Harga Minyak Mentah Dunia Stabil dengan Kecenderungan Menguat di Tengah Kekhawatiran Pasokan

Jumat, 25 April 2025 | 12:42:52 WIB

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia menunjukkan tren stabil dengan kecenderungan menguat pada perdagangan Kamis 24 April 2025, menyusul penurunan tajam yang terjadi pada sesi sebelumnya akibat kekhawatiran pasar terhadap potensi kenaikan pasokan dari negara-negara produsen minyak utama dunia. Stabilitas harga ini menjadi sorotan pasar energi global, terutama menjelang pertemuan penting Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung pada Juni mendatang.

Data pasar menunjukkan bahwa harga minyak mentah berjangka Brent mengalami kenaikan tipis sebesar 6 sen atau 0,09 persen dan diperdagangkan pada level US$66,18 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), juga tercatat menguat sebesar 7 sen atau 0,11 persen menjadi US$62,34 per barel.

Stabilitas Harga Setelah Tekanan di Sesi Sebelumnya

Sebelumnya, pasar minyak global sempat diguncang oleh laporan yang menyebutkan bahwa beberapa anggota OPEC+ berencana untuk mengusulkan percepatan kenaikan produksi untuk bulan kedua secara berturut-turut. Rencana ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar bahwa akan terjadi kelebihan pasokan dalam waktu dekat, yang berpotensi menekan harga lebih jauh.

Menurut laporan, ketidakpastian ini menyebabkan harga minyak pada Rabu lalu mencatat penurunan hampir 2 persen, mencerminkan sentimen negatif akibat kemungkinan banjir pasokan dari produsen minyak utama dunia.

Namun, pada perdagangan Kamis, sentimen pasar terlihat mulai kembali stabil, didorong oleh faktor teknikal serta prospek permintaan minyak yang tetap kuat di tengah pemulihan ekonomi global pascapandemi COVID-19.

OPEC+ dan Potensi Perubahan Strategi Produksi

Rencana OPEC+ untuk mempercepat peningkatan produksi menjadi fokus utama perhatian pasar. Aliansi produsen minyak global yang terdiri dari negara-negara OPEC dan mitra non-OPEC seperti Rusia tersebut telah menerapkan kebijakan pembatasan produksi sejak 2020 guna menjaga keseimbangan pasar dan mendukung harga minyak mentah.

Namun, dengan pulihnya permintaan global, beberapa anggota OPEC+ mulai mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan produksi secara bertahap. Pertemuan pada bulan Juni diperkirakan akan menjadi titik krusial bagi keputusan tersebut.

“Kekhawatiran akan kelebihan pasokan kembali mencuat setelah laporan mengenai kemungkinan percepatan peningkatan produksi oleh anggota OPEC+,” tulis laporan.

Jika usulan ini disetujui, maka pasar minyak dunia dapat menghadapi tambahan pasokan yang cukup signifikan, yang berisiko menekan harga jika tidak diimbangi oleh peningkatan permintaan yang cukup besar.

Permintaan Minyak Dunia Mulai Bangkit

Di sisi lain, permintaan minyak global diperkirakan terus meningkat seiring membaiknya aktivitas ekonomi di berbagai negara. Data dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar dunia akan tumbuh stabil pada kuartal kedua 2025, terutama didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat dan aktivitas industri yang pulih.

Beberapa analis memperkirakan bahwa pertumbuhan permintaan yang kuat ini akan mampu menyerap pasokan tambahan, selama kenaikan produksi tetap dalam batas yang terkendali.

“Permintaan global yang mulai pulih membantu menyeimbangkan potensi lonjakan produksi, namun pasar tetap harus waspada terhadap keputusan OPEC+,” ujar analis energi dari Energy Insight Global, James Larkin, dalam wawancara terpisah.

Faktor Geopolitik dan Ekonomi Global Ikut Mempengaruhi

Selain keputusan OPEC+, harga minyak juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor lain, termasuk kondisi geopolitik di kawasan Timur Tengah, kebijakan moneter global, serta fluktuasi nilai tukar dolar AS. Ketegangan antara negara-negara penghasil minyak seperti Iran dan Israel, serta konflik di wilayah Laut Merah, terus menjadi faktor risiko bagi kestabilan pasokan energi dunia.

Sementara itu, keputusan bank sentral AS, The Federal Reserve, dalam menentukan arah suku bunga turut memengaruhi harga minyak, mengingat fluktuasi dolar dapat mempengaruhi daya beli minyak yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut.

Respons Investor dan Sentimen Pasar

Pelaku pasar saat ini bersikap hati-hati, menanti sinyal lebih jelas dari OPEC+ terkait arah produksi ke depan. Volume perdagangan tercatat lebih rendah dari biasanya, mencerminkan ketidakpastian jangka pendek yang masih tinggi.

Meski demikian, beberapa investor tetap optimis bahwa harga minyak akan kembali naik dalam jangka menengah, didorong oleh ketatnya pasokan global dan keterbatasan kapasitas cadangan produksi di beberapa negara produsen utama.

“Pasar tampaknya sedang mengkalibrasi kembali posisi setelah penurunan kemarin. Kenaikan tipis ini mencerminkan adanya kekuatan fundamental jangka menengah,” kata analis pasar komoditas dari Morgan Futures, Eliza Marshall.

Outlook Harga Minyak dalam Beberapa Pekan ke Depan

Ke depan, arah pergerakan harga minyak akan sangat bergantung pada hasil pertemuan OPEC+ pada Juni serta perkembangan makroekonomi global, termasuk pertumbuhan ekonomi di negara-negara besar seperti China, India, dan Amerika Serikat.

Jika pertumbuhan ekonomi tetap kuat dan permintaan energi terus meningkat, maka harga minyak berpotensi kembali menembus level psikologis US$70 per barel. Namun, jika OPEC+ benar-benar memutuskan untuk meningkatkan produksi secara agresif tanpa koordinasi yang baik, maka harga bisa kembali tertekan.

Sebaliknya, jika OPEC+ tetap mempertahankan pendekatan hati-hati dan responsif terhadap pasar, maka kestabilan harga minyak dapat terjaga hingga akhir tahun 2025.

Stabilitas harga minyak mentah dunia saat ini mencerminkan dinamika pasar yang kompleks antara kekhawatiran kelebihan pasokan dan harapan terhadap pemulihan permintaan. Dengan harga Brent berada di US$66,18 per barel dan WTI di US$62,34 per barel, pasar tengah menunggu kepastian arah kebijakan OPEC+ dalam beberapa pekan ke depan.

Kutipan dari laporan menyebutkan, “Kekhawatiran akan kelebihan pasokan kembali mencuat setelah laporan mengenai kemungkinan percepatan peningkatan produksi oleh anggota OPEC+.” Pernyataan ini menjadi gambaran jelas bagaimana sentimen pasar terbentuk dan menyoroti pentingnya keputusan OPEC+ dalam menjaga keseimbangan pasar global.

Dengan banyak faktor yang mempengaruhi, para pelaku pasar disarankan untuk terus memantau perkembangan secara saksama dan bersikap adaptif terhadap perubahan kondisi pasar energi yang sangat dinamis.

Terkini

Cara Ajukan KPR Subsidi Bank Mandiri 2025 Lengkap

Rabu, 10 September 2025 | 16:23:44 WIB

MIND ID Dorong Transformasi Mineral Hijau Nasional

Rabu, 10 September 2025 | 16:23:42 WIB

Rekomendasi Kuliner Puyuh Goreng Lezat di Malang

Rabu, 10 September 2025 | 16:23:40 WIB

Rekomendasi Kuliner Dimsum Halal Enak di Bandung

Rabu, 10 September 2025 | 16:23:39 WIB