Cadangan Devisa Turun Jadi USD 152,4 Miliar per April 2025, Ekonom Desak Pemerintah dan BI Perkuat Sinergi

Sabtu, 10 Mei 2025 | 09:27:46 WIB

JAKARTA — Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2025 turun signifikan menjadi sebesar US$ 152,4 miliar. Angka ini mencatat penurunan sebesar US$ 4,7 miliar dibandingkan posisi bulan sebelumnya, yakni Maret 2025 yang tercatat sebesar US$ 157,1 miliar.

Penurunan ini menimbulkan perhatian serius di kalangan ekonom dan pelaku pasar. Banyak pihak menilai penurunan cadangan devisa tidak sekadar mencerminkan faktor teknis neraca pembayaran, melainkan juga mencerminkan lemahnya koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter pemerintah.

Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, menyebut bahwa turunnya cadangan devisa ini adalah peringatan bagi pemerintah untuk meningkatkan sinergi dengan Bank Indonesia.

"Penurunan cadangan devisa ini bukan hanya tanggung jawab Bank Indonesia, tetapi juga merupakan refleksi dari lemahnya koordinasi dalam kebijakan ekonomi nasional. Pemerintah harus memperkuat sisi fiskal dan menciptakan ekosistem devisa yang lebih resilien," ujar Achmad dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat 9 Mei 2025.

Menurut Achmad, ada tiga langkah strategis yang harus segera dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kondisi tersebut. Pertama, menjaga defisit anggaran dalam batas yang wajar agar tidak menekan posisi devisa. Kedua, mempercepat belanja produktif yang mendukung substitusi impor. Ketiga, menata ulang strategi utang luar negeri agar tidak semakin membebani neraca pembayaran nasional.

Bank Indonesia dalam pernyataannya menjelaskan bahwa penurunan cadangan devisa pada April 2025 utamanya disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya volatilitas pasar global.

"Penurunan ini sejalan dengan kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah serta langkah stabilisasi nilai tukar guna menjaga ketahanan sektor eksternal," jelas pernyataan resmi BI.

Meskipun terjadi penurunan, Bank Indonesia menegaskan bahwa posisi cadangan devisa saat ini masih berada pada level yang sangat memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Dengan posisi US$ 152,4 miliar, cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Namun demikian, sejumlah analis menilai bahwa jika tren penurunan ini terus berlanjut, maka ruang kebijakan moneter bisa semakin terbatas, terutama dalam menghadapi tekanan eksternal seperti penguatan dolar AS dan ketidakpastian geopolitik global.

Di sisi lain, pemerintah juga dituntut untuk meningkatkan kinerja ekspor, terutama dari sektor non-migas yang selama ini menjadi penyumbang utama penerimaan devisa. Perluasan pasar ekspor dan perbaikan iklim investasi dianggap krusial untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

"Kita perlu memperluas pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional dan mendorong hilirisasi industri agar bisa meningkatkan nilai tambah serta perolehan devisa. Tidak cukup hanya mengandalkan harga komoditas global yang fluktuatif," tambah Achmad.

Ia juga mengingatkan pentingnya menciptakan ekosistem devisa yang lebih sehat dan tidak terlalu bergantung pada aliran modal jangka pendek. "Ketergantungan pada capital inflow yang sifatnya spekulatif membuat kita rentan. Pemerintah dan otoritas moneter harus mulai membangun basis devisa dari kegiatan ekonomi riil yang berkelanjutan," paparnya.

Pemerintah sendiri hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait langkah konkret yang akan diambil untuk merespons penurunan cadangan devisa ini. Namun, sejumlah pejabat di Kementerian Keuangan menyebut bahwa koordinasi dengan Bank Indonesia akan diperkuat guna menjaga stabilitas sektor eksternal.

Sementara itu, pasar keuangan domestik mencermati situasi ini dengan waspada. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir, meskipun intervensi BI mampu meredam gejolak berlebihan.

Lembaga pemeringkat internasional juga disebut mulai memantau ketat kondisi cadangan devisa Indonesia sebagai salah satu indikator penting dalam menilai ketahanan ekonomi nasional.

Dalam jangka menengah hingga panjang, sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan investor dan kestabilan ekonomi makro. Dukungan sektor swasta, optimalisasi penerimaan negara, serta efisiensi belanja pemerintah harus menjadi bagian integral dari strategi penguatan devisa.

"Sinergi kebijakan antara pemerintah dan Bank Indonesia tidak boleh hanya menjadi jargon. Harus ada langkah konkret dan konsisten yang bisa dipantau hasilnya," pungkas Achmad Nur Hidayat.

Dengan tantangan global yang semakin kompleks, upaya menjaga kestabilan cadangan devisa menjadi salah satu prioritas utama dalam menjaga fondasi ekonomi nasional tetap kuat di tengah tekanan eksternal.

Terkini

Liburan Seru Berenang Bersama Hiu Karimunjawa

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:27 WIB

Rekomendasi 3 Coto Makassar Terlezat di Surabaya

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:26 WIB

Update Harga Sembako Jogja 11 September 2025 Terbaru

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:22 WIB

Langkah Mudah Cek Bansos BPNT 2025 Online

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:21 WIB