JAKARTA - Gejolak di pasar keuangan Indonesia belakangan ini menjadi perhatian serius pemerintah. Menyusul anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 6,12% pada Selasa 18 Maret 2025 yang menyebabkan penghentian sementara perdagangan saham (trading halt), serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mengambil langkah cepat untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto akan bertemu dengan para investor guna merespons gejolak pasar yang terjadi. Hal ini disampaikannya usai pertemuan dengan Presiden di Istana Negara pada Rabu 19 Maret 2025 malam.
Presiden Prabowo Bertemu Investor untuk Yakinkan Stabilitas Ekonomi
Luhut menegaskan bahwa pemerintah terus memantau situasi ekonomi secara menyeluruh dan siap mengambil kebijakan yang diperlukan untuk memastikan stabilitas pasar.
“Presiden akan berbicara langsung dengan para investor untuk memberikan kepastian bahwa pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan dukungan bagi iklim investasi yang sehat,” kata Luhut dalam keterangannya.
Menurutnya, langkah ini penting guna mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar modal dan perekonomian Indonesia, yang sempat terguncang akibat anjloknya IHSG dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Bank Indonesia Ambil Langkah Intervensi
Selain upaya pemerintah, Bank Indonesia (BI) juga telah mengambil langkah-langkah konkret untuk menstabilkan pasar keuangan. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan intervensi di pasar valuta asing dan obligasi guna meredam volatilitas nilai tukar rupiah.
“Kami terus berada di pasar untuk memastikan stabilitas nilai tukar rupiah dan likuiditas tetap terjaga. Langkah intervensi dilakukan baik di pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), maupun pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder,” ujar Perry dalam konferensi persnya.
Selain itu, Perry menekankan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75%, sejalan dengan upaya menjaga inflasi dalam target 2,5% plus minus 1% pada tahun 2025 dan 2026. Langkah ini bertujuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi serta menjaga daya beli masyarakat.
Dampak Anjloknya IHSG dan Pelemahan Rupiah
Anjloknya IHSG pada Selasa 18 Maret lalu merupakan salah satu penurunan terbesar dalam beberapa tahun terakhir, menyebabkan kapitalisasi pasar menyusut secara signifikan. Pelemahan ini dipicu oleh sentimen global serta ketidakpastian di pasar keuangan domestik.
Tak hanya itu, nilai tukar rupiah juga mengalami tekanan terhadap dolar AS, dengan kurs melemah ke level Rp16.200 per dolar. Pelemahan ini disebabkan oleh beberapa faktor eksternal, termasuk kebijakan suku bunga The Fed yang masih tinggi dan ketidakpastian di pasar global.
Ekonom: Pemerintah dan BI Harus Bertindak Cepat
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, menilai bahwa situasi ini memerlukan respons cepat dari pemerintah dan otoritas keuangan. Menurutnya, langkah Presiden Prabowo untuk bertemu investor merupakan strategi yang tepat guna memberikan kepastian kepada pasar.
“Ketika ada gejolak seperti ini, yang paling dibutuhkan oleh pasar adalah kepercayaan. Pemerintah harus meyakinkan investor bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat,” ujar Faisal.
Ia juga menambahkan bahwa intervensi BI di pasar valuta asing dan obligasi perlu dilakukan secara terukur agar tidak terlalu menguras cadangan devisa.
Langkah Strategis Pemerintah ke Depan
Menanggapi kondisi ini, Luhut mengatakan bahwa pemerintah telah menyusun beberapa langkah strategis, di antaranya:
- Memperkuat Koordinasi dengan OJK dan BI – Untuk memastikan stabilitas pasar modal dan perbankan tetap terjaga.
- Mempercepat Realisasi Investasi – Dengan memberikan kepastian hukum dan kemudahan bagi investor untuk menanamkan modal di Indonesia.
- Meningkatkan Cadangan Devisa – Melalui kebijakan ekspor dan optimalisasi penerimaan devisa dari sektor unggulan.
- Menjaga Stabilitas Fiskal – Dengan memastikan defisit anggaran tetap terkendali dan kebijakan fiskal berjalan sesuai rencana.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pasar keuangan dapat kembali stabil dan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia semakin kuat. Pemerintah optimistis bahwa kondisi ekonomi dapat kembali pulih dalam beberapa waktu ke depan dengan sinergi antara sektor publik dan swasta.
Sementara itu, BI menegaskan akan terus melakukan intervensi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas rupiah dan memastikan pasar keuangan tetap likuid. “Kami akan terus berada di pasar, menjaga stabilitas dengan langkah-langkah yang terukur,” tutup Perry Warjiyo.