Perlambatan Ekonomi dan Peluang Investasi Baru di Danantara Warnai Dinamika Ekonomi Nasional

Kamis, 08 Mei 2025 | 10:15:48 WIB

JAKARTA - Sejumlah isu penting terkait kondisi ekonomi nasional menjadi sorotan pada Rabu 7 Mei 2025, mulai dari koreksi pertumbuhan ekonomi nasional hingga peluang investasi baru yang terbuka lebar di kawasan Danantara. Kantor Berita melaporkan bahwa pergeseran tren ekonomi ini terjadi seiring dengan fase transisi pemerintahan yang tengah berlangsung di Indonesia.

Salah satu isu utama adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat mengalami koreksi dalam laporan triwulan I/2025. Para analis mencatat bahwa fenomena ini bukan hal baru, melainkan pola yang kerap terjadi saat memasuki masa peralihan kepemimpinan nasional. Kinerja sektor konsumsi dan belanja pemerintah menjadi kontributor utama atas melambatnya laju pertumbuhan tersebut.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Dr. Faisal Basri, menilai perlambatan ekonomi ini masih dalam batas wajar. “Setiap masa transisi pemerintahan, pelaku pasar cenderung menahan keputusan besar, termasuk investasi dan konsumsi. Namun ini hanya bersifat sementara hingga arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru menjadi lebih jelas,” kata Faisal.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I/2025 berada pada kisaran 4,8 persen, mengalami sedikit penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka 5,1 persen. Meski terjadi perlambatan, sektor ekspor dan investasi asing masih menunjukkan ketahanan.

Di tengah kabar koreksi pertumbuhan, terdapat sinyal positif dari sektor investasi, khususnya melalui peluang kerja sama strategis antara perusahaan tambang global Eramet Indonesia dengan entitas pengembangan kawasan Danantara. Kolaborasi ini disebut-sebut berpotensi mendorong percepatan pembangunan industri berbasis sumber daya mineral di Indonesia timur.

Direktur Utama Eramet Indonesia, Jean-Baptiste Lucas, menyampaikan bahwa perusahaan melihat potensi besar dari kawasan Danantara dalam pengembangan proyek hilirisasi nikel dan logam tanah jarang. “Kami sedang menjajaki kerja sama jangka panjang dengan pengelola kawasan Danantara untuk membangun ekosistem industri yang mendukung transformasi energi bersih,” ujarnya.

Kawasan Danantara sendiri merupakan zona pengembangan industri baru yang berada di Sulawesi dan ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Pemerintah menargetkan kawasan ini menjadi episentrum baru industri hijau berbasis teknologi tinggi dan sumber daya mineral berkelanjutan.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menyambut positif rencana kerja sama tersebut. Ia menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya menciptakan ekosistem investasi yang sehat, khususnya dalam sektor energi baru terbarukan dan hilirisasi mineral.

“Pemerintah membuka pintu selebar-lebarnya bagi investasi yang bernilai tambah dan ramah lingkungan. Danantara adalah simbol dari lompatan transformasi industri kita ke arah yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujar Bahlil.

Selain potensi kerja sama dengan Eramet, kawasan Danantara juga mulai menarik minat investor dari berbagai negara, termasuk Korea Selatan, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab. Beberapa perusahaan telah menyampaikan Letter of Intent (LoI) untuk pengembangan fasilitas smelter, pembangkit listrik energi baru terbarukan, dan pusat riset teknologi mineral.

Langkah ini sejalan dengan agenda pemerintah dalam membangun pusat industri hijau nasional dan menurunkan ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Presiden Joko Widodo sebelumnya juga telah menegaskan bahwa hilirisasi adalah kebijakan yang akan tetap dipertahankan di masa pemerintahan berikutnya.

“Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, namun selama ini kita terlalu lama bergantung pada ekspor bahan mentah. Saatnya kita ubah arah menjadi negara industri berbasis hilirisasi dan nilai tambah,” ujar Presiden Jokowi dalam pernyataannya beberapa waktu lalu.

Selain sektor industri dan energi, Danantara juga diproyeksikan menjadi kawasan terpadu yang menggabungkan pengembangan infrastruktur digital, pendidikan vokasi, dan kota hijau. Hal ini diharapkan dapat menjadi magnet baru pertumbuhan ekonomi kawasan timur Indonesia.

Analis ekonomi Universitas Indonesia, Dr. Lana Soelistianingsih, menyebutkan bahwa Danantara bisa menjadi contoh model pembangunan berkelanjutan di masa depan. “Dengan pengelolaan yang transparan dan dukungan regulasi yang konsisten, kawasan ini bisa menyaingi kawasan industri global lainnya di Asia Tenggara,” jelas Lana.

Meski diwarnai dinamika perlambatan, kombinasi antara kehati-hatian fiskal, pertumbuhan investasi hijau, dan komitmen pemerintah dalam mendorong transformasi ekonomi menunjukkan arah yang positif bagi perekonomian nasional.

Pemerintah pun diharapkan terus menjaga stabilitas makroekonomi, memberikan kepastian hukum bagi investor, serta memperkuat kapasitas SDM agar peluang-peluang investasi ini dapat dioptimalkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Perkembangan ini memperlihatkan bahwa walaupun perlambatan ekonomi menjadi kenyataan jangka pendek, Indonesia masih memiliki fondasi kuat untuk bangkit melalui kerja sama strategis, kebijakan hilirisasi, dan pengembangan kawasan industri masa depan seperti Danantara.

Terkini

Liburan Seru Berenang Bersama Hiu Karimunjawa

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:27 WIB

Rekomendasi 3 Coto Makassar Terlezat di Surabaya

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:26 WIB

Update Harga Sembako Jogja 11 September 2025 Terbaru

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:22 WIB

Langkah Mudah Cek Bansos BPNT 2025 Online

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:21 WIB