JAKARTA - Peningkatan signifikan jumlah wisatawan asing yang menggunakan transportasi kereta api di wilayah Yogyakarta menandai babak baru dalam integrasi antara sektor transportasi dan pariwisata. Selama enam bulan terakhir, angka ini menunjukkan adanya kepercayaan yang semakin besar dari warga negara asing terhadap layanan kereta api sebagai pilihan utama berkeliling kawasan wisata di Daerah Operasi 6 (Daop 6) Yogyakarta.
Pada periode Januari hingga Juni, Daop 6 Yogyakarta mencatat total volume penumpang warga negara asing, baik yang datang maupun berangkat melalui stasiun-stasiun di wilayah operasional ini, mencapai 117.312 orang. Catatan ini bukan hanya sekadar angka, melainkan representasi dari peran vital transportasi publik dalam mendukung geliat pariwisata lokal yang kembali menggeliat pascapandemi.
Melonjaknya jumlah wisatawan asing ini menjadi sinyal positif bahwa Yogyakarta terus menarik perhatian dunia internasional, tidak hanya karena keindahan budayanya, tetapi juga karena kemudahan akses transportasi yang terintegrasi. Kereta api sebagai moda yang efisien, aman, dan nyaman, semakin diminati oleh para pelancong mancanegara yang berkunjung ke destinasi-destinasi unggulan seperti Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta, dan kawasan Malioboro.
Daop 6 Yogyakarta tidak hanya mencatat jumlah penumpang, tetapi juga terus melakukan evaluasi dan peningkatan kualitas layanan untuk mendukung kenyamanan wisatawan. Mulai dari penyediaan fasilitas ramah turis di stasiun, informasi perjalanan dalam berbagai bahasa, hingga pelatihan petugas layanan untuk lebih siap menghadapi lonjakan penumpang dari berbagai latar belakang budaya.
Secara keseluruhan, jumlah penumpang WNA yang tercatat sepanjang Januari hingga Juni ini menunjukkan konsistensi peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka 117.312 penumpang tersebut berasal dari aktivitas keberangkatan dan kedatangan wisatawan di berbagai stasiun utama di wilayah Daop 6, seperti Stasiun Tugu Yogyakarta, Lempuyangan, Wates, Klaten, hingga Solo Balapan.
Selain sebagai indikator kebangkitan industri pariwisata, lonjakan jumlah wisatawan asing ini juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Wisatawan tidak hanya menggunakan kereta sebagai sarana transportasi, tetapi juga membelanjakan uang mereka di berbagai sektor pendukung, mulai dari perhotelan, kuliner, hingga usaha mikro dan ekonomi kreatif lokal. Efek domino dari aktivitas ini turut dirasakan oleh pelaku usaha kecil yang selama ini bergantung pada keramaian wisatawan.
Kebijakan penguatan layanan transportasi publik berbasis wisata di wilayah Yogyakarta juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan para pelaku industri pariwisata. Mereka menyadari bahwa keberadaan moda transportasi yang mumpuni merupakan faktor penting dalam meningkatkan daya tarik wisata sekaligus memperpanjang lama tinggal para wisatawan mancanegara.
Lebih dari sekadar angka statistik, keberhasilan Daop 6 Yogyakarta dalam melayani wisatawan asing menunjukkan bahwa sistem transportasi rel di wilayah ini telah bertransformasi menjadi bagian penting dari ekosistem pariwisata. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menjadi keunggulan kompetitif bagi Yogyakarta dalam bersaing dengan destinasi wisata lain, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Tingginya minat wisatawan asing terhadap kereta api juga menjadi tantangan tersendiri bagi operator transportasi. Hal ini mendorong perlunya peningkatan kapasitas dan frekuensi perjalanan kereta api antarkota maupun lokal yang melintasi jalur-jalur strategis pariwisata. Disamping itu, pendekatan kolaboratif antara penyedia jasa transportasi, agen perjalanan, dan pengelola destinasi wisata juga perlu diperkuat agar pengalaman wisatawan menjadi lebih seamless dan menyenangkan.
Sebagian besar wisatawan asing yang berkunjung ke Yogyakarta juga memanfaatkan moda kereta api sebagai alat penjelajah wilayah sekitar, termasuk perjalanan menuju Solo, Klaten, dan Magelang. Dengan pola perjalanan yang fleksibel dan waktu tempuh yang efisien, kereta api menjadi opsi yang tepat bagi mereka yang ingin menjelajahi banyak tempat dalam waktu singkat, tanpa harus menghadapi kemacetan lalu lintas.
Peningkatan layanan berbasis digital juga mendukung kenyamanan wisatawan asing dalam menggunakan kereta api. Kini, pemesanan tiket, informasi jadwal keberangkatan, serta pembaruan terkait layanan dapat diakses secara daring dengan berbagai bahasa. Hal ini mempermudah wisatawan untuk merencanakan perjalanan mereka tanpa hambatan komunikasi atau keterbatasan akses informasi.
Transformasi digital dan peningkatan fasilitas infrastruktur kereta api di wilayah Daop 6 turut memainkan peran besar dalam pencapaian ini. Perbaikan stasiun, peningkatan kualitas sarana dan prasarana, serta integrasi moda dengan layanan transportasi lainnya seperti bus wisata dan transportasi daring, semuanya turut menciptakan ekosistem perjalanan yang lebih baik bagi wisatawan.
Fakta bahwa lebih dari 117 ribu wisatawan asing telah memilih menggunakan kereta api selama enam bulan pertama tahun ini menjadi motivasi kuat bagi seluruh pihak yang terlibat di sektor transportasi dan pariwisata. Ini sekaligus mempertegas pentingnya menjaga kualitas layanan, keamanan, dan kenyamanan agar tren ini tidak hanya menjadi capaian sesaat, tetapi dapat terus meningkat dalam waktu yang lebih panjang.
Dengan terus meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang menggunakan layanan kereta api di Yogyakarta, ke depan diharapkan akan semakin banyak terobosan inovatif untuk menjawab kebutuhan para pelancong. Baik dalam hal fasilitas di stasiun, integrasi layanan antarmoda, maupun kemudahan bertransaksi secara digital.
Peran Daop 6 Yogyakarta tidak hanya sebatas operator transportasi, tetapi juga menjadi wajah pertama yang dilihat wisatawan saat tiba dan wajah terakhir saat mereka pulang. Oleh karena itu, menjaga kualitas layanan di setiap titik interaksi menjadi bagian penting dalam membangun citra positif Yogyakarta sebagai destinasi wisata dunia yang ramah dan terhubung.