PTBA Tegaskan Komitmen Hilirisasi Batubara, Jawab Instruksi Menteri ESDM

Sabtu, 10 Mei 2025 | 08:28:25 WIB

JAKARTA - Menanggapi arahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait percepatan hilirisasi batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan kesiapannya dalam mendukung transformasi energi nasional melalui pengembangan berbagai proyek hilirisasi strategis. Salah satu fokus utamanya adalah proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi LPG.

Dalam pernyataan resminya, Sekretaris Perusahaan PTBA Nico Chandra menyampaikan bahwa perusahaan terus aktif mengkaji dan mengembangkan proyek-proyek hilirisasi batu bara guna memastikan manfaat optimal bagi negara dan mendukung agenda kemandirian energi nasional.

"PTBA juga secara proaktif berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk Kementerian ESDM, untuk memastikan proyek-proyek hilirisasi ini dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memberikan manfaat optimal bagi negara," ujar Nico di Jakarta, Sabtu 10 Mei 2025.

Gasifikasi Batubara: DME sebagai Solusi Pengganti LPG

Proyek gasifikasi batu bara menjadi DME merupakan salah satu proyek strategis nasional yang digadang-gadang mampu mengurangi ketergantungan impor LPG. PTBA sejak lama menjadi pelopor dalam mendorong hilirisasi energi berbasis batu bara, dan proyek ini menjadi ujian nyata dari komitmen tersebut.

DME memiliki keunggulan sebagai bahan bakar bersih dan efisien yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat tanpa harus mengubah peralatan rumah tangga. Keberhasilan proyek ini diharapkan mampu menghemat devisa negara sekaligus membuka lapangan kerja baru.

"Gasifikasi batu bara menjadi DME bukan hanya solusi energi, tapi juga bentuk transformasi industri pertambangan yang lebih berkelanjutan dan berorientasi pada nilai tambah," ujar Nico.

Kolaborasi Strategis dengan BRIN untuk Baterai Lithium

Selain fokus pada DME, PTBA juga menjajaki bentuk hilirisasi lain yang memiliki prospek jangka panjang. Perusahaan pelat merah ini menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam proyek konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet.

Kedua material ini merupakan komponen penting dalam produksi baterai lithium-ion (Li-ion), yang menjadi tulang punggung industri kendaraan listrik (EV) dan penyimpanan energi masa depan.

"Melalui kerja sama ini, kami berharap dapat memperluas potensi hilirisasi batu bara ke sektor teknologi tinggi, khususnya dalam mendukung transisi energi global," kata Nico.

PTBA menyebutkan bahwa pilot project ini sedang dalam tahap riset lanjutan dan akan menjadi salah satu pionir dalam pemanfaatan batubara untuk produk non-energi dengan nilai ekonomi tinggi.

Tantangan dan Dukungan Regulasi

Namun demikian, pengembangan proyek hilirisasi bukan tanpa tantangan. Selain persoalan teknis dan finansial, ketidakpastian regulasi dan insentif masih menjadi kendala bagi percepatan realisasi proyek.

Nico berharap pemerintah, melalui Kementerian ESDM, terus memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan yang kondusif, termasuk kepastian hukum dan fiskal, untuk memperkuat daya saing industri hilirisasi dalam negeri.

"Kami berharap sinergi antara BUMN, pemerintah, dan lembaga riset dapat terus diperkuat, karena keberhasilan hilirisasi memerlukan kerja kolaboratif dari seluruh pemangku kepentingan," tambahnya.

Dukung Transisi Energi dan Kemandirian Nasional

Hilirisasi batu bara menjadi langkah penting dalam strategi transisi energi nasional. Dengan meningkatkan nilai tambah dari batu bara, Indonesia tidak hanya bisa mengurangi impor bahan bakar, tetapi juga menciptakan ekosistem industri baru berbasis teknologi tinggi.

Pemerintah menargetkan penggunaan DME dalam skala besar sebagai alternatif LPG rumah tangga dalam beberapa tahun ke depan. Proyek ini diproyeksikan dapat menyerap ribuan tenaga kerja dan menciptakan pusat-pusat ekonomi baru di sekitar lokasi produksi.

"Kami ingin PTBA menjadi motor penggerak transformasi ini, bukan hanya sebagai penambang batu bara, tapi juga sebagai inovator energi masa depan," ujar Nico optimis.

Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Lingkungan

Dalam semua inisiatif hilirisasi yang dijalankan, PTBA menegaskan tetap memprioritaskan aspek keberlanjutan dan lingkungan hidup. Setiap proyek yang dikembangkan wajib melalui kajian dampak lingkungan (AMDAL) yang ketat dan memenuhi standar global.

Nico menjelaskan bahwa PTBA berkomitmen menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam seluruh lini usahanya.

"Kami tidak hanya mengejar nilai ekonomi, tetapi juga memastikan bahwa setiap aktivitas memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar," tegasnya.

Komitmen PTBA dalam menjawab tantangan hilirisasi batu bara mencerminkan peran aktif BUMN dalam mengakselerasi agenda besar transisi energi nasional. Dari gasifikasi batu bara menjadi DME hingga konversi ke material baterai, langkah-langkah inovatif ini menunjukkan bahwa batu bara tetap memiliki peran strategis di era energi bersih jika diolah secara tepat.

Dengan kolaborasi yang erat antara PTBA, pemerintah, dan lembaga riset, hilirisasi batu bara tidak hanya menjadi jargon semata, tetapi bisa menjadi kenyataan yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan secara berkelanjutan bagi Indonesia.

Terkini

Liburan Seru Berenang Bersama Hiu Karimunjawa

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:27 WIB

Rekomendasi 3 Coto Makassar Terlezat di Surabaya

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:26 WIB

Update Harga Sembako Jogja 11 September 2025 Terbaru

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:22 WIB

Langkah Mudah Cek Bansos BPNT 2025 Online

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:21 WIB