JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa likuiditas perekonomian nasional tetap berada dalam kondisi stabil pada Maret 2025. Hal ini tercermin dari posisi uang beredar dalam arti luas (M2) yang tumbuh sebesar 6,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dengan total mencapai Rp9.436,4 triliun. Kendati mencatat penurunan tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,2 persen yoy, BI memastikan bahwa kondisi likuiditas masih berada dalam level yang sehat untuk menopang aktivitas ekonomi domestik.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyebutkan bahwa perkembangan tersebut tetap menunjukkan kestabilan likuiditas secara umum.
“Likuiditas perekonomian pada Maret 2025 tetap relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya,” ujar Ramdan dalam keterangan tertulis yang dirilis Kamis, 24 April 2025.
Pertumbuhan M2 Didukung Dana Pihak Ketiga dan Kredit
Bank Indonesia menjelaskan bahwa pertumbuhan M2 pada bulan laporan didorong oleh peningkatan komponen dana pihak ketiga (DPK) serta penyaluran kredit. Dari sisi penghimpunan dana, DPK tumbuh sebesar 5,9 persen yoy, menunjukkan dukungan kuat dari sektor perbankan dalam menyediakan sumber pembiayaan bagi sektor riil.
Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor ekonomi tumbuh sebesar 9,6 persen yoy, mencerminkan peningkatan permintaan pembiayaan oleh pelaku usaha maupun masyarakat seiring dengan pulihnya aktivitas ekonomi nasional pasca berbagai tekanan global sepanjang 2024.
Secara rinci, pertumbuhan M2 juga dipengaruhi oleh ekspansi operasi keuangan pemerintah pusat (OKP) dan meningkatnya aktivitas pembiayaan melalui perbankan, termasuk kredit konsumsi dan investasi. Hal ini menjadi sinyal positif bagi pemulihan ekonomi yang kini mulai bergerak ke arah yang lebih solid.
Perkembangan Ekspansi Moneter dan Stabilitas Sistem Keuangan
Bank Indonesia menilai bahwa pertumbuhan M2 yang stabil ini sejalan dengan kebijakan moneter yang ditempuh secara hati-hati dan responsif. BI tetap konsisten menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah dinamika global dan regional, termasuk fluktuasi suku bunga global, gejolak geopolitik, serta ketidakpastian pasar keuangan internasional.
Sebagaimana diketahui, selama kuartal pertama 2025, BI mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya dalam posisi yang kondusif untuk menjaga stabilitas nilai tukar, mengendalikan inflasi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan makroprudensial longgar yang masih berjalan juga menjadi pendorong utama dalam mempertahankan likuiditas yang cukup bagi sektor perbankan.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tambah Ramdan.
Sinyal Positif Pemulihan Ekonomi Nasional
Stabilitas M2 pada Maret 2025 turut memberikan sinyal positif terhadap kelanjutan pemulihan ekonomi Indonesia. Dengan dorongan konsumsi rumah tangga yang membaik, aktivitas produksi industri manufaktur yang meningkat, serta belanja pemerintah yang mulai akseleratif, permintaan uang dalam perekonomian pun mengalami peningkatan secara bertahap.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga mencatat adanya kenaikan pada komponen uang beredar sempit (M1), yang meliputi uang kartal dan giro rupiah, sebagai indikator meningkatnya transaksi ekonomi dalam masyarakat.
Kondisi ini mencerminkan bahwa masyarakat mulai lebih aktif dalam melakukan kegiatan ekonomi, baik dari sisi konsumsi, perdagangan, maupun investasi. Faktor musiman seperti momen Ramadhan dan Idul Fitri yang jatuh pada April juga menjadi pendorong naiknya permintaan uang secara temporer.
Tantangan Global Tetap Diwaspadai
Meski tren likuiditas menunjukkan kestabilan, BI mengingatkan bahwa tantangan dari lingkungan eksternal tetap perlu diwaspadai. Beberapa risiko utama yang menjadi perhatian meliputi kebijakan suku bunga tinggi di negara-negara maju, tekanan inflasi global, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa, serta perlambatan ekonomi di mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.
Untuk itu, BI berkomitmen menjaga fleksibilitas kebijakan dan meningkatkan koordinasi lintas sektor guna memastikan bahwa perekonomian nasional tetap mampu tumbuh di tengah ketidakpastian global.
“Kami senantiasa memantau perkembangan ekonomi global dan domestik secara cermat serta menyiapkan langkah-langkah antisipatif dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Ramdan.
Proyeksi ke Depan: Optimisme dengan Tetap Waspada
Ke depan, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan M2 akan tetap stabil, seiring dengan perbaikan ekonomi domestik dan peningkatan mobilitas masyarakat. Kinerja ekspor yang mulai menunjukkan pemulihan, investasi yang lebih aktif, serta penguatan sektor industri dan jasa diperkirakan akan terus mendorong permintaan likuiditas di pasar.
Pemerintah dan Bank Indonesia juga terus mendorong digitalisasi sistem pembayaran untuk meningkatkan efisiensi transaksi dan memperluas inklusi keuangan, yang pada akhirnya juga akan memperkuat transmisi kebijakan moneter ke sektor riil.
Stabilitas likuiditas menjadi salah satu indikator utama bagi ketahanan ekonomi. Dengan kondisi M2 yang relatif stabil di angka Rp9.436,4 triliun, Indonesia menunjukkan kemampuan dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan pertumbuhan ekonomi dan pengendalian risiko makroekonomi.
Bank Indonesia akan terus mengedepankan kebijakan yang mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, dengan tetap menjaga kehati-hatian dan memperkuat fondasi stabilitas sistem keuangan.
Sebagaimana ditegaskan Ramdan Denny Prakoso, “Likuiditas perekonomian pada Maret 2025 tetap relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya,” pernyataan yang memperkuat optimisme akan kelanjutan tren positif dalam ekonomi nasional.