui skema kontrak design and build yang menyatukan perencanaan dan pembangunan secara terintegrasi, sehingga mempercepat proses pelaksanaan dengan tetap menjaga standar kualitas dan keselamatan konstruksi.
Dengan nilai kontrak sebesar Rp 1,03 triliun termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN), proyek ini tidak hanya menggambarkan skala besar secara fisik, tetapi juga nilai strategis yang dibawanya. Kompleks bangunan ini dibangun di lokasi yang sangat strategis, tepatnya di kawasan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan aksesibilitas yang baik, baik dari sisi transportasi umum maupun infrastruktur kota lainnya.
Dalam keterangan resminya di Jakarta, pihak PTPP menyampaikan bahwa kompleks INN dirancang untuk mendukung pelayanan kesehatan neurosains yang lengkap dan mendalam, serta mampu menjadi pusat pendidikan kedokteran dan pelatihan tenaga medis yang profesional. Oleh karena itu, proyek ini mendapatkan perhatian besar dan pembiayaannya turut melibatkan sejumlah pihak penting, termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), PT SMI (Sarana Multi Infrastruktur), dan Badan Layanan Umum (BLU).
Kompleks Institut Neurosains Nasional terdiri atas tiga bangunan utama yang masing-masing memiliki peran strategis. Pertama, gedung pelayanan dengan luas sekitar 32.000 meter persegi yang dibangun dengan satu basement dan 12 lantai. Gedung ini akan menjadi pusat layanan kesehatan utama, menyediakan berbagai fasilitas seperti Instalasi Gawat Darurat (IGD), Special Care Unit (SCU), High Care Unit (HCU), Intensive Care Unit (ICU), dan fasilitas terapi canggih seperti Radioterapi LINAC (Linear Accelerator) serta CT Simulator.
Kedua, gedung parkir yang memiliki luas kurang lebih 33.000 meter persegi, juga terdiri dari satu basement dan 12 lantai. Keberadaan gedung parkir ini menjadi bagian dari perencanaan fasilitas yang komprehensif, guna mendukung kenyamanan pasien, tenaga medis, dan pengunjung. Kemudahan akses dan tersedianya lahan parkir yang memadai sering kali menjadi aspek penting dalam pelayanan rumah sakit modern.
Ketiga, gedung pendidikan dengan luas sekitar 30.000 meter persegi yang terdiri atas satu semi-basement dan 12 lantai. Gedung ini akan menjadi pusat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, terutama yang berfokus pada neurosains. Dengan hadirnya fasilitas pendidikan di satu kompleks yang sama, INN akan menjadi pusat integrasi antara pelayanan medis dan pengembangan keilmuan, yang pada akhirnya diharapkan mampu menghasilkan tenaga medis yang unggul dan berdaya saing global.
Proyek ini menjadi salah satu pencapaian penting bagi PTPP dalam kiprahnya di sektor konstruksi nasional. Kesuksesan penyelesaian proyek strategis ini menunjukkan kemampuan PTPP dalam mengelola proyek besar yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi, baik dari sisi teknis konstruksi maupun dari koordinasi lintas lembaga.
Pihak PTPP menyampaikan kebanggaan atas rampungnya proyek tersebut. “Proyek pembangunan Gedung RSPON Prof. Dr. Mahar Mardjono Jakarta, yang akan menjadi pusat layanan dan pendidikan neurosains bertaraf internasional, berhasil kami selesaikan sesuai jadwal dan standar mutu,” ungkap pihak manajemen.
Melalui pengoperasian Institut Neurosains Nasional, diharapkan Indonesia tidak hanya menjadi pusat layanan kesehatan saraf yang handal, tetapi juga mampu menjadi rujukan penelitian dan pengembangan neurosains di kawasan Asia Tenggara. Terlebih lagi, kehadiran fasilitas seperti Radioterapi LINAC dan CT Simulator menandakan bahwa teknologi yang diterapkan telah sesuai dengan kebutuhan layanan kesehatan modern yang mengedepankan presisi, kecepatan, dan efektivitas.
Selain itu, keberadaan tiga gedung besar dalam satu kawasan juga mencerminkan sinergi antara fungsi pelayanan dan pendidikan. Hal ini menjadi nilai lebih dalam pengembangan layanan kesehatan nasional, karena penggabungan kedua fungsi tersebut akan menciptakan ekosistem pembelajaran langsung yang sangat dibutuhkan dalam dunia kedokteran modern.
Rampungnya pembangunan ini juga memberi pesan kuat bahwa kolaborasi antara perusahaan BUMN di sektor konstruksi dapat memberikan hasil yang optimal dan konkret. Apalagi dalam proyek ini terdapat sinergi antara PTPP dan WIKA yang menunjukkan efektivitas kerjasama lintas BUMN dalam menghadirkan infrastruktur vital untuk bangsa.
Seiring dengan selesainya pembangunan fisik, tahap berikutnya adalah persiapan operasional, rekrutmen tenaga profesional, serta kalibrasi peralatan medis yang akan digunakan. Pihak pengelola juga tengah menyiapkan sistem manajemen rumah sakit dan pendidikan yang terintegrasi agar pelaksanaan kegiatan medis dan akademik dapat berjalan seiring secara harmonis.
Pemerintah dan masyarakat kini menantikan pembukaan resmi gedung tersebut untuk melihat langsung bagaimana INN akan menjadi garda terdepan dalam pengobatan dan riset saraf di Indonesia. Diharapkan, keberadaan gedung ini dapat memperluas akses layanan kesehatan berkualitas sekaligus mendorong pencapaian Indonesia dalam dunia kedokteran internasional.