Harga Minyak Sawit Turun Tipis di Inacom dan Bursa Malaysia, Pelaku Pasar Tunggu Sinyal Global

Jumat, 25 April 2025 | 12:48:17 WIB

JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) mengalami penurunan pada perdagangan Kamis, 24 April 2025, baik di pasar domestik Indonesia Commodity Market (Inacom/KPBN) maupun di Bursa Malaysia. Pergerakan harga yang cenderung melemah ini terjadi di tengah sikap hati-hati pelaku pasar yang menanti isyarat pasar global, termasuk sentimen dari minyak nabati pesaing dan penguatan nilai tukar ringgit Malaysia.

Berdasarkan data perdagangan Inacom (KPBN), harga CPO yang berlokasi di Belawan dan Dumai tercatat turun sebesar Rp13/kg menjadi Rp14.488/kg, dibandingkan harga perdagangan sehari sebelumnya, yakni Rp14.501/kg pada Rabu 23 April 2025.

Sementara itu, di sejumlah lokasi lain seperti Talang Duku, Teluk Bayur, dan Pelaihari, aktivitas perdagangan menunjukkan adanya penarikan penawaran atau withdraw (WD) karena tidak tercapainya kesepakatan harga yang optimal antara penjual dan pembeli.

Penurunan di Beberapa Wilayah Domestik

Di Talang Duku, harga dibuka pada Rp14.288/kg, namun penawaran tertinggi hanya mencapai Rp14.263/kg, yang membuat pasar tidak menemukan titik temu. Hal serupa terjadi di Teluk Bayur, di mana harga CPO dibuka pada Rp14.358/kg, namun penawaran tertinggi hanya sebesar Rp13.975/kg, mengindikasikan adanya tekanan terhadap harga jual di tengah permintaan yang kurang agresif.

Sementara di wilayah Pelaihari, harga pembukaan CPO terpantau sebesar Rp13.934/kg, namun penawaran tertinggi dari pembeli berada di level Rp12.950/kg, menandakan adanya selisih cukup besar antara harga yang diharapkan oleh penjual dan kemampuan beli dari pembeli.

Pergerakan harga yang melemah ini dinilai sebagai sinyal kehati-hatian pasar, terutama dalam mengantisipasi dinamika ekspor serta harga minyak nabati lain yang sedang fluktuatif di pasar global.

Bursa Malaysia Juga Mengalami Koreksi Harga

Tidak hanya di Indonesia, harga minyak sawit mentah di Bursa Malaysia juga mencatat penurunan tipis pada Kamis 24 April 2025. Kontrak minyak sawit berjangka FCPOc3 untuk pengiriman Juli 2025 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun sebesar RM14 per ton, atau sekitar 0,35 persen, menjadi RM4.023 (setara US$917,45) per metrik ton pada tengah hari.

Kontrak tersebut sempat diperdagangkan dalam rentang RM4.005 hingga RM4.054 per ton pada awal perdagangan, setelah sebelumnya ditutup di level RM4.037 per ton pada sesi Rabu.

Menurut laporan Reuters, pelemahan harga ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Di antaranya adalah penguatan mata uang ringgit Malaysia yang membatasi minat beli dari negara-negara pengguna, serta peningkatan produksi CPO di tengah belum adanya lonjakan permintaan yang signifikan.

Selain itu, pelaku pasar global juga masih menunggu sinyal lanjutan dari minyak nabati pesaing seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari, yang turut berpengaruh terhadap pergerakan harga CPO karena kedekatan fungsinya dalam industri pangan dan energi.

Faktor Penggerak Pasar: Mata Uang dan Produksi

Penguatan nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika Serikat turut menjadi faktor utama penekan harga CPO di Bursa Malaysia. Seperti diketahui, harga CPO diperdagangkan dalam dolar AS, sehingga mata uang lokal yang menguat akan membuat produk CPO Malaysia menjadi relatif lebih mahal bagi pembeli luar negeri, yang pada akhirnya menurunkan daya saing ekspor.

“Pelaku pasar sedang mempertimbangkan pengaruh dari penguatan ringgit dan peningkatan produksi terhadap keseimbangan penawaran dan permintaan dalam beberapa bulan ke depan,” tulis dalam laporannya.

Selain itu, peningkatan produksi dari perkebunan sawit di Malaysia dan Indonesia—dua produsen terbesar CPO dunia—juga memberikan tekanan tambahan terhadap harga. Musim panen yang baik dan cuaca yang mendukung mendorong output CPO, yang jika tidak diimbangi oleh peningkatan permintaan dapat menyebabkan kelebihan stok.

Pasar Menanti Sentimen Global dan Data Ekspor

Di tengah tren penurunan ini, pelaku pasar CPO juga sedang menanti data ekspor terbaru dari Malaysia yang akan dirilis pekan depan. Data ini diperkirakan akan memberikan petunjuk penting mengenai kekuatan permintaan internasional, khususnya dari pasar utama seperti India, China, dan Uni Eropa.

Analis pasar menyebutkan bahwa volatilitas harga minyak sawit masih akan terus berlanjut hingga terdapat kepastian mengenai kondisi permintaan global serta tren dari minyak nabati lainnya.

“Saat ini pasar masih berada dalam fase konsolidasi. Pergerakan harga yang tipis mencerminkan sikap hati-hati dari pelaku pasar yang tengah menunggu sinyal lebih jelas dari pasar global,” tulisnya dalam laporannya, Kamis 24 April 2025.

Outlook Harga CPO dalam Beberapa Pekan ke Depan

Para analis memproyeksikan bahwa dalam jangka pendek harga CPO masih berpotensi bergerak dalam kisaran terbatas. Dukungan dari harga minyak nabati pesaing seperti minyak kedelai yang stabil di Chicago Board of Trade (CBOT) dapat menjadi sentimen positif, namun tekanan dari penguatan ringgit dan tingginya produksi akan tetap menjadi tantangan.

Jika data ekspor menunjukkan kenaikan signifikan, terutama dari India menjelang festival besar atau dari China menjelang musim panas, maka harga CPO diperkirakan bisa kembali menguat. Namun sebaliknya, jika ekspor stagnan, harga kemungkinan akan terus bergerak di bawah tekanan.

Penurunan harga CPO pada Kamis 24 April 2025 baik di pasar domestik Indonesia melalui Inacom maupun di Bursa Malaysia mencerminkan kondisi pasar yang sedang berada dalam fase pengujian. Di Inacom, harga CPO Belawan dan Dumai turun ke level Rp14.488/kg, sementara Bursa Malaysia mencatat penurunan harga ke level RM4.023 per ton untuk kontrak Juli 2025.

Dengan adanya faktor-faktor seperti penguatan ringgit, peningkatan produksi, dan ketidakpastian permintaan global, pelaku pasar saat ini bersikap hati-hati. Seperti dikutip dari media, “Pergerakan harga yang tipis mencerminkan sikap hati-hati dari pelaku pasar yang tengah menunggu sinyal lebih jelas dari pasar global.”

Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar minyak sawit masih sangat dipengaruhi oleh dinamika regional dan global. Oleh karena itu, pemantauan terhadap perkembangan produksi, ekspor, nilai tukar, dan harga minyak nabati lainnya akan menjadi kunci dalam menentukan arah harga CPO dalam waktu dekat.

Terkini

Cara Ajukan KPR Subsidi Bank Mandiri 2025 Lengkap

Rabu, 10 September 2025 | 16:23:44 WIB

MIND ID Dorong Transformasi Mineral Hijau Nasional

Rabu, 10 September 2025 | 16:23:42 WIB

Rekomendasi Kuliner Puyuh Goreng Lezat di Malang

Rabu, 10 September 2025 | 16:23:40 WIB

Rekomendasi Kuliner Dimsum Halal Enak di Bandung

Rabu, 10 September 2025 | 16:23:39 WIB