Pasar Properti Komersial Jakarta Tunjukkan Stabilitas, Segmen Perkantoran dan Ritel Jadi Primadona Investor

Kamis, 08 Mei 2025 | 10:56:58 WIB

JAKARTA - Pasar properti komersial di Jakarta terus menunjukkan ketahanan dan stabilitas yang menjanjikan di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih. Segmen perkantoran dan ritel menjadi daya tarik utama bagi para investor, terutama di kawasan pusat bisnis (CBD) Jakarta yang menunjukkan kinerja positif pada kuartal pertama 2025.

Berdasarkan laporan terbaru dari konsultan properti terkemuka, sektor gedung perkantoran kelas atas (Grade A dan Premium) di CBD Jakarta mengalami lonjakan tingkat okupansi yang signifikan. Pada kuartal I/2025, angka okupansi tercatat menyentuh 71 persen, naik dari kuartal sebelumnya yang berada di kisaran 68 persen. Peningkatan ini didorong oleh permintaan kuat dari sektor jasa keuangan, teknologi, dan manufaktur.

"Permintaan terhadap ruang kantor di CBD Jakarta masih solid, terutama dari perusahaan yang mencari lokasi strategis dengan fasilitas lengkap," kata analis pasar properti dari dalam laporan terbarunya.

Kondisi ini juga menyebabkan harga sewa ruang kantor mengalami kenaikan. Pada kuartal pertama tahun ini, tercatat kenaikan rata-rata harga sewa sebesar 0,8 persen dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun kenaikan tersebut terbilang moderat, tren ini mencerminkan kepercayaan investor dan penyewa terhadap prospek jangka panjang pasar properti di ibu kota.

Minim Tambahan Pasokan Baru, Pasar Lebih Terkendali 

Menariknya, meski tingkat permintaan meningkat, pasokan ruang kantor baru di Jakarta relatif stagnan. Tidak ada tambahan gedung perkantoran baru di CBD Jakarta selama kuartal pertama 2025. Hal ini membuat pasar menjadi lebih terkendali dan mendukung stabilitas harga serta okupansi.

"Minimnya pasokan baru menjadikan pasar lebih stabil dan kompetitif. Ini menciptakan peluang investasi jangka panjang, terutama bagi pemilik properti yang sudah memiliki gedung dengan spesifikasi Grade A," ujar Head of Research.

Situasi ini mendorong pemilik gedung untuk berinvestasi dalam peningkatan kualitas bangunan, seperti peremajaan fasilitas, peningkatan efisiensi energi, hingga adopsi teknologi pintar.

Segmen Ritel Menunjukkan Pemulihan Signifikan 

Selain perkantoran, segmen properti ritel di Jakarta juga menunjukkan pemulihan signifikan. Pusat perbelanjaan di berbagai kawasan strategis kembali dipadati oleh pengunjung, seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat dan tren gaya hidup pasca pandemi.

Tenant-tenant dari sektor makanan dan minuman (F&B), mode, serta hiburan menjadi pengisi utama dalam ekspansi gerai baru. Kehadiran merek internasional dan lokal yang terus berkembang memberikan sentimen positif terhadap sektor ini.

"Pasar ritel kembali menjadi magnet, terutama dengan munculnya konsep pusat perbelanjaan berbasis pengalaman (experience-based mall) yang mengutamakan interaksi dan kenyamanan pengunjung," terang analis ritel.

Investor Lokal dan Asing Terus Melirik Jakarta 

Dengan stabilitas pasar dan potensi pertumbuhan yang positif, Jakarta terus menjadi tujuan utama investasi properti, baik dari investor lokal maupun asing. Beberapa investor dari Asia Timur dan Timur Tengah tercatat mulai menjajaki akuisisi properti komersial di pusat kota.

Pemerintah daerah dan pusat juga memainkan peran penting dengan memberikan kemudahan perizinan dan insentif fiskal dalam pengembangan kawasan-kawasan strategis.

"Stabilitas politik dan arah kebijakan yang mendukung investasi properti menjadi daya tarik tersendiri bagi investor," ungkap seorang pengamat properti dari Universitas Indonesia.

Digitalisasi dan ESG Dorong Daya Saing Gedung Perkantoran 

Gedung-gedung perkantoran kini tidak hanya dinilai dari lokasi dan ukuran, tetapi juga dari penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Perusahaan penyewa semakin mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan efisiensi operasional sebagai faktor penting dalam memilih kantor.

Penerapan digitalisasi, seperti sistem gedung pintar (smart building) dan konektivitas tinggi, menjadi nilai tambah yang sangat kompetitif.

"Kami melihat tren ESG dan digitalisasi menjadi faktor pembeda dalam menarik penyewa kelas atas. Ini sekaligus meningkatkan nilai properti dalam jangka panjang," kata konsultan properti.

Tantangan Tetap Ada: Kesenjangan Pasokan dan Permintaan di Luar CBD 

Meskipun prospek di CBD cukup cerah, pasar properti komersial di kawasan pinggiran Jakarta menghadapi tantangan berbeda. Tingkat okupansi di luar CBD masih berada di bawah 60 persen, dan harga sewa relatif stagnan.

Kurangnya fasilitas pendukung, kemacetan lalu lintas, serta infrastruktur yang belum merata menjadi faktor penghambat pertumbuhan di wilayah ini. Pengembang dan pemerintah dituntut untuk lebih aktif dalam menciptakan ekosistem bisnis yang inklusif di luar CBD.

Prospek 2025: Optimisme Tetap Terjaga 

Melihat kinerja kuartal pertama dan tren yang sedang berlangsung, para analis meyakini bahwa pasar properti komersial di Jakarta akan terus menunjukkan stabilitas dan pertumbuhan sepanjang 2025. Permintaan yang konsisten, minimnya pasokan baru, serta komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan menjadi fondasi utama.

Dengan strategi yang tepat, Jakarta diyakini mampu mempertahankan posisinya sebagai pusat bisnis dan investasi terkemuka di Asia Tenggara.

"Kami optimistis bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun kebangkitan bagi sektor properti komersial Jakarta, dengan peluang besar di segmen perkantoran dan ritel yang berkualitas tinggi," tutup laporan

Terkini

Rekomendasi 5 Wisata di Bandung yang Buka 24 Jam

Kamis, 11 September 2025 | 11:12:02 WIB

7 Manfaat Bawang Putih Tunggal untuk Kesehatan Manusia

Kamis, 11 September 2025 | 11:12:00 WIB

7 Manfaat Minum Air Hangat untuk Kesehatan Tubuh

Kamis, 11 September 2025 | 11:11:59 WIB