JAKARTA - Setiap tanggal 24 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Angkutan Nasional sebagai momen reflektif untuk mengenang peran vital sektor transportasi dalam membangun mobilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Tidak hanya menyoroti kemajuan moda transportasi modern seperti kereta cepat, MRT, atau kendaraan listrik, Hari Angkutan Nasional juga menjadi waktu yang tepat untuk mengapresiasi keberadaan transportasi tradisional, terutama yang masih bertahan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa Timur.
Jawa Timur sebagai salah satu provinsi dengan warisan budaya dan sosial yang kaya, masih mempertahankan berbagai jenis transportasi tradisional yang unik. Keberadaan moda angkutan ini bukan hanya soal alat transportasi, tetapi juga mencerminkan identitas lokal, nilai-nilai historis, dan kearifan budaya masyarakat setempat.
Hari Angkutan Nasional: Momentum Menghargai Semua Jenis Moda
Hari Angkutan Nasional diperingati untuk mengenang tonggak sejarah perkembangan sistem transportasi di Indonesia. Seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, sektor transportasi terus berinovasi untuk mendukung kebutuhan mobilitas yang semakin kompleks. Namun, di tengah gempuran digitalisasi dan otomotif modern, moda transportasi tradisional masih bertahan dan digunakan, terutama di daerah pedesaan dan lokasi wisata yang mengedepankan nuansa kultural.
“Hari Angkutan Nasional bukan hanya tentang kendaraan modern, tapi juga pengingat akan jasa besar moda tradisional yang pernah mendominasi jalur-jalur mobilitas masyarakat kita. Bahkan hingga hari ini, moda tersebut tetap relevan di banyak wilayah, khususnya di Jawa Timur,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, saat memberikan keterangan dalam rangka peringatan hari tersebut.
Transportasi Tradisional Khas Jawa Timur: Simbol Budaya dan Fungsi Ekonomi
Berikut adalah deretan transportasi tradisional yang masih eksis di Jawa Timur, dan menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya lokal mampu beradaptasi dan tetap memberi manfaat di era modern:
1. Becak
Becak merupakan salah satu moda transportasi tertua yang masih banyak ditemui di kota-kota besar dan kecil di Jawa Timur seperti Surabaya, Malang, hingga Kediri. Meskipun kini jumlahnya mulai berkurang akibat bersaing dengan ojek online dan kendaraan bermotor, becak tetap menjadi pilihan warga untuk perjalanan pendek, terutama di kawasan pasar, sekolah, dan kawasan wisata heritage.
2. Dokar / Delman
Moda angkutan berbasis tenaga kuda ini masih beroperasi di sejumlah daerah wisata, seperti Kota Batu, Mojokerto, dan Ponorogo. Dokar kerap menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan karena menawarkan pengalaman unik menyusuri jalan dengan suasana tempo dulu.
3. Perahu Tradisional
Di daerah pesisir seperti Sumenep (Madura), Pacitan, dan Banyuwangi, perahu tradisional tidak hanya digunakan sebagai sarana transportasi antar-pulau kecil, tetapi juga menjadi alat utama dalam aktivitas perikanan. Perahu-perahu ini menyimpan cerita panjang mengenai kehidupan maritim masyarakat Jawa Timur.
4. Ojek Bambu / Gerobak Kayu
Di beberapa desa pertanian dan perbukitan, seperti di lereng Gunung Bromo atau wilayah Trenggalek, warga masih memanfaatkan gerobak kayu atau rakit bambu sebagai alat transportasi hasil bumi. Moda ini digunakan untuk membawa sayur-mayur atau hasil pertanian ke pasar terdekat.
“Transportasi tradisional bukan sekadar alat untuk berpindah tempat, tapi juga bagian dari identitas lokal dan sejarah perjalanan daerah kami. Pemerintah harus tetap memberi ruang agar moda ini bisa hidup berdampingan dengan kendaraan modern,” ujar seorang tokoh masyarakat dari Kabupaten Magetan.
Fungsi Sosial dan Pariwisata yang Terus Berkembang
Selain sebagai alat transportasi, keberadaan moda tradisional di Jawa Timur kini juga berfungsi ganda sebagai objek wisata budaya. Pemerintah daerah dan komunitas pariwisata sering menjadikan becak dan dokar sebagai bagian dari paket wisata lokal, termasuk untuk kegiatan city tour atau jelajah kampung budaya.
Misalnya, di Surabaya, ada kegiatan wisata bersepeda keliling kota tua yang dipadukan dengan naik becak sambil mendengarkan cerita sejarah dari pengemudi becak. Di Batu, wisatawan dapat menikmati perjalanan menyusuri jalanan kota menggunakan dokar yang dihias warna-warni.
Tantangan di Tengah Arus Modernisasi
Walau masih eksis, transportasi tradisional di Jawa Timur menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya adalah:
- Persaingan dengan transportasi berbasis aplikasi digital
- Kurangnya perhatian dalam hal regulasi dan fasilitas pendukung
- Penurunan minat generasi muda untuk melanjutkan usaha pengemudi moda tradisional
Untuk itu, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur telah mencanangkan program revitalisasi transportasi tradisional yang ramah lingkungan dan mendukung sektor pariwisata berkelanjutan.
“Kita sedang menyusun regulasi yang adil, yang memungkinkan transportasi tradisional mendapatkan tempat dalam sistem transportasi perkotaan dan pedesaan kita. Salah satunya adalah melalui pelatihan keamanan berkendara, bantuan alat pelindung diri, serta legalisasi moda tradisional tertentu,” tegas Kepala Dishub Jatim.
Pelestarian Budaya dalam Rangka Transformasi Transportasi
Hari Angkutan Nasional menjadi kesempatan berharga untuk tidak hanya merayakan pencapaian teknologi di sektor transportasi, tetapi juga melestarikan warisan budaya transportasi tradisional yang selama ini berperan besar dalam pembangunan daerah.
Moda angkutan seperti becak, dokar, dan perahu tradisional di Jawa Timur bukan hanya aset sejarah, tapi juga memiliki potensi besar dalam pengembangan transportasi berkelanjutan dan pariwisata berbasis budaya.
Dengan komitmen pemerintah, dukungan masyarakat, dan strategi yang tepat, transportasi tradisional dapat terus hidup dan bahkan bertransformasi menjadi bagian integral dari wajah baru transportasi Indonesia di masa depan. Sebagaimana semangat Hari Angkutan Nasional, semua moda, dari yang paling modern hingga yang paling tradisional, memiliki peran penting dalam menghubungkan kehidupan dan budaya bangsa.