JAKARTA - Sistem operasi terbaru milik Apple, iOS 18, telah menjadi fenomena tersendiri di kalangan pengguna iPhone. Meski tak membawa banyak pembaruan revolusioner dibandingkan pendahulunya, iOS 18 tercatat telah terpasang di 84,64 persen perangkat iPhone aktif di seluruh dunia. Capaian ini menandai keberhasilan Apple dalam menjaga dominasi sistem operasinya, bahkan sebelum siklus hidup iOS 18 berakhir.
Menurut laporan dari ApplesClub, sebuah portal teknologi yang mengkhususkan diri pada produk dan ekosistem Apple, adopsi iOS 18 meningkat secara signifikan hanya dalam waktu kurang dari satu tahun setelah dirilis ke publik. Saat ini, iOS 17 hanya tersisa di 9,62 persen perangkat, sementara versi iOS yang lebih lama mengisi sekitar 5,74 persen sisanya.
"Adopsi iOS 18 sangat masif, meskipun secara fitur tidak begitu berbeda dari iOS 17. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna iPhone cenderung memperbarui perangkat lunak mereka secara otomatis tanpa menunggu alasan besar," ungkap analis dari ApplesClub.
Dominasi iOS 18: Fenomena Tanpa Fitur Spektakuler
Biasanya, sebuah sistem operasi baru yang melesat cepat diadopsi oleh pengguna disertai dengan fitur-fitur mutakhir atau perubahan besar dalam pengalaman pengguna. Namun, dalam kasus iOS 18, tidak ada lompatan besar dalam hal desain atau fungsionalitas jika dibandingkan dengan iOS 17. Apple sendiri memang memperkenalkan beberapa penyempurnaan kecil dan optimalisasi sistem, namun tidak sampai mengubah cara pengguna berinteraksi dengan perangkat mereka secara signifikan.
Yang menjadi sorotan adalah fitur Apple Intelligence, yang disebut-sebut sebagai jawaban Apple terhadap tren kecerdasan buatan (AI) yang sedang booming. Namun sayangnya, fitur ini masih sangat terbatas dalam penerapannya. Fitur tersebut belum sepenuhnya tersedia secara global dan belum banyak memberikan nilai tambah nyata bagi pengguna di banyak negara.
“Apple Intelligence mungkin menjadi dorongan adopsi di pasar luar negeri, tapi hingga kini masih dalam tahap awal dan belum menjadi alasan utama bagi mayoritas pengguna untuk berpindah ke iOS 18,” ujar analis teknologi dari ApplesClub dalam laporan mereka.
Budaya Pembaruan Otomatis di Kalangan Pengguna Apple
Salah satu alasan utama mengapa iOS 18 bisa begitu cepat diadopsi adalah karena budaya update otomatis di kalangan pengguna Apple. Apple memiliki sistem ekosistem yang tertutup dan terintegrasi dengan baik, memungkinkan perangkat iPhone mendapatkan pembaruan secara langsung dari pusat tanpa perantara.
Berbeda dengan ekosistem Android yang fragmentasinya masih tinggi—di mana pembaruan tergantung pada vendor masing-masing—iOS memberikan pengalaman pembaruan yang lebih sederhana dan instan. Ketika versi baru tersedia, pengguna akan menerima notifikasi dan sebagian besar memilih untuk langsung menginstalnya.
Menurut laporan ApplesClub, hanya segelintir pengguna yang memilih bertahan di versi sebelumnya. Alasan utamanya pun bukan karena ketidaktertarikan terhadap versi terbaru, melainkan karena keterbatasan perangkat keras atau preferensi tertentu terhadap kestabilan versi yang telah mereka gunakan lama.
“Bagi mayoritas pengguna Apple, tidak ada alasan khusus yang dibutuhkan untuk melakukan pembaruan. Pembaruan dilakukan karena tersedia, bukan karena dibutuhkan,” jelas laporan itu lagi.
Tantangan iOS 18 Menjelang Hadirnya Pengganti
Menariknya, dominasi iOS 18 terjadi hanya beberapa bulan sebelum iOS 19 diperkenalkan. Jika mengacu pada siklus tahunan Apple, iOS 19 diperkirakan akan diumumkan dalam ajang WWDC (Worldwide Developers Conference) musim panas mendatang dan tersedia secara publik pada musim gugur.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: apakah pengguna akan tetap setia pada iOS 18, atau apakah mereka akan secara otomatis beralih ke iOS 19 meski belum tahu fitur baru apa yang ditawarkan?
Analis teknologi memperkirakan tren pembaruan otomatis ini akan terus berlanjut, terlepas dari seberapa signifikan atau tidaknya fitur baru yang dibawa iOS 19 nanti.
“Apple tidak perlu menghadirkan fitur revolusioner untuk membuat penggunanya memperbarui. Kepercayaan pada ekosistem yang stabil dan pengalaman yang konsisten adalah kekuatan utama mereka,” ujar pakar teknologi dari ApplesClub.
Dukungan Perangkat Lama dan Fragmentasi Minim
Keberhasilan Apple dalam mendorong iOS 18 juga tak lepas dari kebijakan dukungan jangka panjang untuk perangkat lama. Banyak model iPhone yang sudah berumur beberapa tahun tetap menerima pembaruan hingga ke versi iOS 18, membuat fragmentasi sistem operasi di ekosistem Apple jauh lebih kecil dibandingkan Android.
Fragmentasi minim ini juga membantu pengembang aplikasi karena mereka hanya perlu menyesuaikan perangkat lunak mereka untuk satu atau dua versi terbaru iOS saja. Hal ini meningkatkan konsistensi performa aplikasi dan keamanan pengguna.
Sebaliknya, di Android, pengembang sering kali harus menyesuaikan aplikasi dengan berbagai versi sistem yang masih digunakan di banyak perangkat, yang kadang menimbulkan masalah kompatibilitas.
Apa yang Bisa Dipelajari dari Adopsi iOS 18?
Fenomena adopsi cepat iOS 18 menegaskan kembali betapa kuatnya pengaruh sistem ekosistem yang konsisten dan terpercaya. Apple tidak perlu menawarkan terlalu banyak gimmick untuk membuat penggunanya tetap setia dan aktif menggunakan versi terbaru dari sistem operasi mereka.
Walaupun iOS 18 tidak menghadirkan perubahan besar, kepercayaan dan kenyamanan pengguna sudah cukup menjadi alasan kuat untuk beralih. Ke depan, jika Apple mampu meningkatkan kualitas fitur-fitur seperti Apple Intelligence, maka bukan tidak mungkin pengguna akan memiliki lebih banyak alasan untuk menyambut iOS 19 dengan antusiasme yang sama, atau bahkan lebih tinggi.