JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami lonjakan signifikan pada perdagangan Rabu 20 Maret 2025, dipicu oleh eskalasi konflik di Timur Tengah serta kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Eskalasi Konflik di Gaza dan Dampaknya pada Pasar Minyak
Serangan terbaru Israel ke Gaza meningkatkan ketegangan geopolitik, yang berdampak langsung pada pergerakan harga minyak dunia. Investor khawatir bahwa konflik yang semakin memanas dapat mengganggu pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah, yang merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia.
“Ketegangan yang meningkat di kawasan Timur Tengah, khususnya serangan Israel ke Gaza, menambah risiko gangguan pasokan minyak global,” ujar analis energi dari Goldman Sachs, David Morrison. “Investor kini memantau dengan cermat apakah konflik ini akan berdampak lebih luas dan mempengaruhi produksi minyak dari negara-negara tetangga.”
The Fed Pertahankan Suku Bunga, Pasar Minyak Tetap Waspada
Selain faktor geopolitik, kebijakan The Fed juga menjadi salah satu elemen yang mempengaruhi harga minyak dunia. Bank sentral Amerika Serikat tersebut mempertahankan suku bunga tetap sesuai ekspektasi pasar, tetapi memberikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga kemungkinan akan dilakukan tahun ini.
Dalam pernyataan resminya, The Fed menyebutkan bahwa ketidakpastian terhadap prospek ekonomi semakin meningkat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pasar komoditas, termasuk harga minyak mentah.
“Ketidakpastian terhadap outlook ekonomi mengalami peningkatan, dan hal ini menjadi perhatian utama dalam menentukan kebijakan moneter ke depan,” demikian pernyataan resmi The Fed.
Reaksi Pasar Minyak dan Prospek Harga ke Depan
Pasar minyak merespons dengan lonjakan harga, didorong oleh ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter AS. Harga minyak Brent tercatat naik 2,5% menjadi USD 88,30 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan 2,7% ke level USD 85,10 per barel.
Menurut analis pasar dari JPMorgan Chase, lonjakan harga minyak ini kemungkinan masih akan berlanjut jika konflik di Timur Tengah semakin memburuk. “Jika situasi di Gaza tidak mereda, dan jika ada kemungkinan keterlibatan negara lain dalam konflik ini, maka harga minyak bisa terus mengalami tekanan naik,” kata analis senior JPMorgan, Mark Richardson.
Pengaruh terhadap Ekonomi Global dan Harga Energi
Harga minyak yang tinggi dapat memicu inflasi lebih lanjut di berbagai negara, terutama di sektor energi dan transportasi. Hal ini juga berdampak pada kebijakan ekonomi negara-negara pengimpor minyak, yang mungkin harus menyesuaikan strategi ekonomi mereka untuk menghadapi lonjakan harga energi.
Ekonom dari Bank Dunia, Sarah Johnson, menyatakan bahwa kenaikan harga minyak bisa memperlambat pemulihan ekonomi global yang saat ini masih berjuang pasca pandemi dan ketidakstabilan geopolitik. “Kenaikan harga minyak berpotensi menambah beban inflasi global dan mempengaruhi daya beli masyarakat di berbagai negara,” jelasnya.
Lonjakan harga minyak dunia saat ini didorong oleh kombinasi faktor geopolitik dan kebijakan moneter AS. Eskalasi konflik di Gaza serta keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga menciptakan ketidakpastian yang berdampak pada pasar minyak global. Para investor kini terus memantau perkembangan lebih lanjut di Timur Tengah serta pernyataan terbaru dari The Fed untuk menentukan arah investasi mereka ke depan.