Kredit Perbankan Tumbuh 9,16 Persen pada Kuartal I 2025, Capai Rp 7.908 Triliun

Sabtu, 10 Mei 2025 | 09:16:10 WIB

JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa penyaluran kredit perbankan nasional terus menunjukkan kinerja positif pada awal tahun 2025. Sepanjang kuartal I tahun ini, total kredit yang disalurkan perbankan mencapai Rp 7.908 triliun, tumbuh 9,16 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan ini mencerminkan ketahanan dan optimisme sektor perbankan di tengah dinamika ekonomi global yang masih dipenuhi tantangan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa kinerja kredit yang tetap bertumbuh menjadi indikator kuat bahwa sektor perbankan nasional masih berada dalam jalur pemulihan dan ekspansi yang sehat.

"Pada bulan Maret 2025, pertumbuhan kredit tetap melanjutkan tren positif dengan mencatatkan kenaikan sebesar 9,16 persen secara tahunan," ungkap Dian dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK yang digelar Jumat 9 Mei 2025.

Peningkatan penyaluran kredit tersebut ditopang oleh pertumbuhan pada tiga kategori utama kredit, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Kredit modal kerja tumbuh sebesar 6,1 persen yoy, kredit investasi meningkat signifikan hingga 13,36 persen yoy, sementara kredit konsumsi naik sebesar 9,32 persen yoy.

"Kredit investasi menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan tertinggi, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas sektor produktif dan optimisme pelaku usaha untuk melakukan ekspansi di berbagai sektor," tambah Dian.

Kredit modal kerja yang naik 6,1 persen juga menjadi sinyal positif bahwa pelaku usaha terus melakukan penyesuaian dan pemulihan aktivitas bisnis mereka, terutama di sektor manufaktur, perdagangan, dan jasa. Sedangkan kenaikan kredit konsumsi mencerminkan daya beli masyarakat yang mulai pulih seiring membaiknya kondisi ekonomi nasional.

Dian juga menyoroti bahwa pertumbuhan kredit yang solid tersebut tetap disertai dengan profil risiko yang terjaga. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross tetap berada dalam batas aman di kisaran 2,35 persen, sementara NPL net sebesar 0,80 persen. Ini menunjukkan bahwa kualitas aset perbankan masih terkendali meskipun terdapat percepatan pertumbuhan kredit.

"Stabilitas sektor perbankan tetap menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, kami terus memastikan agar pertumbuhan kredit tidak hanya cepat, tapi juga berkualitas dan dikelola secara prudent," kata Dian.

Selain itu, kinerja positif kredit perbankan juga sejalan dengan upaya pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Sejumlah kebijakan akomodatif seperti penurunan suku bunga kredit, relaksasi aturan kredit, serta stimulus fiskal turut menjadi pendorong ekspansi kredit pada kuartal pertama 2025.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda, menyebut bahwa pertumbuhan kredit yang mencapai hampir 10 persen merupakan sinyal kuat bahwa permintaan domestik mulai pulih dan sektor usaha kembali bergairah. “Kredit investasi yang tumbuh dua digit menunjukkan bahwa sektor riil mulai agresif untuk ekspansi. Ini penting bagi penciptaan lapangan kerja dan akselerasi pemulihan ekonomi,” ujar Huda saat dihubungi secara terpisah.

Namun demikian, ia juga mengingatkan bahwa percepatan kredit harus tetap diikuti dengan penguatan pengawasan, terutama di sektor yang rentan terhadap tekanan eksternal. “Perbankan harus tetap selektif dalam menyalurkan kredit, terutama di sektor-sektor yang masih fluktuatif seperti properti dan konsumsi rumah tangga,” tambahnya.

Dari sisi perbankan sendiri, sejumlah bank besar telah menunjukkan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan kredit ini. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk misalnya, melaporkan pertumbuhan kredit mencapai dua digit di segmen usaha mikro dan kecil (UMK). Sementara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan tertinggi pada kredit korporasi dan investasi.

Direktur Utama BRI, Sunarso, mengatakan pihaknya optimistis tren pertumbuhan kredit akan terus berlanjut hingga akhir 2025. “Kami melihat permintaan kredit masih tinggi, terutama dari pelaku UMKM yang terus melakukan pemulihan pasca-pandemi. BRI akan terus fokus menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif,” ujarnya dalam laporan keuangan kuartalan.

Di sisi lain, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2025 dapat mencapai 10-12 persen, seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5,2 persen. Hal ini tentu menjadi peluang bagi industri perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.

Menghadapi kuartal-kuartal selanjutnya, OJK akan terus memantau dinamika sektor keuangan dan mendorong bank-bank untuk meningkatkan efisiensi, transformasi digital, dan penguatan manajemen risiko. Dalam hal ini, digitalisasi perbankan juga disebut-sebut sebagai salah satu faktor pendukung efisiensi dan penetrasi layanan kredit yang lebih luas dan merata.

"Kami mendorong perbankan untuk terus berinovasi dalam layanan digital agar mampu menjangkau segmen yang belum terlayani, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional. Namun, inovasi ini harus tetap dalam koridor tata kelola dan pengawasan yang baik," tutup Dian Ediana Rae.

Dengan pencapaian Rp 7.908 triliun pada kuartal I 2025 dan pertumbuhan yang solid, sektor perbankan Indonesia menunjukkan ketangguhan sekaligus potensi untuk menjadi motor penggerak pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Terkini

Liburan Seru Berenang Bersama Hiu Karimunjawa

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:27 WIB

Rekomendasi 3 Coto Makassar Terlezat di Surabaya

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:26 WIB

Update Harga Sembako Jogja 11 September 2025 Terbaru

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:22 WIB

Langkah Mudah Cek Bansos BPNT 2025 Online

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:21 WIB