JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali mengonfirmasi bahwa kinerja intermediasi perbankan Indonesia tetap menunjukkan stabilitas yang mengesankan meskipun tantangan ekonomi global dan domestik masih terus ada. Hingga Februari 2025, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan kredit yang impresif, yakni sebesar 10,3 persen year-on-year (YoY), dengan total nilai kredit mencapai Rp 7.825 triliun. Angka ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan Januari 2025 yang tercatat tumbuh 10,27 persen YoY.
Pencapaian ini menunjukkan bahwa sektor perbankan masih dapat mempertahankan daya tariknya meski ada ketidakpastian dalam berbagai sektor ekonomi. Keberlanjutan pertumbuhan kredit ini menjadi sinyal positif, mengingat peran vital perbankan dalam menopang roda perekonomian melalui penyaluran kredit ke berbagai sektor usaha.
Stabilitas Perbankan dan Likuiditas yang Memadai
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan dalam rapat dewan komisioner pada akhir pekan lalu 11 April 2025 bahwa meskipun sektor perbankan terus tumbuh, OJK memastikan bahwa profil risiko perbankan tetap terkendali dan stabil. Di samping itu, likuiditas perbankan masih berada pada level yang memadai, yang merupakan faktor penting untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan kredit.
“Kami melihat bahwa sektor perbankan tetap mampu mempertahankan pertumbuhan yang positif meskipun ada tantangan yang datang dari sektor eksternal. Likuiditas yang memadai menjadi kunci dalam mendukung stabilitas sistem keuangan nasional,” kata Dian Ediana Rae dalam penjelasannya.
Pernyataan tersebut sejalan dengan indikator stabilitas sektor perbankan yang terjaga, meskipun ada tekanan yang datang dari berbagai arah. Dengan tingkat likuiditas yang cukup, bank-bank Indonesia tetap dapat memberikan akses pembiayaan kepada sektor-sektor yang membutuhkan, tanpa mengorbankan kestabilan.
Penyebaran Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Dalam laporan yang dirilis OJK, pertumbuhan kredit pada Februari 2025 juga terlihat bervariasi berdasarkan jenis penggunaannya. Kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi, mencapai 14,62 persen YoY, sebuah angka yang cukup menggembirakan bagi sektor yang berhubungan dengan ekspansi dan pembangunan jangka panjang. Kredit investasi ini banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang sedang melakukan proyek-proyek besar, baik di sektor infrastruktur, manufaktur, maupun sektor lainnya yang berorientasi pada pembangunan jangka panjang.
“Kredit investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan perbankan di bulan Februari. Ini menunjukkan bahwa sektor usaha semakin percaya diri dalam melakukan ekspansi dan investasi, yang akan memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia ke depan,” tambah Dian.
Di sisi lain, kredit konsumsi, yang sering digunakan oleh individu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tercatat tumbuh sebesar 10,31 persen YoY. Angka ini juga menunjukkan adanya permintaan yang cukup tinggi dari masyarakat untuk kebutuhan konsumsi, meskipun ada tantangan dari sisi inflasi dan daya beli masyarakat.
Sedangkan, kredit modal kerja, yang banyak dimanfaatkan oleh perusahaan untuk operasional sehari-hari, tumbuh sebesar 7,66 persen YoY. Meskipun tumbuh lebih moderat dibandingkan dua jenis kredit lainnya, angka ini tetap menunjukkan bahwa sektor usaha tetap membutuhkan pembiayaan untuk menjaga kelangsungan operasi mereka.
Sektor Bank BUMN Menjadi Pendorong Utama Pertumbuhan Kredit
Dalam paparan lebih lanjut, Dian Ediana Rae menyoroti peran bank-bank milik negara atau BUMN dalam mendorong pertumbuhan kredit. Bank BUMN tercatat mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni sebesar 10,93 persen YoY, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit yang ada. Hal ini menggambarkan bahwa bank BUMN memainkan peran besar dalam menyediakan pembiayaan bagi berbagai sektor ekonomi, termasuk sektor korporasi dan usaha kecil menengah.
“Bank BUMN memang menjadi pendorong utama dalam pertumbuhan kredit ini, berkat peran mereka dalam memberikan akses pembiayaan yang lebih luas bagi masyarakat dan dunia usaha, baik itu untuk sektor korporasi maupun sektor UMKM,” ujar Dian.
Pertumbuhan Kredit Korporasi dan UMKM
Salah satu sektor yang mencatatkan pertumbuhan signifikan adalah kredit untuk korporasi. Kredit korporasi tercatat tumbuh sebesar 15,95 persen YoY, sebuah angka yang sangat positif. Angka ini mencerminkan bahwa perusahaan-perusahaan besar dan menengah di Indonesia semakin gencar melakukan ekspansi dan pengembangan, yang pada gilirannya memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, di sisi lain, sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) tercatat tumbuh lebih moderat, yakni sebesar 2,51 persen YoY. Meskipun angkanya tidak setinggi sektor korporasi, pertumbuhan kredit UMKM ini tetap menunjukkan bahwa sektor yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia tersebut masih mendapatkan dukungan pembiayaan yang cukup meskipun tantangan ekonomi terus berlanjut.
Kredit UMKM tetap menjadi fokus perbankan dalam mendukung daya saing usaha kecil dan menengah yang menjadi salah satu pilar ekonomi nasional. Bank Indonesia bersama OJK terus mendorong agar lebih banyak bank yang memberikan pembiayaan yang terjangkau bagi UMKM,” tambah Dian.
Prospek Positif Sektor Perbankan di Tahun 2025
Secara keseluruhan, OJK optimistis bahwa sektor perbankan Indonesia akan terus mencatatkan kinerja yang positif di sisa tahun 2025. Meskipun ada tantangan, sektor perbankan tetap menunjukkan daya tahan yang kuat dan terus berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyaluran kredit.
Dengan pertumbuhan kredit yang stabil dan likuiditas yang memadai, serta peran penting bank BUMN dan sektor korporasi, OJK berharap sektor perbankan dapat terus menjadi pilar utama dalam mendukung perekonomian Indonesia di masa depan.
“Kinerja sektor perbankan pada awal tahun 2025 menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, sektor ini masih menunjukkan kemampuan untuk bertahan dan tumbuh. Kami akan terus mengawasi dan mendorong agar perbankan Indonesia tetap stabil dan mendukung perekonomian nasional,” tutup Dian Ediana Rae.