JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sektor energi Indonesia. Dalam sebuah diskusi bersama mahasiswa Indonesia yang digelar di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, Tiongkok, Selasa 15 April 2025 malam, Eddy menyebutkan bahwa Indonesia saat ini tengah menghadapi ironi besar dalam pengelolaan energi nasional.
Menurut Eddy, meskipun Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi terbarukan yang sangat besar, namun dalam praktiknya, konsumsi energi sehari-hari justru masih bergantung pada pasokan impor. Ketimpangan ini menjadi sorotan serius bagi legislator tersebut, karena dinilai menjadi hambatan besar dalam menciptakan kemandirian dan ketahanan energi nasional.
“Energi terbarukannya kita kaya, tetapi energi sehari-hari yang kita pakai diimpor. Nah, ini ironi besar yang ada di dunia,” ujar Eddy Soeparno saat berdiskusi di KBRI Beijing.
Indonesia Kaya Potensi Energi Terbarukan
Indonesia diketahui memiliki kekayaan sumber daya energi terbarukan yang sangat melimpah. Potensi energi surya, angin, biomassa, panas bumi (geothermal), dan tenaga air tersebar di berbagai wilayah tanah air, dari Sabang sampai Merauke. Namun sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah dan sektor industri nasional.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang mencapai lebih dari 3.600 gigawatt (GW), namun pemanfaatannya baru menyentuh angka sekitar 13 persen dari total potensi yang tersedia. Hal ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi para pemangku kebijakan untuk mendorong pemanfaatan energi bersih secara lebih serius dan progresif.
“Kita punya sinar matahari sepanjang tahun, lahan luas untuk PLTS, potensi angin di kawasan timur Indonesia, panas bumi terbaik di dunia, dan aliran sungai di seluruh nusantara. Tapi kenapa kita malah impor bahan bakar dan energi lainnya? Ini yang tidak masuk akal,” tegas Eddy.
Ketergantungan Impor Energi Masih Tinggi
Meskipun kaya akan sumber daya energi, Indonesia masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM), gas, hingga produk energi lainnya dalam jumlah signifikan. Hal ini menyebabkan ketergantungan terhadap fluktuasi harga pasar global serta menimbulkan tekanan terhadap neraca perdagangan nasional.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2024, impor minyak mentah dan produk BBM menempati porsi besar dalam total impor Indonesia. Kenaikan harga energi global juga menyebabkan beban subsidi energi pemerintah melonjak, mengganggu stabilitas fiskal negara.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa negara dengan kekayaan alam melimpah tidak bisa memenuhi kebutuhan energi domestik secara mandiri?
Dorongan Kemandirian Energi Jadi Prioritas Strategis
Eddy Soeparno menegaskan bahwa Indonesia harus mulai melakukan transformasi besar-besaran di sektor energi. Menurutnya, transisi energi dari bahan bakar fosil menuju energi terbarukan bukan hanya penting dari sisi lingkungan, tetapi juga merupakan strategi untuk meningkatkan kedaulatan energi nasional.
“Ketergantungan kita terhadap impor membuat kita rentan, baik dari sisi ekonomi maupun politik. Kita harus mulai membangun infrastruktur energi terbarukan yang massif, bukan hanya wacana,” kata Eddy.
Ia juga mendorong agar pemerintah memperkuat kerja sama dengan sektor swasta, perguruan tinggi, dan negara-negara sahabat dalam pengembangan teknologi energi bersih. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menggunakan energi ramah lingkungan juga perlu terus digencarkan.
Peran Mahasiswa dan Generasi Muda dalam Transisi Energi
Dalam diskusi yang berlangsung hangat bersama mahasiswa Indonesia di Beijing, Eddy Soeparno juga menyampaikan pentingnya peran generasi muda dalam mendukung transisi energi. Ia mengajak mahasiswa untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi turut serta dalam menyuarakan pentingnya pengembangan energi terbarukan di tanah air.
“Mahasiswa harus menjadi motor penggerak perubahan. Kalian yang sedang belajar di luar negeri memiliki akses ke teknologi dan pengetahuan baru. Bawa pulang ilmu itu, dan bangun Indonesia yang mandiri dalam energi,” ucapnya.
Eddy juga menekankan pentingnya riset dan inovasi dalam mengakselerasi pengembangan energi terbarukan. Ia menyatakan bahwa dunia sedang bergerak cepat ke arah energi bersih, dan Indonesia tidak boleh tertinggal.
Harapan ke Depan: Dari Ironi Menuju Solusi
Eddy Soeparno berharap agar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan segera mengambil langkah nyata dalam mengatasi ironi sektor energi nasional. Menurutnya, waktu tidak boleh terbuang percuma, dan setiap peluang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk membangun fondasi energi nasional yang kokoh dan berkelanjutan.
Dalam konteks geopolitik dan ekonomi global yang terus berubah, Indonesia harus memperkuat ketahanan energi sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional. Krisis energi global yang pernah terjadi menjadi pelajaran penting bahwa negara yang tidak mandiri dalam energi akan selalu bergantung dan rapuh dalam menghadapi guncangan eksternal.
Mengubah Tantangan Menjadi Peluang
Pernyataan Eddy Soeparno menjadi cerminan tantangan nyata yang dihadapi Indonesia di tengah kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. Ironi antara potensi dan kenyataan di sektor energi harus segera dijawab dengan langkah konkret dan kebijakan strategis.
Transformasi menuju energi terbarukan tidak bisa ditunda lagi. Pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat harus bergerak bersama untuk menciptakan masa depan energi Indonesia yang berkelanjutan, mandiri, dan ramah lingkungan.