Di Hadapan Presiden Prabowo, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Ungkap Keluhan Petani: Obat Hama Mahal dan BPJS Tak Terjangkau

Selasa, 08 April 2025 | 00:23:27 WIB
Di Hadapan Presiden Prabowo, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Ungkap Keluhan Petani: Obat Hama Mahal dan BPJS Tak Terjangkau

JAKARTA - Dalam kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ke Kabupaten Majalengka untuk meresmikan panen raya padi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh para petani di wilayahnya. Salah satu sorotan utama yang diangkat adalah tingginya biaya produksi akibat harga obat hama yang mahal serta keterbatasan akses petani terhadap jaminan kesehatan nasional melalui BPJS.

Gubernur Dedi Mulyadi menyampaikan langsung keluhan tersebut di hadapan Presiden Prabowo saat menghadiri acara panen raya yang digelar di Desa Randegan Wetan, Kecamatan Ligung. Dalam kesempatan tersebut, Dedi menjelaskan bahwa meskipun distribusi pupuk bersubsidi di Jawa Barat sudah berjalan lancar, petani kini menghadapi tantangan baru berupa biaya tinggi dalam pengadaan obat-obatan pengusir hama.

“Sekarang pupuk sudah lancar, tapi biaya tinggi produksinya itu di obat-obatan karena sebelum mulai menanam mereka harus mengeluarkan biaya untuk semprot keong atau hama. Nyemprotnya itu bisa dua kali sehari,” ujar Dedi Mulyadi di hadapan Presiden Prabowo dan jajaran Kementerian Pertanian.

Pernyataan tersebut mencerminkan betapa beban biaya produksi pertanian tidak hanya terbatas pada pupuk, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh perlakuan pengendalian hama yang intensif. Menurut Dedi, biaya untuk pestisida dan insektisida kini menjadi pengeluaran terbesar petani, khususnya menjelang masa tanam.

BPJS Kesehatan Belum Terjangkau untuk Banyak Petani

Tak hanya soal biaya produksi, Dedi juga menyoroti keterbatasan jaminan sosial bagi petani. Ia mengungkapkan bahwa masih banyak petani yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan atau mengalami kendala dalam membayar iuran secara mandiri. Hal ini, menurutnya, menjadi masalah serius karena ketika petani jatuh sakit, mereka tidak mendapatkan perlindungan layanan kesehatan yang layak.

“Mohon peningkatan asuransi kesehatan petani karena banyak petani yang ketika sakit tidak terkover BPJS atau BPJS mandirinya tidak terbayar,” kata Dedi menambahkan.

Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa aspek kesejahteraan petani belum sepenuhnya mendapat perhatian yang memadai. Padahal, peran petani sangat vital dalam menjaga ketahanan pangan nasional, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu lumbung padi terbesar di Indonesia.

Dorongan Tambahan Alat dan Mekanisasi Pertanian

Selain membahas kendala produksi dan kesehatan, Dedi Mulyadi juga menyampaikan harapannya agar pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian dapat memberikan dukungan lebih besar dalam bentuk penyediaan alat dan mesin pertanian (alsintan). Ia menyebut bahwa jika ingin mendorong peningkatan produksi secara signifikan, maka jumlah alat pertanian harus ditambah di sentra-sentra produksi utama seperti Jawa Barat.

“Karena Jabar pusat lumbung padi nasional, ya seluruh alatnya harus banyak supaya ditambah kalau ingin peningkatan produksi,” tegas Dedi.

Menurut Dedi, penggunaan alsintan yang modern akan membantu petani meningkatkan efisiensi kerja, menekan biaya produksi, dan mempercepat masa panen. Selain itu, mekanisasi juga diyakini dapat mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian, terutama di wilayah-wilayah yang mengalami urbanisasi tinggi.

Respon Pemerintah Pusat: Presiden Prabowo Siap Evaluasi Program

Presiden Prabowo Subianto yang hadir langsung dalam acara panen raya tersebut memberikan perhatian serius terhadap seluruh aspirasi yang disampaikan. Dalam sambutannya, Prabowo menyatakan komitmennya untuk menyejahterakan petani dan memastikan sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional ke depan.

“Petani adalah tulang punggung bangsa. Kita harus pastikan mereka mendapat perlindungan dan dukungan yang layak agar bisa terus memproduksi pangan untuk seluruh rakyat Indonesia,” ujar Presiden Prabowo dalam sambutannya.

Terkait keluhan soal harga obat hama dan jaminan kesehatan, Prabowo berjanji akan menginstruksikan kementerian terkait untuk mengevaluasi program-program bantuan dan subsidi bagi petani. Ia juga meminta agar Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan memperluas cakupan kepesertaan petani secara aktif dan terintegrasi.

Jabar sebagai Sentra Produksi Padi Nasional

Sebagai informasi, Jawa Barat selama ini dikenal sebagai salah satu provinsi penyumbang terbesar produksi padi nasional. Wilayah seperti Kabupaten Indramayu, Subang, Karawang, dan Majalengka merupakan daerah unggulan dengan hasil panen yang melimpah setiap tahunnya.

Namun demikian, tantangan yang dihadapi oleh petani di wilayah ini tidaklah ringan. Selain soal biaya produksi dan akses kesehatan, mereka juga masih dihadapkan pada persoalan perubahan iklim, fluktuasi harga gabah, hingga ancaman alih fungsi lahan yang terus menggerus luas lahan sawah produktif.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi di Jawa Barat pada tahun lalu mencapai lebih dari 10 juta ton gabah kering giling (GKG). Namun, capaian tersebut berpotensi menurun jika isu-isu mendasar seperti akses terhadap sarana produksi, jaminan kesehatan, dan dukungan infrastruktur pertanian tidak segera diatasi.

Dukungan Infrastruktur dan Pembangunan Berbasis Desa

Dalam konteks pengembangan pertanian ke depan, Dedi Mulyadi juga mendorong agar pembangunan infrastruktur pendukung seperti irigasi, jalan tani, dan gudang penyimpanan ditingkatkan. Ia menilai, pertanian harus dijadikan sebagai basis pembangunan pedesaan agar masyarakat desa tidak hanya menjadi objek program, tetapi juga subjek pembangunan.

“Kita ingin desa-desa di Jawa Barat menjadi pusat produksi yang modern, mandiri, dan sejahtera. Ini hanya bisa terjadi jika pemerintah hadir secara utuh di tengah-tengah petani,” tandas Dedi.

Jangan Hanya Saat Panen Raya

Di sela kegiatan panen raya, sejumlah petani yang hadir turut menyuarakan harapan mereka. Salah satunya adalah Ujang, petani asal Majalengka yang berharap perhatian pemerintah tidak hanya diberikan saat musim panen atau jelang pemilu, tetapi dilakukan secara konsisten sepanjang tahun.

“Kalau bisa, jangan cuma pas panen atau musim pemilu kita dikunjungi. Kita butuh perhatian soal harga gabah, pupuk, dan juga kalau bisa ada subsidi obat hama karena itu yang paling berat sekarang,” ujar Ujang.

Kehadiran Presiden Prabowo dan Gubernur Dedi Mulyadi dalam panen raya ini membawa harapan baru bagi petani. Mereka berharap, seluruh masukan dan keluhan yang telah disampaikan tidak hanya didengar, tetapi ditindaklanjuti dengan kebijakan yang berpihak pada nasib petani kecil.

Dengan perhatian dan dukungan yang tepat, para petani di Jawa Barat diyakini akan mampu terus menjadi garda depan ketahanan pangan nasional. Namun, tanpa pembenahan sistemik dan keberpihakan nyata dari pemerintah, pertanian tetap akan menghadapi ancaman stagnasi dan penurunan daya saing.

Terkini