JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) kembali mencatat sejarah dengan menjadi bank syariah pertama di dunia yang meluncurkan indeks konsumsi masyarakat Muslim, yang diberi nama BSI Muslim Consumption Index. Inovasi ini diumumkan dalam rangkaian kegiatan BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025 yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
Peluncuran indeks ini menjadi bagian dari strategi besar BSI untuk mendorong perkembangan ekonomi dan keuangan syariah, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kancah internasional. Inisiatif ini sekaligus memperkuat posisi BSI sebagai pelopor dalam pengembangan inovasi berbasis prinsip syariah.
"Belum ada bank syariah manapun di luar negeri yang mengeluarkan indeks ini," ujar Banjaran Surya Indrastomo, Chief Economist BSI, dalam konferensi pers GIFS 2025 yang digelar di Jakarta, Kamis 24 April 2025.
Indeks Inovatif untuk Mendukung Ekonomi Syariah
BSI Muslim Consumption Index dirancang untuk merekam dan menganalisis pola konsumsi masyarakat Muslim yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. Indeks ini diharapkan dapat menjadi acuan baru dalam membaca dinamika konsumsi umat Islam yang berpengaruh terhadap kebijakan ekonomi syariah nasional dan global.
"Indeks ini merupakan bentuk kontribusi BSI terhadap pengembangan ilmu dan informasi yang lebih komprehensif tentang tren konsumsi halal di dunia," kata Banjaran. Ia menambahkan bahwa indeks ini juga akan melengkapi data dan insight yang selama ini tersedia melalui laporan seperti State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report yang dikeluarkan oleh DinarStandard, lembaga riset terkemuka berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab.
Relevansi Global dan Peluang Kolaborasi
Inisiatif BSI ini mendapat perhatian luas dari para pelaku industri keuangan syariah, akademisi, dan pembuat kebijakan. Dengan indeks ini, diharapkan terjadi peningkatan sinergi antara sektor perbankan syariah dan ekosistem halal yang mencakup berbagai sektor seperti makanan, fesyen, farmasi, pariwisata, hingga pendidikan.
Peluncuran ini juga membuka peluang kerja sama lintas negara, terutama dengan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, dalam hal penelitian, pertukaran data, serta pengembangan kebijakan publik yang berbasis pada tren konsumsi halal global.
BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025
Acara GIFS 2025 menjadi platform strategis bagi BSI untuk mempromosikan Muslim Consumption Index sekaligus mempertemukan para pemangku kepentingan dari berbagai belahan dunia. Summit ini akan dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari sektor perbankan, industri halal, regulator keuangan, serta perwakilan organisasi internasional.
"Dengan adanya GIFS, kami ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat gravitasi keuangan syariah dunia. BSI siap memainkan peran sentral dalam menciptakan inovasi dan kolaborasi global," terang Banjaran.
Dampak terhadap Industri dan Konsumen
BSI berharap kehadiran indeks ini dapat memperluas pemahaman konsumen terhadap produk dan layanan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah. Selain itu, pelaku usaha dapat memanfaatkan data dari indeks ini untuk menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif dalam menjangkau pasar Muslim yang terus berkembang.
"Indeks ini bukan hanya data, tapi juga panduan strategis bagi para pelaku industri halal dan keuangan syariah dalam memahami kebutuhan dan preferensi masyarakat Muslim," ujar Banjaran.
Harapan ke Depan
Peluncuran BSI Muslim Consumption Index adalah langkah konkret yang menegaskan peran Indonesia sebagai motor penggerak ekonomi syariah global. Dengan inovasi ini, BSI tidak hanya memperkuat posisinya sebagai lembaga keuangan syariah terdepan, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan ekosistem halal yang lebih inklusif dan berdaya saing.
BSI menargetkan indeks ini dapat diperbarui secara berkala dan dijadikan referensi oleh pelaku industri, lembaga penelitian, dan pembuat kebijakan untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih akurat dan berbasis data.
"Kami percaya bahwa data yang akurat dan relevan adalah kunci untuk membangun masa depan ekonomi syariah yang lebih baik," pungkas Banjaran Surya Indrastomo.