Pasar Modal Indonesia Diprediksi Setara dengan New York Stock Exchange: Apakah Benar

Sabtu, 10 Mei 2025 | 09:35:23 WIB

JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menghadapi tekanan yang cukup besar dari dampak perang dagang global yang memengaruhi minat perusahaan untuk menggalang dana melalui pasar modal. Salah satu fenomena yang terlihat adalah penurunan jumlah emiten baru yang tercatat hingga awal Mei 2025, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengakui bahwa terdapat penurunan signifikan dalam jumlah perusahaan yang melaksanakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) tahun ini. Menurutnya, faktor eksternal, seperti ketidakpastian yang disebabkan oleh perang dagang antara negara-negara besar, memiliki dampak langsung terhadap minat perusahaan untuk masuk ke pasar modal Indonesia.

"Memang, pasar mengalami sedikit penurunan dalam hal jumlah IPO pada tahun 2025 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, ini bukan berarti pasar modal Indonesia tidak memiliki potensi. Ada faktor eksternal yang sangat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam memilih jalur pembiayaan ini," ujar I Gede Nyoman Yetna dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Jumat 9 Mei 2025.

Penurunan Jumlah IPO di Tengah Ketidakpastian Global

Data yang dirilis BEI menunjukkan bahwa pada 2025, jumlah emiten baru yang tercatat di pasar modal Indonesia mengalami penurunan signifikan. Di awal tahun 2024, terdapat 22 perusahaan yang melakukan IPO, sementara pada periode yang sama di tahun 2025, hanya tercatat 12 perusahaan. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, dengan ketegangan geopolitik sebagai salah satu yang paling mempengaruhi keputusan perusahaan untuk menunda atau membatalkan rencana IPO mereka.

Namun, meski terjadi penurunan, BEI tetap optimis bahwa pasar modal Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang. "Penurunan jumlah IPO tidak menandakan kelesuan pasar secara keseluruhan. Ini adalah bagian dari dinamika pasar yang sering terjadi ketika ada ketidakpastian global. Yang penting adalah pasar modal Indonesia tetap menjadi pilihan yang menarik bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengakses modal," kata Nyoman.

Selain faktor perang dagang, kondisi ekonomi domestik Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan juga berkontribusi pada penurunan minat IPO. Kenaikan suku bunga yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter global dan inflasi yang meningkat juga memengaruhi keputusan banyak perusahaan.

Pasar Modal Indonesia: Setara dengan New York Stock Exchange?

Meskipun pasar modal Indonesia mengalami penurunan jumlah IPO, BEI tetap berusaha menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia memiliki kualitas dan potensi yang setara dengan pasar modal global, termasuk New York Stock Exchange (NYSE). Nyoman Yetna mengatakan bahwa meskipun dalam beberapa aspek ada perbedaan, dari sisi struktur pasar dan likuiditas, pasar modal Indonesia memiliki kemiripan yang signifikan dengan bursa saham internasional seperti NYSE.

"Perlu dicatat, meskipun pasar modal Indonesia lebih kecil dibandingkan NYSE, namun dari sisi struktur dan aturan pasar, kita sudah cukup sebanding. Kami memiliki pengawasan yang ketat dan sistem perdagangan yang modern. Ini memungkinkan investor di Indonesia untuk merasa aman dan nyaman dalam berinvestasi," jelas Nyoman.

Namun, ia juga menegaskan bahwa pasar modal Indonesia perlu lebih banyak menarik investor internasional untuk bisa lebih sebanding dengan pasar modal besar lainnya di dunia. Salah satu cara yang dilakukan BEI adalah dengan memperkenalkan berbagai produk keuangan baru, seperti green bonds dan produk derivatif lainnya, yang dapat menarik minat investor asing.

Upaya Pemerintah dan BEI untuk Memperbaiki Citra Pasar Modal

Untuk meningkatkan kepercayaan investor dan menarik lebih banyak perusahaan untuk masuk ke pasar modal, pemerintah bersama dengan BEI terus melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan berbagai insentif fiskal untuk perusahaan yang ingin go public. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi biaya dan mempercepat proses IPO.

Selain itu, BEI juga terus memperbaiki infrastruktur pasar modal dengan memperkenalkan sistem perdagangan elektronik yang lebih efisien dan transparan. Ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan memberikan akses yang lebih mudah bagi investor domestik dan internasional.

"Pemerintah dan BEI terus berkoordinasi untuk menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih baik. Salah satunya adalah dengan memberikan kemudahan dalam proses IPO dan memperkenalkan berbagai instrumen investasi yang menarik bagi investor, baik lokal maupun internasional," ujar Nyoman.

Meskipun pasar modal Indonesia tengah mengalami tantangan akibat dampak perang dagang dan ketidakpastian global lainnya, pasar modal Indonesia tetap menunjukkan potensi yang besar untuk berkembang. Penurunan jumlah IPO pada awal 2025 bukanlah indikasi bahwa pasar modal Indonesia sedang dalam keadaan buruk, tetapi lebih merupakan akibat dari kondisi eksternal yang sulit diprediksi.

Dengan terus memperbaiki sistem dan infrastruktur pasar, serta memberikan insentif kepada perusahaan yang ingin melantai di bursa, BEI optimis pasar modal Indonesia akan kembali bangkit dan bahkan menjadi pilihan menarik bagi investor global. Selain itu, BEI berkomitmen untuk terus berupaya menjadikan pasar modal Indonesia lebih terstruktur, efisien, dan aman, agar sebanding dengan pasar modal besar seperti New York Stock Exchange.

Terkini

Liburan Seru Berenang Bersama Hiu Karimunjawa

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:27 WIB

Rekomendasi 3 Coto Makassar Terlezat di Surabaya

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:26 WIB

Update Harga Sembako Jogja 11 September 2025 Terbaru

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:22 WIB

Langkah Mudah Cek Bansos BPNT 2025 Online

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:21 WIB